Pentingnya Edukasi Mengenai Pernikahan Dini pada Usia Remaja di Era Global

Vivi Vitriani
Mahasiswi Sosiologi Universitas Muhammadiyah Malang
Konten dari Pengguna
15 Juli 2022 17:46 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Vivi Vitriani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Gambar pernikahan. Sumber foto : shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Gambar pernikahan. Sumber foto : shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sosiologi keluarga merupakan salah satu kajian ilmu sosiologi yang memahami, mempelajari, atau untuk mengetahui realitas yang terjadi dalam interaksi, pola, bentuk, serta perubahan dalam keluarga. Dalam kajiannya, sosiologi keluarga memiliki banyak manfaat dalam kehidupan yaitu dapat memberikan pengetahuan serta arahan dalam membangun atau membina keluarga yang harmonis dan memberikan pengetahuan untuk dapat menyikapi tindakan yang dapat diberikan pada keluarga. Namun, tidak semua berjalan dengan mulus sesuai dengan apa yang diharapkan dan pasti memiliki hambatan. Salah satu kasus yang dapat dikaji dalam sosiologi keluarga yaitu pernikahan dini.
ADVERTISEMENT
Pernikahan dini bukan menjadi hal yang asing lagi di telinga masyarakat sekarang ini. Bahkan di beberapa daerah, kasus pernikahan dini sudah menjadi hal yang lumrah. Faktor – faktor yang menjadi penyebab pernikahan dini bisa terjadi karena rendahnya ekonomi keluarga, kurangnya iman, budaya, maupun keinginan dari orang tua remaja itu sendiri. Namun, faktor yang paling mempengaruhi adalah pergaulan bebas yang pada akhirnya menimbulkan kehamilan di luar nikah. Jadi mau tidak mau proses akhir yang ditempuh yaitu melalui pernikahan.
Kasus ini menyebabkan remaja kehilangan haknya. Terutama hak dalam memperoleh pendidikan yang tinggi. Dari sisi kesehatan juga sangat berpengaruh, karena usia muda akan berpengaruh pada tingginya angka kematian ibu melahirkan serta berpengaruh pada rendahnya kesehatan, baik dari sang ibu maupun anaknya yang mengalami prematur atau cacat bawaan. Dari sisi fisik, pasangan remaja masih belum mampu untuk melakukan pekerjaan yang berat apalagi untuk menafkahi keluarganya . Serta dari segi mental, pasangan remaja akan sering mengalami kegoncangan ketika mereka dihadapkan oleh sebuah tanggung jawab, karena mereka belum cukup untuk memiliki mental yang kuat.
ADVERTISEMENT
Di era global seperti ini, pergaulan bebas masih marak terjadi, sehingga banyak remaja yang memilih mengakhiri sekolahnya untuk menikah. Perlu diketahui bahwasannya dalam kasus seperti ini, Indonesia menjadi negara yang paling tinggi jumlahnya. Dalam UU No 1 Pasal 6 Ayat 2 Tahun 1964 mengatakan bahwa setelah seseorang telah berusia diatas 21 tahun boleh menikah tanpa seizin orang tua. Selama seseorang usianya belum mencapai 21 tahun maka masih memerlukan izin dari orang tua dan usia tersebut masih tergolong kecil untuk melangsungkan pernikahan. Namun, tetap saja kasus pernikahan dini masih banyak terjadi di Indonesia.
Dampak yang ditimbulkan dari kasus ini, dapat mempersulit perkembangan pada usia remaja. Maka dari itu, salah satu upaya untuk menurunkan tingginya angka pernikahan dini di usia remaja yaitu dengan melakukan edukasi. Edukasi merupakan salah satu hal yang penting. Karena dengan edukasi, mampu memberikan pengetahuan, pengertian, serta pemahaman mengenai dampak serta bahayanya pernikahan di usia remaja. Dalam edukasi ini tidak hanya menyampaikan terkait itu saja, tetapi resiko dan memilah – milah pergaulan juga perlu dibicarakan dalam hal ini agar tidak terjadi pergaulan bebas.
Gambar diatas merupakan salah satu bentuk aktivitas para kader memberikan edukasi pada catin.
Salah satu bentuk upaya pemerintah untuk memberikan edukasi kepada catin atau biasa disebut dengan calon pengantin yaitu melalui BKKBN (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana). Mulai dari tingkat kabupaten, tingkat kecamatan, maupun tingkat desa atau kota. Di desa atau kota, kader catin akan mencatat dan memberikan sosialisasi atau penyuluhan kepada catin - catin muda tersebut sebagai bekal untuk membina rumah tangga mereka sendiri. Pembekalan ini berupa materi yang berisikan tentang kesiapan fisik dan psikis. Kesiapan fisik ini diantaranya kesehatan jasmani dan rohani maupun kesehatan reproduksi.
ADVERTISEMENT
Dengan adanya sosialisasi tersebut, diharapkan untuk para catin dapat memposisikan diri mereka bahwasannya untuk membangun sebuah rumah tangga bukan hanya sekedar untuk memenuhi rasa cinta. Tetapi menikah dibutuhkan persiapan yang matang dan tanggung jawab yang besar untuk kelangsungan hidup bagi keluarganya. Menikah juga untuk memenuhi ajaran agama mereka masing – masing. Serta untuk melahirkan generasi yang akan meneruskan suatu kehidupan. Maka dari itu, edukasi mengenai pernikahan dini sangat penting untuk dilakukan.