Konten dari Pengguna

Gaya Hidup Impulsive Buying, Kamu Termasuk?

Wafa Salimah
Mahasiswa Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
13 Desember 2022 14:44 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Wafa Salimah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Impulsive Buying pada Online Shopping. Sumber: Dokumen Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Impulsive Buying pada Online Shopping. Sumber: Dokumen Pribadi
ADVERTISEMENT
Istilah ‘impulsive buying’ ini dalam ranah gaya hidup atau lifestyle tentunya sudah sangat familiar, kan? terutama bagi para remaja. Lalu, apa, sih sebenarnya impulsive buying itu?
ADVERTISEMENT
Dilansir dari pendapat Loudon dan Bitta dalam (Larasati & Budiani 2013), impulsive buying ini adalah kegiatan saat kamu melakukan pembelian secara tiba - tiba tanpa rencana dan kamu tidak membutuhkan barang itu sebelumnya. Kira - kira pernah, gak, nih?

Apa aja, sih, benefit dari online shopping sehingga berujung pada gaya hidup impulsive buying?

1. Efisiensi

Sifat praktis dari online shopping membuat kamu akan cenderung lebih memilih untuk belanja secara daring daripada datang langsung ke tempat penjual (on the spot shopping). Hanya dengan satu klik, dalam beberapa hari barang kamu akan sampai di rumah. Sangat efisien, bukan?

2. Penilaian dan testimoni

Jika kamu melihat sebuah barang dengan penilaian dan testimoni yang bagus. Kamu pasti tidak membutuhkan waktu yang lama untuk menekan opsi membeli, kan?
ADVERTISEMENT

3. Penawaran

Siapa bilang tawar – menawar hanya bisa dilakukan saat belanja luring? Pada marketplace belanja daring, biasanya terdapat fitur chat dimana kamu dan penjual bisa berdiskusi tentang penawaran harga sehingga tercapai lah harga yang disepakati kamu dan penjual

4. Voucher diskon

Semua orang pasti sangat tertarik dengan potongan harga, kan? Potongan harga yang diberikan biasanya disediakan oleh marketplace atau bahkan penjual itu sendiri merupakan salah satu strategi penjualan untuk menarik pembeli, lho! Selain dalam bentuk potongan harga, voucher juga biasanya diberikan dalam bentuk subsidi ongkos kirim sehingga kamu hanya perlu membayar sebesar harga barang yang kamu beli.

Siapa saja, ya, yang cenderung melakukan impulsive buying?

Seperti yang dikatakan Santrock (2002), masa remaja ialah masa perkembangan kognitif anak yang pesat, seperti pengambilan keputusan. Karena perilaku impulsive buying ini lebih mengedepankan pada keterlibatan emosi pada pelakunya, bisa kita simpulkan bahwa masa remaja ialah masa yang paling mungkin melakukan perilaku ini. Para remaja setuju gak, nih, sama statement ini?
ADVERTISEMENT
Para remaja dalam masa adaptasinya seringkali ingin terlihat tampil rapi dan menarik dengan pakaiannya. Semakin terkenal suatu mode pakaian, maka semakin remaja ingin memiliki pakaian tersebut dan ingin terus tampil up-to-date. Hal ini juga menunjukkan gaya hidup atau lifestyle yang tak sehat, lho!

Bagaimana kita bisa memprediksi bahwa kita melakukan impulsive buying?

Menurut Rook & Fisher dalam (Kharis, 2010), berikut adalah tanda bahwa kamu melakukan impulsive buying. Disimak baik - baik, ya!

1. Spontanitas

Jika kamu melakukan pembelian secara tiba – tiba tanpa ada keinginan dan kebutuhan akan barang tersebut sebelumnya, ini adalah tanda bahwa kamu melakukan impulsive buying. Hal ini biasanya terjadi karena respon kamu yang langsung tertarik dengan stimulus visual produk yang disajikan oleh penjual.
ADVERTISEMENT

2. Kekuatan, kompulsi, dan intensitas

Jika kamu merasakan sebuah desakan untuk membeli barang tersebut intensitasnya lebih tinggi daripada membeli barang yang lebih penting, maka hal ini juga menjadi tanda bahwa kamu melakukan impulsive buying, lho!

3. Kegairahan dan stimulasi

Impulsive buying juga bisa ditandai jika kamu merasakan adanya dorongan dalam diri kamu yang menyebabkan adanya gairah untuk membeli barang tersebut dan kamu akan berpikir bahwa setelah kamu membeli produk tersebut, kamu akan senang. Pernah gak, nih?

4. Ketidakpedulian terhadap akibat

Dikarenakan desakan yang sangat kuat serta lemahnya kontrol diri yang kamu miliki, seringkali kamu mengesampingkan pikiran tentang dampak negatif yang mungkin akan timbul setelah membeli barang tersebut. Jika hal ini terjadi maka bisa dipastikan bahwa kamu melakukan impulsive buying, lho!

Lalu, bagaimana cara kita menghindari perilaku impulsive buying?

Faktor utama yang dapat mencegah dan meminimalkan perilaku impulsive buying sebenarnya ada pada diri kita sendiri, yakni melalui self-control atau pengendalian diri. Seperti apa, sih, self-control itu? Menurut Chaplin (2006), definisi self-control adalah kemampuan individu untuk mengarahkan tingkah lakunya sendiri dan kemampuan untuk menghambat dorongan yang ada.
ADVERTISEMENT
Ketika uangmu menipis setelah melakukan impulsive buying, jangan panik! Kita bisa mencegah pengulangan impulsive buying ini dengan menguatkan self-control pada diri kita, lho! Hal ini bisa kita aplikasikan dengan mencatat daftar prioritas barang yang dibutuhkan untuk dibeli lebih dulu, sehingga barang yang tidak terlalu dibutuhkan bisa diminimalkan. Yuk, jangan biarkan uang kamu terkuras lebih banyak untuk hal – hal yang tidak terlalu penting!
Referensi:
Hidayat, R., & Tryanti, I. K. (2018). Pengaruh Fashion Involvement Dan Shopping Lifestyle Terhadap Impulsive Buying Mahasiswa Politeknik Negeri Batam. Journal of Applied Business Administration, 2(2), 174-180.