Konten dari Pengguna

Rumah Adat Honai, Hunian Suku Dani yang Khas dan Unik

Viral Food Travel
Berita viral seputar Food dan Travel
21 Mei 2021 5:17 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Viral Food Travel tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Rumah adat Honai. Sumber: Diskominfo Jayawijaya
zoom-in-whitePerbesar
Rumah adat Honai. Sumber: Diskominfo Jayawijaya
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Rumah adat Honai sebagai salah satu rumah tradisional tentu mempunyai beberapa karakteristik yang khas dan unik yang akan berbeda dari rumah adat lain di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Rumah adat Honai adalah hunian orisinil milik salah satu suku asli Papua, yaitu Suku Dani. Suku Dani tinggal di sebuah lembah yang memiliki nama lembah Baliem. Dalam satu perkampungan, Honai akan terdiri dari beberapa silimo yang berpencar. Silimo sendiri merupakan sistem tempat tinggal yang dihuni oleh sekelompok keluarga.
Nah informasi di atas hanya salah satu hal yang khas dan unik dari hunian masyarakat Suku Dani. Masih penasaran dengan fakta unik lainnya? Berikut rumah adat Honai yang khas dan unik milik Suku Dani yang akan diulik lebih lanjut.

Rumah Adat Honai Menyimpan Umbi Hingga Mumi

Rumah adat Honai. Sumber: Taman Mini Indonesia Indah
Selayaknya sebuah rumah, Honai tidak hanya digunakan sebagai tempat untuk berteduh dan beristirahat saja. Hunian tradisional ini juga biasa digunakan untuk menyimpan makanan seperti umbi-umbian.
ADVERTISEMENT
Namun yang khas dan unik, rumah adat Honai ternyata juga digunakan sebagai tempat pengasapan mumi! Suku Dani memang merupakan salah satu suku di Papua yang memiliki tradisi menjadikan jenazah orang yang sudah meninggal menjadi mumi.

Rumah Adat Honai Dibuat Khusus untuk Para Lelaki

Rumah adat Honai. Sumber: Portal Informasi Indonesia
Rumah Honai sebenarnya merupakan sebuah nama hunian yang diberikan untuk bangunan rumah khusus bagi para lelaki dewasa dan anak laki-laki yang beranjak dewasa. Honai ini juga biasa disebut dengan honai laki-laki di mana bangunannya lebih besar dibandingkan dengan bangunan yang lain.
Lalu di mana para ibu dan anak perempuan tinggal? Honai perempuan biasa disebut dengan Ebei. Di bangunan inilah para anak-anak perempuan diajarkan oleh ibu mereka untuk mengurus rumah tangga.
ADVERTISEMENT

Rumah Adat Honai Dibangun Secara Bergotong Royong

Gambaran kaun perempuan yang ikut bergotong royong dalam membangun rumah adat Honaidengan mengumpulkan alang-alang. Foto: Yusran Uccang/ANTARA FOTO
Dilansir melalui laman Warisan Budaya Takbenda Indonesia milik Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Honai dibangun secara bergotong-royong oleh para laki-laki. Namun, kaum perempuan serta anak-anak juga turut andil dalam pembangunan Honai, yakni dengan membantu mengumpulkan alang-alang, yang kemudian akan digunakan sebagai atap dari Honai.

Rumah Adat Honai yang Bulat Ternyata Kaya akan Filosofi

Rumah adat Honai. Sumber: shutterstock
Dari laman warisanbudaya.kemdikbud.go.id, bentuk rumah Honai yang bulat atau melingkar tersebut ternyata memiliki filosofi tersendiri. Filosofi dari bentuknya adalah menjaga kesatuan dan persatuan yang tinggi diantara suku, berarti mereka telah ikut mempertahankan budaya yang telah dipertahankan oleh nenek moyang sejak dulu. Lalu dengan tinggal bersama di dalam satu Honai artinya mereka memiliki satu pikiran, satu hati, dan satu tujuan dalam menyelesaikan perkerjaan-pekerjaan yang ada.
ADVERTISEMENT

Rumah Adat Honai yang Punya Fungsi Khusus

Rumah adat Honai. Sumber: Kementerian ESDM
Selain memiliki fungsi sebagai tempat tinggal, Honai juga merupakan tempat untuk mendidik anak laki-laki agar kelak mereka dapat menjadi manusia baik dan berguna. Para anak lelaki diajarkan caranya bertanggung jawab kepada keluarga dan kelompoknya, serta diajarkan cara untuk bertahan hidup. Selain itu, Honai juga berfungsi menjadi tempat untuk mengatur strategi perang agar memenangkan pertempuran.
Itu dia beberapa hal khas dan unik dari rumah adat Honai milik Suku Dani yang tinggal di wilayah Pegunungah Tengah Papua dengan ketinggian 1.800 meter di atas permukaan laut.
(SYA)