Sutan Sjahrir, Peletak Cara Pandang Diplomasi Indonesia

Visnu Assyafiq Suwarto
UINSA's IR Student Addicted in Sport, Music and Writing Basketball, Football, Music Group and Media's Photographer Wannabe Your Bad Lover
Konten dari Pengguna
28 Desember 2020 21:32 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Visnu Assyafiq Suwarto tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sutan Sjahrir, Sumber; Pinterest
zoom-in-whitePerbesar
Sutan Sjahrir, Sumber; Pinterest
ADVERTISEMENT
Semua data yang ada disini berasal dari buku saku Tempo yang berjudul : Sjahrir, Perang Besar Bung Kecil
ADVERTISEMENT
Terbentuknya suatu negara memiliki dua syarat, yaitu secara de facto maupun secara de jure. Secara de facto, syaratnya adalah memiliki wilayah, memiliki pemerintahan berdaulat, memiliki ibukota, dan memiliki masyarakat di dalamnya. Secara de Jure, syaratnya adalah diakui oleh negara lain yang telah menjadi anggota PBB. Hal ini wajar, karena tanpa pengakuan negara lain, sebuah negara akan mudah dikendalikan oleh negara lain sehingga terjadilah penjajahan.
Pentingnya kedaulatan Indonesia secara De Jure inilah yang membuat seorang pahlawan intelektual Indonesia untuk memperjuangkan bangsa Indonesia agar diakui oleh negara lain di awal kemerdekaannya pada 1945. Sang pahlawan itu bernama Sutan Sjahrir.
Sutan Sjahrir di Indonesia dikenal sebagai seorang Sosialis yang mendirikan Partai Sosialis Indonesia. Sjahrir juga pernah dicibir oleh pemerintah sebagai Anjing Belanda karena mau berunding dengan Belanda dalam meresmikan perjanjian Linggarjati, sebuah perjanjian yang saat itu dianggap merugikan Indonesia.
ADVERTISEMENT
Namun, disisi lain, saya dan bisa saja beberapa pembaca menyetujui bahwa Sjahrir lah yang meletakkan dasar-dasar Diplomasi untuk Indonesia. Pemuda asli Bukittinggi ini mengajarkan kepada masyarakat Indonesia bagaimana Hard dan Soft Diplomacy dilakukan oleh suatu negara agar dapat mendapat pengakuan dari negara lain setelah merdeka.
Menurut Sjahrir, Diplomasi jauh lebih efektif dalam melebarkan sayap suatu negara kepada negara lain, termasuk negara sebesar Indonesia. Selain itu, Diplomasi juga dapat menjadi awal yang baik untuk suatu negara yang baru merdeka untuk meyakinkan kepada negara lain bahwa negara ini berdiri sendiri dan bebas dari penjajahan, sehingga kedua negara memiliki hubungan yang setara.
Lalu, apa saja model diplomasi yang dilakukan Sjahrir kepada dunia internasional agar Indonesia mendapatkan pengakuan secara de Jure ?
ADVERTISEMENT
Perjanjian ini merupakan sebuah upaya dari Indonesia mendapatkan pengakuan dari Belanda secara de jure. Perundingan yang diadakan di Kuningan pada 1946 ini melahirkan satu keputusan kontroversial: Belanda mengakui kedaulatan Indonesia hanya lintas Sumatera, Jawa dan Madura.
Perjanjian ini sering dianggap sebagai cara merugikan Indonesia dan membuat perjuangan dan tumpah darah Indonesia selama bertahun-tahun sia-sia. Kritikan pun datang dari berbagai tokoh seperti Tan Malaka dan Bung Tomo serta para pengikutnya. Akan tetapi, Sjahrir berpendapat bahwa apa yang dilakukannya ini merupakan sebuah cara agar Belanda mau mengakui kedaulatan Indonesia tanpa harus berperang dan bertumpah darah.
Berkat Perjanjian Linggarjati, Indonesia dapat mulai melakukan kegiatan Ekspor dan Impor sebagai cabang dasar hard diploamcy, yaitu bekerja sama di bidang ekonomi. Karet dan Kopra yang menjadi salah dua komoditi Alam Indonesia diekspor ke dua negara, yaitu Inggris dan Amerika Serikat. Dua negara tersebut mengakui kedaulatan Indonesia sebagai sebuah negara setelah itu.
ADVERTISEMENT
Sutan Sjahrir dalam perundingan ini mengajarkan kepada republik bahwa untuk menyelesaikan masalah antar negara, diplomasi menjadi satu cara yang paling efektif. Selain menghindari peperangan, perundingan ini dapat menjadi awal bagi Indonesia untuk segera menghabiskan diri sebagai negara yang setara dengan negara lain terutama Belanda. Meskipun dalam kasus ini pada akhirnya Belanda hanya mengakui 3 wilayah Indonesia itu, perundingan ini menunjukkan bahwa Indonesia dapat memulai pencarian pengakuan kedaulatan Indonesia secara de jure serta memulai aktivitas politik luar negeri nya dengan berkawan dengan negara lain.
Perjanjian Linggajati yang kontroversial itu memberikan berkah sendiri kepada Indonesia. Indonesia sebagai sebuah negara resmi mengirimkan wakilnya untuk bergabung dalam sidang di dewan keamanan PBB di Lake Sucsess, New York, amerika Serikat. Di sana, Indonesia menjadi negara resmi yang setara dengan Rusia, Polandia, India, Australia dan lain-lain.
ADVERTISEMENT
Sjahrir yang menjadi pembicara Indonesia di sidang PBB, membuat sebuah pengakuan yang didengar oleh seluruh dunia, di mana Belanda rupanya telah melanggar perjanjian Linggarjati yang mengakibatkan Agresi Militer 1. Sjahrir juga menjelaskan pada dunia bahwa selama 3,5 abad, Belanda telah membuat Indonesia mengalami kemunduran total.
Pernyataan Sjahrir saat itu memang tidak diakui oleh PBB karena PBB pro dengan barat yang termasuk Belanda di dalamnya. akan tetapi, apa yang dikatakan Sjahrir di Lake Sucsess ini membuat mata dunia terbuka dan mulai memberikan dukungan kepada republik Indonesia yang saat itu masih berusia dua tahun kurang tiga hari. Personal Branding untuk mencari dukungan yang menjadi tujuan dari Soft diplomacy pun juga tercapai di sini, di mana berbagai negara di Asia Tenggara, Asia barat dan Eropa Timur resmi mendukung Indonesia memperjuangkan kedaulatannya secara utuh.
ADVERTISEMENT
Sidang PBB itu menghasilkan suatu peristiwa besar: Indonesia-Belanda diminta bertemu untuk berunding dalam Komisi Tiga Negara di mana Australia yang menjadi mediator Indonesia dan Belgia yang menjadi mediator Belanda. Adapun penengahnya adalah negeri Paman Sam, Amerika Serikat.
Komisi Tiga Negara inilah yang memulai sebuah perundingan yang lebih besar: Konferensi Meja Bundar. KMB yang dilaksanakan pada 1949 ini menjadi klimaks dari perjuangan Indonesia di bidang politik, yaitu Belanda akhirnya mengakui Indonesia seutuhnya sebagai sebuah kedaulatan yang setara.
Lake Sucsess memberikan sebuah angin segar bagi republik, terutama di sisi politik luar negeri. Sjahrir secara tidak langsung ingin memberikan sebuah arahan bahwa Indonesia harus berani bersaing dengan negara-negara lain dalam percaturan politik dunia. Politik dunia yang serba intrik dan penuh tanda bahaya harus dapat diselesaikan dengan cara diplomatik juga, yaitu dengan sidang dan berunding tanpa darah.
ADVERTISEMENT
Masa awal kemerdekaan suatu negara memang terasa berat bagi negara tersebut. berbagai kebutuhan dan fasilitas negara harus mulai dibangun dan diperkenalkan agar negara tersebut dapat bersaing secara Internasional.
Sebagai Anak baru pada 1945, Indonesia harus menghadapi berbagai negara di dunia internasional dengan segala keunikannya. Oleh karena itu, bekerja sama dengan negara lain akan menjadikan Indonesia sudah siap untuk hidup, tumbuh dan berkembang di tengah ratusan negara.
Salah satu negara pertama yang diajak bekerja sama oleh Indonesia adalah India. Kerja sama atau diplomasi ini menyepakati bertukarnya dua komoditi negara masing-masing agar mampu memenuhi kebutuhan hidupnya sebagai masyarakat global. Diplomasi ini menyepakati bahwa beras Indonesia ditukar dengan Kain dan obat dari India.
ADVERTISEMENT
Diplomasi ini merupakan sebuah kesepakatan yang menarik dan pas mengingat saat itu India yang sedang mengalami Krisis Pangan dan Indonesia pasti membutuhkan kain untuk dapat meningkatkan kebutuhan Sandang sekaligus memperbaiki kualitas Indonesia dalam Fashion. Indonesia yang berasnya memang menjadi komoditi utama dan surplus saat itu akan membantu India dalam meningkatkan kebutuhan pangan yang bermasalah dan India yang memiliki kain kualitas jempolan akan membantu Indonesia yang masih "balita" memenuhi kebutuhan sandangnya.
Diplomasi yang bernama diplomasi beras ini terjadi berkat kemampuan Sjahrir dan rekan-rekannya di Cirebon. Seperti diketahui, pada tahun 1946 Sjahrir menjadi perdana menteri Indonesia. Kebijakan awalnya sebagai perdana menteri di negeri yang baru merdeka itu adalah memulai kebijakan internasionalnya agar Indonesia dapat diakui oleh negara lain.
ADVERTISEMENT
Diplomasi beras dan tekstil itu berbuah manis, di mana India melalui Jawahalral nehru (ayah perdana menteri wanita India Indira Gandhi ) mengundang Sjahrir ke India untuk menghadiri Asian Relations Conference di New Delhi sebagai perwakilan Indonesia.
Kebijakan Diplomasi Beras yag dilakukan oleh Sjahrir ini menunjukkan bahwa Sjahrir telah mengajarkan pada Republik bagaimana diplomasi bilateral untuk memulai kerjasama itu dilakukan. Seperti kita tahu, diplomasi bilateral yang melibatkan dua negara harus merupakan kebijakan yang dapat menguntungkan kedua belah pihak. Selain itu, dengan berdiplomasi secara bilateral, sebuah negara akan lebih mudah mencapai kesepakatan kerjasama karena terciptanya kompromi yang baik antar negara.
Setelah diundang oleh Nehru sebagai negara sahabat dalam pertemuan negara Asia di New Delhi, India, Sjahrir tidak langsung kembali ke Republik. Sjahrir berkeliling Asia untuk melakukan perundingan dengan berbagai negara. Mesir, Iran, Suriah, Birma ( Myanmar ) dan Singapura adalah tujuan negara di mana Sjahrir mulai mendeklarasikan Indonesia sebagai bagian dari masyarakat global di dunia Internasional.
ADVERTISEMENT
Gerakan ini sangat penting untuk memulai peningkatan status Indonesia sebagai sebuah negara. pengakuan dari de jure diperlukan untuk membuat status Indonesia setara dengan negara lain. Gerakan ini jugalah yang menjadi cikal bakal terjadinya Konferensi Asia-Afrika di Bandung pada 1955. Inilah yang juga menjadi tujuan utama dalam Soft Diplomacy, yaitu meningkatkan personal branding sebuah negara.
Hal ini juga dapat menjadi sebuah langkah awal agar Indonesia dapat bersaing dengan negara lain. Seperti kita tahu, negara-negara internasional akan mengalami kesulitan dalam perjalanannya sebagai sebuah negara. Masalah-masalah di negara sendiri dan masalah negara lain akan selalu berdatangan. Oleh karenanya, negara membutuhkan negara lain untuk menjadi kawan diskusi sekaligus sebagai pusat bantuan.
Dari empat urutan peristiwa ini, Sjahrir telah meletakkan dasar-dasar politik luar negeri Indonesia dengan cara-cara berunding dengan dunia internasional, tanpa perang dan darah. Sjahrir yang berpikiran modern mengajarkan pada Republik bahwa Indonesia harus bisa setara dengan negara lain dalam konteks masyarakat global.
ADVERTISEMENT
Sjahrir yang meninggal di Zurich, Swiss ini tidak hanya dikenal sebagai tokoh sosialis, namun sebagai diplomat pertama dalam sejarah republik seperti H.Agus Salim. Sjahrir memang tidak berkarisma tinggi seperti Ir. Soekarno, Bung Tomo dan Tan Malaka. Namun, perjuangannya untuk republik mendapatkan tempat di dunia internasional patut untuk dikenang oleh masyarakat Indonesia.