Konten dari Pengguna

Tradisi Lokal dalam Budaya Bugis-Makassar

Vranowo
Mahasiswa Universitas Pamulang Fakultas Ilmu Komunikasi Prodi Ilmu Komunikasi
28 November 2024 15:17 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Vranowo tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Gambar ini dibuat menggunakan GPT AI, Teknologi kecerdasan AI
zoom-in-whitePerbesar
Gambar ini dibuat menggunakan GPT AI, Teknologi kecerdasan AI
ADVERTISEMENT

Tradisi Lokal dalam Budaya Bugis-Makassar

Komunitas Bugis-Makassar memiliki berbagai tradisi yang merepresentasikan identitas mereka. Beberapa di antaranya adalah:
ADVERTISEMENT
Ritual Adat: Tradisi seperti appasili (ritual pembersihan), mappacci (ritual malam sebelum pernikahan), dan berbagai upacara adat lainnya yang melibatkan doa, simbol, dan nilai-nilai religius.
Bahasa dan Sastra: Bahasa Bugis dan Makassar digunakan dalam kehidupan sehari-hari, termasuk dalam karya sastra seperti lontara’ yang menjadi sumber sejarah dan hukum adat.
Kesenian Tradisional: Tarian seperti pakarena dan alat musik tradisional seperti kecapi serta seni bela diri silat.
Arsitektur Tradisional: Rumah adat panggung Bugis yang dikenal sebagai bola mencerminkan kearifan lokal dalam menghadapi kondisi lingkungan.

Pengaruh Modernisasi terhadap Tradisi Lokal

Modernisasi membawa dampak positif dan negatif bagi pelestarian tradisi Bugis-Makassar. Di satu sisi, perkembangan teknologi dan media sosial mempermudah dokumentasi dan promosi budaya lokal ke kancah internasional. Misalnya, tarian pakarena kini sering ditampilkan dalam acara nasional maupun internasional.
ADVERTISEMENT
Namun, di sisi lain, modernisasi juga mengancam keberlanjutan tradisi lokal. Urbanisasi menyebabkan generasi muda lebih tertarik pada gaya hidup modern yang cenderung mengabaikan nilai-nilai adat. Selain itu, penggunaan bahasa daerah mulai menurun akibat dominasi bahasa Indonesia dan bahasa asing dalam pendidikan dan pekerjaan.

Strategi Pelestarian Tradisi

Untuk menghadapi tantangan tersebut, komunitas adat Bugis-Makassar telah mengadopsi berbagai strategi, antara lain:
Revitalisasi Tradisi: Upaya untuk menghidupkan kembali tradisi yang mulai dilupakan, seperti mengadakan festival budaya secara rutin.
Pendidikan Budaya: Pengenalan nilai-nilai adat dan bahasa daerah dalam kurikulum sekolah lokal serta melalui kegiatan ekstrakurikuler.
Pemanfaatan Teknologi: Pembuatan konten digital seperti video dokumentasi ritual adat, lagu-lagu tradisional, dan kisah sejarah yang diunggah ke media sosial.
Peran Komunitas dan Tokoh Adat: Tokoh adat berperan sebagai penjaga tradisi dengan memberikan edukasi kepada masyarakat, terutama generasi muda.
ADVERTISEMENT
Kolaborasi dengan Pemerintah: Penyediaan dana dan dukungan kebijakan untuk melindungi warisan budaya, seperti melalui pengakuan ritual adat sebagai warisan budaya takbenda.

Studi Kasus: Mappacci di Era Modern

Salah satu contoh tradisi yang bertahan adalah mappacci, ritual malam sebelum pernikahan yang melibatkan doa dan simbolisasi penyucian diri. Dalam konteks modern, mappacci kini sering dikemas lebih sederhana namun tetap mempertahankan esensi nilai tradisionalnya. Generasi muda juga mulai mempopulerkan kembali ritual ini dengan membagikannya melalui platform media sosial, sehingga semakin dikenal oleh masyarakat luas.

Kesimpulan

Tradisi lokal Bugis-Makassar menghadapi tantangan besar di tengah modernisasi, namun berbagai upaya pelestarian terus dilakukan oleh komunitas adat, pemerintah, dan masyarakat. Kombinasi antara adaptasi modern dan pelestarian nilai tradisional menjadi kunci untuk menjaga keberlanjutan budaya ini. Dengan demikian, tradisi lokal dapat terus hidup dan menjadi bagian penting dari identitas bangsa di era globalisasi.
ADVERTISEMENT