Menguak Sejarah Kue Keranjang, Makanan Khas Imlek untuk Persembahan Leluhur

Viral Food Travel
Berita viral seputar Food dan Travel
Konten dari Pengguna
11 Februari 2021 11:42 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Viral Food Travel tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Kue keranjang Foto: Antara/Oky Lukmansyah
zoom-in-whitePerbesar
Kue keranjang Foto: Antara/Oky Lukmansyah
ADVERTISEMENT
Apakah kamu sudah siap merayakan Imlek 2021? Sebelum itu, salah satu hal yang perlu ketahui adalah keberadaan kue keranjang saat perayaaan Imlek.
ADVERTISEMENT
Kue keranjang atau biasa disebut nian gao, adalah salah satu kudapan wajib yang ternyata memiliki filosofi unik bagi masyarakat Tionghoa. Disebut juga sebagai ‘kue tahun baru’ atau Chinese New Year's cake, kue kecokelatan ini memiliki rasa yang manis dengan tekstur lengket; hasil campuran tepung beras dan gula merah.
Kamu dapat menikmatinya dengan berbagai cara —dikukus, digoreng, digoreng dengan telur atau dimakan dingin begitu saja. Selain memiliki rasa yang unik, kue keranjang juga dilengkapi berbagai varian. Misalnya dalam tradisi Hokkien, kue ini terbuat dari tepung beras dan talas, atau di daerah Beijing nian gao terbuat dari jujube serta tepung beras.
Dalam bahasa China, ‘gao’ memiliki persamaan pengucapan untuk kata tinggi. Sehingga, nian gao dipercaya memiliki arti ‘lebih tinggi setiap tahun’ —melambangkan kemajuan dan promosi di tempat kerja, peningkatan dalam kehidupan sehari-hari, serta kesuksesan dari tahun ke tahun.
Ilustrasi kue keranjang goreng dua lapis. Foto: Shutter Stock
Tidak hanya itu, dalam kepercayaan masyarakat Tionghoa tradisional, kue ini merupakan persembahan kepada leluhur, kaisar langit, dan dewa dapur. Diyakini sebagai persembahan kepada dewa dapur, dengan tujuan agar mulutnya tertutup akibat kue lengket sehingga ia tidak bisa menjelek-jelekkan keluarga di hadapan kaisar langit.
ADVERTISEMENT
Sejarah kue keranjang dalam perayaan Imlek
Mengutip beberapa sumber, pada awal Dinasti Liao (907-1125), orang-orang di Beijing sudah memiliki kebiasaan makan kue ini pada hari pertama, bulan pertama, tahun lunar. Selain itu, selama Dinasti Ming (1368–1644) dan Dinasti Qing (1644–1911), nian gao telah menjadi camilan yang bisa semua rakyat nikmati —dan berlanjut sampai sekarang.
Kue keranjang memiliki beberapa legenda, dan salah satunya terjadi pada masa Tiongkok kuno (tahun 722-481 SM), saat banyak warga yang menderita akibat kekacauan perang. Sekitar tahun 482 SM, Wu Yun (dikenal sebagai Zixu), pemimpin kerajaan Wu yang terletak di Suzhou, secara diam-diam memastikan bahwa bagian dari tembok pelindung kota terbuat dari batu bata beras ketan. Dia mengisyaratkan bahwa pada saat-saat sulit, warga harus menggali di bawah tembok.
ADVERTISEMENT
Bertahun-tahun kemudian, setelah Wu Zixu meninggal, kata-katanya menjadi kenyataan —bukan hanya karena perang, banyak orang yang juga meninggal akibat kelaparan. Seorang prajurit yang mengingat kata-kata Wu Zixu kemudian menggali lubang, dan menemukan tembok di bawah tanah yang dibangun dengan batu bata khusus, terbuat dari tepung beras ketan.
Produksi kue keranjang Jelang Imlek di Kudus, Jawa Tengah. Foto: Dok. Pemprov Jawa Tengah
Makanan tersebut lalu menyelamatkan banyak orang dari kelaparan. Setelah itu, orang membuat kue ini setiap tahun untuk memperingati Wu Zixu dan seiring berjalannya waktu, nian gao tersebut menjadi apa yang sekarang dikenal sebagai kue Tahun Baru Imlek.
Legenda lain menyebutkan kalau nama kue ini berasal dari raksasa bernama 'Nian' dan warga cerdik bernama ‘Gao’. Raksasa nian tinggal di sebuah gua dalam gunung, dan membuat banyak warga ketakutan saat ia mencari mangsa ke desa-desa.
ADVERTISEMENT
Sampai akhirnya, Gao memiliki ide untuk membuat kue sederhana —yang terbuat dari campuran tepung ketan dan gula. Pada akhirnya, kue ini yang menyelamatkan warga ketakutan tersebut.
Entah, legenda atau catatan mana yang tepat, tapi sejarah kue keranjang menjadi bagian penting dari perayaan Imlek ini. Kue keranjang bukan sekadar makanan pemanis, melainkan juga simbol dari pengharapan tinggi bagi seluruh masyarakat yang merayakan Imlek.