Dulu Sopir Taksi, Kini Miliki Toko Roti dengan Omzet Rp 225 juta

Viral Food Travel
Berita viral seputar Food dan Travel
Konten dari Pengguna
30 Maret 2020 18:10 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Viral Food Travel tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi taksi. Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi taksi. Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
Siapa sangka seorang sopir taksi tidak bisa berpenghasilan lebih? Bermula dari cita-cita untuk menjadi seorang pengusaha sukses, kini pria asal Bantul ini bisa meraup untung hingga Rp 225 juta per bulannya.
ADVERTISEMENT
Bisnis kuliner memang tidak pernah ada matinya, seperti yang dijalani oleh Buchori Al Zahrowi ini. Meskipun di awal ia harus berjuang untuk menjadi seorang sopir taksi, kini ia sudah mendulang untung yang tidak sedikit.
Seperti apa kisah perjuangan Buchori dalam meraih mimpinya?
Ilustrasi toko kue. Foto: pixabay
Bermula dari mimpi masa kecil, Buchori mulai mengumpulkan modal sejak duduk di bangku kuliah. Kota Yogyakarta menjadi saksi perjuangannya kala itu. Ia mencari pekerjaan sampingan dengan menjadi loper koran dan sopir taksi.
Di awal, ia memutuskan hal tersebut untuk membantu keluarganya di rumah. Buchori pun sadar di tahun 1988 biaya kuliah di Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga tidaklah murah.
Lelaki kelahiran 51 tahun silam itu melatih kemampuan berdagang melalui kegiatan ekstrakurikuler kewirausahaan di kampusnya. Ia juga aktif menjalin relasi dengan orang lain melalui kegiatan LSM di Jogja.
ADVERTISEMENT
Ia mengambil keputusan untuk menikah kemudian keluar dari pendidikan formalnya tersebut. Ia menikahi Tin Khotimah yang kemudian juga menjadi partnernya dalam mendirikan bisnis kuliner roti ini.
Ilustrasi pasangan memasak. Foto: pixabay
Bersama sang istri, ia pindah ke Pemalang, Jawa Tengah, dan mulai mencoba peruntungan dengan menjual keripik kentang. Namun karena banyak faktor, bisnis tersebut kemudian tidak berkembang sama sekali.
Di tahun 2003, muncul ide untuk memproduksi roti. Alasannya karena roti merupakan kebutuhan hidup di zaman sekarang.
Benar saja, ia mulai memasarkan rotinya kepada teman-temannya yang berada dalam satu naungan LSM yang sama. Karena tidak memiliki kendaraan pribadi, maka ia membawa roti bikinannya dengan angkutan umum.
Berkat relasi yang dimilikinya, di awal berjualan, ia sukses menjual semua rotinya. Bahkan para temannya juga membantu menjualkan.
Salah satu kue dari produk 'Aflah'. Foto: website Alfah Cake
Bisnis berjaring, hal itu yang menjadi kunci utama kesukesan bisnis kuliner milik Buchori. ‘Aflah’ menjadi sebuah merek yang mulai banyak dikenal masyarakat hingga sekarang. Bahkan, ia bisa memproduksi 1.000 dus setiap hari untuk memenuhi kebutuhan pasarnya.
ADVERTISEMENT
Kini, ia juga berhasil membuka 7 gerai roti yang tersebar di Kutoarjo, Purworejo, Grabag, Purwodadi, dan tentunya Yogyakarta. Roti yang ia jual dibanderol dengan harga mulai dari Rp 15-250 ribu untuk jenis cake.
Ilustrasi uang. Foto: pixabay
Dari hasil tersebut, ia berhasil mendapatkan omzet lebih dari Rp 225 juta per bulannya. Kini, ia juga sudah berhasil melindungi merek rotinya dengan mematenkan nama yang terdaftar di DirjenHAKI dan mengantongi sertifikat halal dari MUI Jogja.
Berangkat dari kisah nekat Buchori tadi, apakah kamu juga tertarik untuk menjadi pengusaha muda di bisnis kuliner?