Konten dari Pengguna

Nasehat Penting Mbah Warsito Juru Kunci Gunung Slamet Untuk Para Pendaki

Vovi Pramesty
Seorang mahasiswa geografi yang suka menulis dan membaca.
24 Agustus 2024 11:41 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Vovi Pramesty tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Wawancara dan Silaturahmi dengan Mbah Warsito
zoom-in-whitePerbesar
Wawancara dan Silaturahmi dengan Mbah Warsito
ADVERTISEMENT
SIREMENG- Gunung slamet merupakan salah satu gunung yang tertinggi di Jawa Tengah dengan memiliki ketinggian 3.432 mdpl. Hal ini menjadi daya tarik bagi para pendaki dari berbagai penjuru. Namun, tidak semua orang memahami bahwa mendaki gunung bukan sekedar aktivitas fisik saja akan tetapi juga perjalanan spiritual yang membutuhkan kehormatan dan sikap terhadap alam.
ADVERTISEMENT
Mbah Warsito, sang juru kunci gunung slamet yang telah menjaga dan merawat kawasan ini selama puluhan tahun, memberikan nasihat pesan kepada para pendaki yang ingin menaklukkan puncak gunung ini. Dalam wawancara yang dilakukan rekan mahasiswa KKN UNNES, Mbah Warsito menyampaikan pesan penting yang harus diperhatikan oleh para pendaki.
“Jangan jadikan lutut sebagai tumpuan”, ujar Mbah Warsito. “Jika memegang lutut, saat menanjak pasti tidak akan kuat, tapi kalau menggunakan tongkat pasti akan kuat. Kebanyakan pendaki tidak membawa tongkat dengan dalih yang penting jalan”.
Mbah Warsito menekankan pentingnya untuk membawa tongkat atau kayu guna dijadikan sebagai tunjuan saat medan jalanya menanjak. Menurutnya banyak pendaki yang lupa bahwa mereka sedang memasuki wilayah yang penuh energi alam. Ia juga mengingatkan para pendaki untuk selalu menjaga kebersihan, tidak merusak lingkungan dan menjaga ucapan saat sedang digunung.
ADVERTISEMENT
“Jaga ucapan, jangan bilang sembarangan seperti, ‘Saya ngak kuat,’ ‘Saya kedinginan,’ atau ‘Kaki saya sakit.’, ya ucapan itu justru akan menjadi kenyataan. Lebih baik diganti dengan perkataan yang baik-baik saja. Ingat, gunung masih memiliki kesakralanya”. Tambahnya “jangan meremehkan kekuatan alam. Berdoa sebelum mendaki, dan berterimakasih setelah kembali dengan selamat”.
Sebagai penutup, Mbah Warsito berpesan agar para pendaki selalu mendengarkan intuisi mereka dan menghormati tanda-tanda alam. Jika alam memberi tanda untuk berhenti maka berhentilah jangan dipaksa untuk mencapai puncak. Pesan ini didasarkan pada kejadian dimana beberapa pendaki telah meninggal di Gunung Slamet. Keselamatan dan kebijaksanaan dalam bertindak harus menjadi prioritas utama.
Nasihat Mbah Warsito ini menjadi pengingat bagi setiap pendaki bahwa gunung adalah tempat yang harus dihormati dan dijaga. Pendakian bukan hanya tentang mencapai puncak, tetapi juga tentang menghargai perjalanan dan menjaga kelestarian alam untuk generasi yang akan datang.
ADVERTISEMENT