Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Tempat Wisata Di Bali dengan Pesona Adat Khas? Kunjungi 3 Desa Ini
23 April 2021 20:46 WIB
Tulisan dari Viral Food Travel tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Hal ini terbukti melalui penghargaan Tripadvisor Traveler Choice Award 2021 yang diterima oleh Bali pada awal tahun ini. Bali mendapat penghargaan dari Media International London sebagai destinasi terpopuler di dunia. Melansir laman disparda.baliprov.go.id, dalam penghargaan ini Bali berhasil mengalahkan Kota London, Paris, Dubai, Roma, dan Bangkok.
Tempat wisata di Bali yang dapat menjadi pilihan adalah desa-desa wisata yang tersebar di seluruh wilayah Bali. Selain dapat menikmati alam Bali yang khas, di sini kita bisa langsung melihat pesona adat yang merupakan budaya Bali yang sesungguhnya.
Berikut 3 desa wisata di Bali dengan adat yang unik milik masing-masing desa.
1. Desa Penglipuran
Melansir Dinas Pariwisata Kabupaten Bangli, kata penglipuran berasal dari kata Pengling Pura yang berarti tempat suci untuk mengenang para leluhur. Desa Penglipuran berada di Kelurahan Kubu, Kecamatan Bangli, Kabupaten Dati II Bangli. Jarak dari Kota Denpasar ke desa ini adalah 45 km dan 5 km dari pusat Kota Bangli.
ADVERTISEMENT
Daya tarik wisata desa ini memilili beberapa aspek, tetapi yang aling terkenal adalah sistem adatnya. Oleh karena itu desa ini juga kerap disebut dengan desa adat.
Adat yang dipegang oleh desa wisata ini adalah Awig-Awig yang dilandaskan oleh tiga hal yang disebut dengan Tri Hita Karana. Tri Hita Karena mengatur hubungan masyarakat Desa Penglipuran dengan manusia dan Tuhannya yang meliputi tempat suci dan hari suci yang disebut Prahyangan.
Lalu Pawongan yang berarti mengatur hubungan manusia dan manusia lain, salah satunya mengatur masyarakat setempat dengan desa lain. Bentuk Pawongan meliputi perkawinan, organisasi, dan lain-lain.
Yang terakhir adalah hubungan manusia dengan lingungannya. Landasan ini menjadikan masyarakat Desa Penglipuran sangat mencintai alam dan selalu merawatnya.
ADVERTISEMENT
Ketiga landasan inilah yang menjadikan masyarakat dan lingkungan Desa Penglipuran itu sendiri menjadi desa yang sangat menarik untuk dikunjungi.
2. Desa Cempaga
Desa Cempaga atau Desa Adat Cempaga berlokasi di Kecamatan Bangli, Kabupaten Buleleng. Desa ini terletak sejauh 43 km dari Denpasar dan 3 km dari Desa Penglipuran.
Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Bangli menyebutkan, di Desa Cempaga terdapat Pura Kehen yang merupakan Pura-Pura terkuno yang ada di Bali. Prasasti yang ada di Pura Kehen berisi petunjuk untuk para penduduk desa dalam melaksanakan upacara besar.
Terdapat dua upacara yang dapat dinikmti oleh wisatawan. Pertama adalah Upacara Piodalan yang berlangsung selama lima hari, di mana dalam lima hari itu, semua Banjar dari 9 desa datang untuk menghaturkan bakti secara bergilir.
ADVERTISEMENT
Lalu ada Upacara yang diadakan 3 tahun sekali yang disebut Ngusaba Dewa yang berlaangsung selama 9-11 hari lamanya.
Dari dua upacara tadi, kegiatan yang paling menarik adalah prosesi Upacara Melasti yang diikuti ribuan orang dan kelompok gamelan yang mengiringi. Prosesi ini dilakukan dengan berjalan kaki dan ketika upacara berlangsung, desa-desa akan bergantian untuk mempersembahkan tarian sakral.
3. Desa Tenganan
Desa Tenganan adalah salah satu desa kuno yang ada di Bali. Desa ini terletak di Kecamatan Manggis. Jarak yang ditempuh jika datang dari Kota Denpasar sekitar 65 km, sedangkan dari kota Amlapura yang merupakan ibu kota kabupaten adalah 17 km.
Menurut Pemerintah Kabupaten Karangasem, yang unik di desa ini adalah pola hidup masyarakat Desa Tenganan yang memegang kebudayaan dan istiadat kehidupan desa Bali Aga (pra Hindu) yang jelas berbeda dari desa-desa lain di Bali.
ADVERTISEMENT
Terdapat pula tradisi ritual Mekare-kare atau yang disebut dengan perang pandan yang merupakan puncak dari prosesi Upacara Ngusaba Sambah yang dilaksanakan setiap bulan Juni selama 30 hari.
Desa ini juga terkenal dengan kerajinan yang bernama tenun double ikat kain Grinsing yang memerlukan waktu tenun hingga 3 tahun lamanya. Ikat kain Grinsing ini merupakan perlengkapan dalam upacara.
Nah, jika kamu memiliki kesempatan berwisata ke tempat wisata di Bali, jangan lupa mengunjungi salah satu desa wisata di atas ya. Jangan lupa untuk tetap mematuhi protokol kesehatan selama berlibur!
(SYA)