Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.92.0
Konten dari Pengguna
Kuliner Tradisional dan Globalisasi: Ancaman atau Peluang bagi Identitas Budaya?
12 Desember 2024 13:04 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Visenriadi Putra tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Globalisasi memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap perubahan aspek kehidupan manusia, salah satunya dalam dunia kuliner. Semakin mudahnya mengakses informasi, teknologi, dan budaya menyebabkan proses homogenisasi budaya yang semakin terlihat. Salah satu dampak yang paling terasa adalah banyaknya kuliner tradisional yang mulai hilang dan sulit untuk ditemukan. Hal ini disebabkan karena akses terhadap makanan dari luar seperti fast food, lebih mudah untuk didapatkan. Makanan khas daerah yang seharusnya menjadi identitas budayanya pun terancam kehilangan eksistensinya di tengah arus globalisasi ini. Disisi lain, globalisasi membuka peluang yang besar untuk kuliner tradisional semakin dikenal di kancah internasional. Apakah dengan adanya globalisasi ini akan memberikan ancaman bagi kuliner tradisional, atau justru memberikan peluang baru bagi kuliner tradisional untuk bisa lebih dikenal di mata dunia?
ADVERTISEMENT
Makanan sebagai Identitas Budaya
Kuliner tradisional atau makanan khas daerah seringkali dikaitkan sebagai representasi budaya, sejarah, dan nilai-nilai masyarakat setempat. Dikarenakan setiap daerah akan memiliki makanan unik dan khas yang berbeda dari segi rasa, pengolahan, bahan baku, bahkan sampai tradisi penyajiannya, contohnya rawon yang merupakan makanan khas Jawa Timur. Rawon dikenal dengan hidangan yang kaya akan rempah-rempah dan kuah hitamnya yang khas yang berasal dari kluwek (keluak). Rawon menjadi salah satu hidangan yang banyak diminati masyarakat Indonesia karena rawon tidak hanya bisa ditemukan di Jawa Timur, tapi hampir di seluruh daerah di Indonesia kita bisa menemukan rawon. Hal ini menunjukan bahwa makanan bukan hanya sebagai pemenuhan gizi, tapi juga sebagai identitas budaya yang bisa dikenal sampai luar daerah.
Makanan sejatinya memainkan peranan yang sangat penting dalam mencerminkan identitas budaya sebuah masyarakat. Makanan khas daerah dapat menggambarkan kekayaan budaya yang perlu dilestarikan dan tidak hanya itu, makanan khas daerah juga dapat memperkuat identitas nasional melalui keragaman dan keunikan rasanya. Makanan yang hampir punah seharusnya memiliki nilai yang lebih dari hanya sekedar nutrisi dan bahan pangan, tapi juga mewakili warisan budaya yang berharga dan sebagai simbol dari identitas budaya nasional. Dengan demikian, makanan tidak hanya sebagai kebutuhan fisik, tapi juga sebagai ekspresi nilai-nilai budaya yang diwariskan dari generasi ke generasi.
ADVERTISEMENT
Ancaman Globalisasi atau Peluang Baru?
Dengan cepatnya arus globalisasi yang keluar dan masuk di Indonesia, kuliner tradisional mulai menghadapi tantangan dan hambatannya. Banyaknya budaya dan makanan dari luar yang mulai masuk ke Indonesia, menyebabkan beberapa kuliner tradisional kehilangan pasarnya sehingga semakin sulit untuk ditemukan. Apalagi dengan munculnya makanan fast food dan makanan siap saji, menyebabkan akses ke makanan luar menjadi semakin mudah untuk didapatkan. Hal ini juga berdampak pada perilaku konsumen yang lebih memilih untuk mendapatkan sesuatu yang cepat, instan, dan mudah.
Namun jika dilihat dari sisi yang lain, globalisasi dapat memberikan peluang yang besar bagi kuliner tradisional untuk bisa dilihat di mata dunia. Dengan hadirnya teknologi dan sosial media, proses masuk dan keluarnya informasi menjadi semakin cepat sehingga kuliner tradisional dapat dipromosikan dengan target audiens yang lebih luas, baik nasional maupun internasional. Hal ini harus dipergunakan dengan baik oleh para pengusaha makanan lokal karena manfaat yang diberikan bukan hanya berdampak pada bisnis yang dijalankan, tapi juga mempertahankan eksistensi makanan khas daerah yang ada di Indonesia sebagai identitas budayanya.
ADVERTISEMENT
Penutup
Pada akhirnya, kehidupan manusia tidak bisa terpisahkan dari globalisasi dan pengaruhnya terhadap aspek kehidupan manusia. Makanan pun juga demikian dimana perannya sebagai identitas budaya suatu komunitas tidak bisa terpisahkan. Akan tetapi, tidak benar jika kita menganggap bahwa globalisasi akan menghapus kuliner tradisional sebagai identitas budaya. Makanan khas daerah masih bisa bertahan di tengah derasnya arus globalisasi dan bahkan arus globalisasi dapat mempromosikan budaya lokal. Oleh karena itu, kita harus bisa menerima dan beradaptasi dengan cara memperkenalkan kuliner lokal ke dunia tanpa mengorbankan perannya sebagai identitas budaya.