Konten dari Pengguna

Kajian Semantik: Perubahan Arti Kata

Verli Dwiastuti
Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta "Terus berusaha memperbaiki segala hal"
10 Desember 2020 5:20 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Verli Dwiastuti tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Seseorang yang sedang berujar (gambar didapat dari Yahoo berita)
zoom-in-whitePerbesar
Seseorang yang sedang berujar (gambar didapat dari Yahoo berita)
ADVERTISEMENT
Bahasa Indonesia yang saat ini digunakan masyarakat memiliki banyak kata di dalamnya. Tentu seiring dengan perkembangan zaman kata-kata tersebut dapat lenyap, punah, atau hanya mengalami perubahan arti. Hal tersebut dapat terjadi karena adanya faktor-faktor tertentu. Misalnya saja kata atau bahasa yang punah biasanya dikarenakan oleh tidak adanya lagi penutur yang menggunakannya seperti bahasa asli Alaska yakni “Eyak”.
ADVERTISEMENT
Berbicara lebih jauh mengenai perubahan arti kata tentu akan menyinggung beberapa hal seperti sebab perubahan arti, hakikat perubahan arti, serta konsekuensi perubahan arti. Sebab perubahan arti memiliki banyak jenisnya, secara garis besar terbagi menjadi dua yakni sebab kebahasaan dan non-kebahasaan yang memiliki klasifikasinya lagi. Lalu, terkait dengan klasifikasi hakikat perubahan arti terdapat keserupaan antar arti dan kedekatan antar arti. Dan yang terakhir konsekuensi perubahan arti yakni evaluasi kandungan wilayah arti yang dibagi lagi menjadi dua yakni generalisasi dan spesifikasi, kemudian evaluasi nilai emotif arti yang terdiri dari ameliorasi dan peyorasi.
Arti kata dapat mengalami perubahan karena beberapa faktor. Dalam buku Semantik karya Makyun Subuki, perubahan kata terdiri dari dua faktor. Pertama faktor kebahasaan, yang mana kata dapat mengalami perubahan arti ketika disandingkan dengan kata lain yang memiliki kesamaan derajat atau bahkan lebih tinggi (misalnya “tak” dalam ungkapan acuh “takacuh”), intensitas pemakaian yang tinggi dengan kata lain (misalnya kata “tahu” yang memiliki arti sesungguhnya dengan kata tahu yang sebenarnya memiliki arti tidak tahu ditandai dengan intonasi yang berbeda), perubahan bentuk tertentu (misalnya kata “merupakan” yang berasal dari kata rupa sehingga memiliki arti memberi rupa). Kedua yakni faktor non-kebahasaan, yang terdiri dari perkembangan ilmu dan teknologi, perubahan sosial, perluasanr bidang pemakaian, pengaruh asing, kebutuhan istilah baru, dan tabu.
ADVERTISEMENT
Beberapa faktor dapat menyebabkan suatu perubahan arti pada ungkapan, akan tetapi pada hakikatnya perubahan arti dari suatu ujaran dapat dikelompokan. Pengelompokan tersebut didasari oleh keterkaitan antara arti lama dan arti yang baru dari suatu ujaran tersebut. Maka, dalam pengekompokan ini terdapat dua jenis yakni hubungan yang berdasarkan kedekatan (metonimi) serta hubungan yang berdasarkan keserupaan (metafora).
Perubahan-perubahan arti tentu akan memiliki suatu konsekuensi. Secara mendasar konsekuensi tersebut dibagi menjadi 2 yakni evaluasi kandungan wilayah arti yang terbagi lagi menjadi 2 yakni generalisasi dan spesifikasi. Lalu evaluasi nilai emotif arti yang terbagi menjadi dua yakni ameliorasi dan peyorasi. (Makyun Subuki, 2011:103-118)
Kata-kata yang mengalami perubahan arti
1. Buku
Kata buku mengalami perubahan arti yang disebabkan oleh perkembangan teknologi. Pada mulanya buku memiliki arti lembar kertas yang berjilid berisi tulisan atau pun kosong. Akan tetapi seiring dengan perkembangan teknologi arti buku kini meluas menjadi suatu bacaan yang terdapat pada aplikasi-aplikasi berbasis teknologi. Sebut saja aplikasi Ipusnas yang menyediakan beragam buku untuk dapat dibaca secara lebih mudah dan praktis karena tersedia pada gawai apapun.
ADVERTISEMENT
Perubahan arti kata buku maka dapat diklasifikasikan sebagai generalisasi atau perluasan. Hal tersebut dikarenakan arti lama yang terkadung pada kata buku mengalami perluasan yakni saat ini kata buku tidak hanya digunakan untuk benda yang dapat dipegang dan dibaca secara fisik melainkan dapat dibaca dengan aplikasi saja.
2. Jurusan
Kata jurusan pada awalnya memiliki arti arah dalam lingkup lalu lintas, namun mengalami perubahan arti dibidang pendidikan yakni bagian dari suatu fakultas yang bertanggung jawab dalam mengelola serta mengembangkan bidang studi. Maka dalam hal ini perubahan yang terjadi pada kata jurusan disebabkan oleh perluasan bidang pemakaian karena kata jurusan tidak hanya dapat ditemui pada lingkup lalu lintas melainkan terdapat pula pada lingkup pendidikan.
ADVERTISEMENT
Perkembangan arti kata jurusan kemudian masuk dalam kategori generalisasi atau perluasan arti. Hal tersebut dikarenakan arti lama pada kata jurusan berkembang menjadi suatu bagian dalam sekolah tinggi (pendidikan).
3. Amplop
Pada mulanya kata amplop memiliki arti sampul surat dalam lingkup administrasi atau surat-menyurat. Akan tetapi dalam penggunaannya saat ini kata amplop memiliki arti uang. Hal ini dapat terjadi karena saat ini, sudah jarang sekali masyarakat yang melakukan komunikasi dengan surat karena adanya perkembangan teknologi. Maka amplop beralih fungsi menjadi wadah untuk menaruh uang misalnya saja saat pergi ke kondangan maka kata amplop sangat lumrah diartikan sebagai uang. Perubahan tersebut disebabkan oleh perubahasan sosial.
Adanya perubahan tersebut menyebabkan kata amplop memiliki arti yang lebih luas (generalisasi). Ini dikarenakan penggunaan kata amplop bukan hanya mengandung prihal surat melainkan uang.
ADVERTISEMENT
4. Ibu
Umumnya pada zaman dahulu kata ibu disandarkan pada seseorang yang telah melahirkan kita. Yang mana memiliki ikatan darah dan batin dengan kita. Namun seiring berjalannya waktu kata ibu mengalami perubahan arti menjadi seorang wanita yang secara umur lebih tua atau pun memiliki kedudukan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kita.
Perubahan arti lama ke arti baru menandakan adanya perluasan arti atau dapat disebut juga generalisasi. Cakupannya yang meluas dari seorang wanita yang telah melahirkan kita menjadi seorang wanita yang dituakan menjadi alasan mengapa kata ibu mengalami perluasan arti.
5. Beranak
Pada zaman dahulu istilah beranak sering digunakan ketika seorang ibu melahirkan anaknya. Maka tak heran muncul pula istilah dukun beranak pada saat yang bersamaan. Akan tetapi seiring dengan berjalannya waktu terjadi perubahan kata tersebut menjadi melahiran hal ini disebabkan oleh karena adanya tabu bahasa. maka perubahan tersebut digunakan untuk memperhalus ungkapan. Kata melahirkan dirasa lebih sopan digunakan karena istilah beranak sering kali digunakan pada hewan yang melahirkan.
ADVERTISEMENT
Perubahan arti kata baru yang lebih baik nilainya atau dirasa lebih tinggi dibandingkan dengan arti lama sering disebut dengan ameliorasi (Gorys Keraf, 2007: 98). Maka melalui penjelasan di atas dapat dikatakan bahwa perubahan kata beranak menjadi melahirkan merupakan ameliorasi.
6. Pendeta
Berbeda dengan kata ibu yang mengalami perubahan arti yang meluas, pada kata pendeta perubahan arti yang terjadi justru menyempit. Hal ini dikarenakan pada awalnya kata pendeta memiliki arti orang berilmu atau rohaniawan, akan tetapi saat ini kata tersebut memiliki arti yang lebih sempit yakni orang yang mempunyai ilmu tinggi mengenai agama Kristen atau dapat juga disebut dengan rohaniawan agama Kristen. Maka dengan demikian perubahan arti kata tersebut termasuk dalam spesifikasi. Spesifikasi sendiri menurut Chaer ialah gejala yang terjadi pada sebuah kata yang pada mulanya memiliki arti yang cukup luas, akan tetapi berubah menjadi arti yang terbatas pada sebuah makna saja (Rio Sempana, dkk, 2017: 80).
ADVERTISEMENT
Daftar Pustaka
Keraf, Gorys. 2007. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT Gramedia.
Sempana, Rio, dkk. 2017. Analisis Perubahan Makna Pada Bahasa yang Digunakan Oleh Komentator Sepak Bola Piala Presiden 2017: Kajian Semantik. Vol. 5. No. 2.
Subuki, Makyun. 2011. Semantik: Pengantar Memahami Makna Bahasa. Jakarta: Transpustaka.