Prakarsa Ekonomi Kreatif Bantu Warga Indonesia di AS Semasa Pandemi

VOA Indonesia
VOA dapat disimak di sebagian besar stasiun TV nasional dan lebih dari 30 TV lokal, 400 radio afiliasi, dan Instagram, Facebook, YouTube, Twitter.
Konten dari Pengguna
28 Mei 2020 13:51 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari VOA Indonesia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Mohammad Toha Ruddin (kiri), koordinator Pemberdayaan Masyarakat IMAAM, penggerak ekonomi kreatif. (Foto: VOA/Karlina Amkas)
zoom-in-whitePerbesar
Mohammad Toha Ruddin (kiri), koordinator Pemberdayaan Masyarakat IMAAM, penggerak ekonomi kreatif. (Foto: VOA/Karlina Amkas)
ADVERTISEMENT
Departemen Tenaga Kerja Amerika melaporkan lebih dari 20,5 juta pekerjaan lenyap dalam bulan April lalu, sehingga tingkat pengangguran naik menjadi 14,7 persen. Situasi ini, menurut banyak pakar ekonomi, tidak pernah terjadi pasca Depresi Hebat tahun 1930-an.
ADVERTISEMENT
Menyadari imbas pandemi virus corona terhadap situasi keuangan anggotanya, komunitas muslim Indonesia di Washington DC dan sekitarnya (IMAAM) menggalakkan ekonomi kreatif, mulai dari servis kendaraan hingga menjajakan masakan khas Indonesia. Prakarsa itu sudah berjalan lebih dari satu bulan, dan dirasakan sangat membantu.
Kondisi ekonomi yang tidak menguntungkan itu juga berimbas kepada warga Indonesia, terutama mereka yang menjual tenaga dalam bidang jasa, seperti restoran dan taksi online. Jumlah mereka tidak diketahui. Tetapi IMAAM tahu, sebagian dari mereka adalah aktivis Imaam Center, masjid komunitas Muslim Indonesia, sehingga organisasi Muslim Indonesia di kawasan Washington, DC, itu terdesak untuk mengaktifkan ekonomi kreatif di bawah bidang pembangunan masyarakat.
Jajaran tempe dan katering makanan dari warga Indonesia yang ditawarkan dalam prakarsa ekonomi kreatif IMAAM. (VOA/Karlina)
Koordinator bidang itu, Mohamad Toha Ruddin mengatakan, orang-orang yang dibantu dalam prakarsa itu adalah mereka yang dirumahkan karena tempat usahanya tutup atau mengurangi lebih dari 50 persen karyawan; dan tidak mendapat bantuan uang tunai dari pemerintah. Mereka juga tidak mempunyai keterampilan lain yang bisa diandalkan untuk mendapat pemasukan.
ADVERTISEMENT
“Kita saling bahu membahu, teman-teman kita banyak yang kena lay off secara langsung atau tidak langsung,” jelas Toha.
Ia menambahkan, ekonomi kreatif menggerakkan bisnis-bisnis warga Indonesia di kawasan Washington, DC yang semasa pandemi ini mandek atau terhenti, atau sebaliknya, tumbuh dan berkembang sehingga perlu bantuan pemasaran dan jasa antar. Apa saja yang mungkin dibutuhkan masyarakat, kata Toha, akan disediakan. Mulai dari bersih-bersih rumah, antar jemput barang atau orang, sampai potong rumput atau potong rambut, bengkel atau perbaikan rumah. Sejauh ini, menurut Toha, masker dari kain batik dan masakan/katering menjadi bintang prakarsa tersebut.
Masker batik antara lain diproduksi Mochamad Sutio Nugroho atau biasa dipanggil Tio, karyawan kantin kampus George Washington University. Semasa pandemi ini, jam kerjanya jauh berkurang sehingga ia mengisi waktu dengan menjahit, kemudian memproduksi masker dari kain batik.
ADVERTISEMENT
“Selama kita masih mampu, marilah kita berproduksi, kreatif, aktif, dan jalani hidup sebagaimana yang telah ditetapkan-Nya,” kata Tio.
Hingga saat ini, Tio sudah memproduksi hampir 1.000 masker. Produksinya tidak hanya dijual di kawasan Washington, DC tetapi dikirim ke orang-orang Indonesia dan non-Indonesia serta peminat batik di berbagai negara bagian di Amerika.
Mochamad Sutio Nugroho dan beberapa masker batik yang dibuatnya (Foto: courtesy).
“Batik pun bisa menjadi masker. Bukan hanya untuk menjadi pakaian atau jas atau hiasan. Jadi, ini alasan utama mengapa saya memakai bahan batik, agar batik lebih dikenal dan bisa untuk segalanya,” tambahnya.
Rohana Kasad adalah satu dari 13 penyedia masakan Indonesia yang tergabung dalam prakarsa ini. Ia dan suami sama-sama dirumahkan dari pekerjaan, sehingga tidak ada pemasukan. Dengan ketrampilan memasak, Rohana menawarkan masakan khas Cirebon, seperti nasi jamblang dan empal gentong.
ADVERTISEMENT
“Alhamdulillah, ekonomi kreatif IMAAM bisa membantu ekonomi saya,” tukas Rohana.
Sedangkan Eko Iswanto, bersama tujuh sopir taksi online lain, terlibat program tersebut sebagai pengantar makanan. Ia merasa terbantu dengan adanya prakarsa IMAAM tersebut.
Eko Iswanto, aktivis Masjid Imaam Center, sedang membantu persiapan paket Sembako. Ia merasa sangat terbantu oleh prakarsa ekonomi kreatif IMAAM.(Foto: dok. pribadi)
“Dan bagi saya itu sangat membantu sekali karena kerjaan saya sekarang ini juga agak sepi. Dan ikut di dalamnya bisa mendapat tambahan penghasilan. Mudah-mudahan terus lancar sampai pandemik ini berakhir,” harap Eko.
Prakarsa dari dan untuk masyarakat itu disambut positif konsumen.
Ira yang tinggal di Washington DC, mengaku senang atas tawaran tim ekonomi kreatif akan jasa masakan khas Indonesia, lengkap dengan jasa antar. Ia cukup sering memesan.
“Kan kadang ingin makanan yang pedas atau gurih, sebagai variasi,” katanya.
ADVERTISEMENT
Ira memuji kemudahan dan keragaman pilihan makanan yang ditawarkan.
“Gampang banget caranya kalau sudah masuk distribution list, tinggal pilih, kirim SMS, dan bayar online.”
Semasa pandemi, orang enggan menerima uang tunai. Jadi, tim ekonomi kreatif menyediakan jasa pembayaran digital, dan ada beberapa pilihan.
Dengan segala kemudahan itu, Ira berharap, jasa layanan antar dan katering bisa menjadi sumber penghasilan untuk orang-orang Indonesia yang kehilangan pekerjaan selama pandemi.
Pakar-pakar kesehatan memperkirakan pandemi virus corona ini tidak akan segera berakhir. Karenanya, Toha Ruddin berharap, ekonomi kreatif akan terus bergerak dan membantu.
Baca berita lain seputar kehidupan masyarakat Indonesia di AS di www.voaindonesia.com