Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.8
Konten dari Pengguna
Memperingati Hari Gizi Nasional, Bagaimana Kondisi Gizi Anak Indonesia?
22 Januari 2023 10:28 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Wafa Rahmatina tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Hari Gizi Nasional (HGN) diperingati setiap tahun pada tanggal 25 Januari. Tujuan dari peringatan HGN ini adalah untuk meningkatkan kepedulian masyarakat akan pentingnya gizi dalam kehidupan manusia. Meskipun selalu diperingati setiap tahun, nyatanya kondisi gizi anak Indonesia masih memprihatinkan.
ADVERTISEMENT
Saat ini, Indonesia masih mengalami triple burden of malnutrition atau tiga beban malnutrisi gizi. Ketiga beban tersebut adalah stunting, wasting, dan overweight. Stunting memiliki prevalensi tertinggi jika dibandingkan dengan wasting dan overweight.
Berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia Tahun 2021, prevalensi stunting di Indonesia mencapai angka 24,4%. Angka ini masih cukup jauh dari target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2024, yaitu sebesar 14%.
Stunting merupakan kondisi kurang gizi kronis yang menyebabkan gangguan pertumbuhan pada anak. Ciri fisik dari anak penderita stunting adalah tubuhnya kerdil (pendek) jika dibandingkan dengan anak seusianya.
Sampai saat ini, 1 dari 4 anak Indonesia masih mengalami stunting. Hal ini sangat disayangkan mengingat dampak negatif yang dapat terjadi pada anak penderita stunting.
ADVERTISEMENT
Dampak dan Faktor Risiko Stunting
Selain dampak jangka pendek, seperti tubuh kerdil dan kekebalan tubuh yang kurang baik, stunting juga memiliki dampak jangka panjang.
Stunting berpotensi menghambat perkembangan otak dan dapat mengakibatkan kecerdasan anak di bawah rata-rata, keterbelakangan mental, hingga meningkatkan risiko terkena penyakit kronis, seperti diabetes, penyakit jantung, stroke, dan kanker.
Dengan banyaknya dampak negatif yang mungkin terjadi, stunting tentunya akan menghambat produktivitas dan kemajuan generasi penerus bangsa nantinya.
Walaupun disebut sebagai kondisi kurang gizi kronis, stunting tidak disebabkan oleh satu faktor saja. Secara umum, stunting disebabkan oleh kurangnya asupan zat gizi dan adanya penyakit infeksi, seperti diare, ISPA, pneumonia, TB, campak, cacingan, dan lain-lain. Tiga faktor penyebab utama dari kondisi tersebut adalah kesalahan pada pola makan, pola asuh, dan kebersihan lingkungan.
ADVERTISEMENT
Kesalahan umum yang terjadi dalam pola makan adalah tidak memberikan makanan yang beragam pada balita. Selain karbohidrat, buah, dan sayur, balita sangat membutuhkan asupan protein untuk membantu tumbuh kembangnya.
Asupan gizi yang cukup dan berkualitas dapat mencegah anak menderita stunting. Pola asuh, seperti tidak memberikan ASI eksklusif dan tidak melakukan imunisasi pada anak, juga menjadi faktor risiko stunting.
Lingkungan juga menjadi faktor risiko stunting. Lingkungan yang kotor dapat membuat anak terkena penyakit infeksi. Akibatnya, asupan gizi yang diterima anak harus digunakan untuk melawan penyakit infeksi tersebut dan mencukupi untuk tumbuh kembangnya. Untuk itu, diperlukan lingkungan yang bersih dengan sanitasi dan akses air bersih yang memadai untuk menunjang pertumbuhan optimal anak.
ADVERTISEMENT
Upaya Penanganan Stunting
Indonesia harus bekerja keras jika ingin mencapai target penurunan stunting di tahun 2024 mendatang. Stunting tidak akan bisa teratasi dengan intervensi kesehatan saja.
Pemberian makanan tambahan (PMT) dan investasi pada program gizi kesehatan lain memang penting untuk mengatasi stunting, namun intervensi tersebut tidaklah cukup. Dibutuhkan kolaborasi multisektoral untuk bisa mengatasi stunting secara efektif.
Selain kesehatan, intervensi penting lain yang harus dilakukan adalah intervensi lingkungan. Akses terhadap air bersih dan sanitasi merupakan dua hal yang harus diperhatikan. Edukasi kepada masyarakat juga termasuk kunci dalam penanganan stunting.
Edukasi dapat dilakukan mulai dari usia remaja, khususnya remaja perempuan, untuk lebih memperhatikan kesehatan dan asupan gizinya. Edukasi pola asuh dan kebersihan juga harus dilakukan pada masyarakat.
ADVERTISEMENT
Pemerintah harus memprioritaskan penanganan stunting dalam program pembangunan nasional. Dengan demikian, anak-anak Indonesia dapat tumbuh dengan optimal sehingga dapat membantu mewujudkan Generasi Indonesia Emas di masa depan kelak.