Bersama Wujudkan Keluarga Tangguh Bencana

Wahana Visi Indonesia
https://wahanavisi.org/id
Konten dari Pengguna
14 Juni 2021 9:39 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Wahana Visi Indonesia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Hasil survei pada kejadian gempa bumi besar Hanshin-Awaji di Jepang tahun 1995 didapat bahwa data korban selamat ditolong oleh anggota keluarga sebesar 31,9% dan mereka yang menyelamatkan diri sendiri mencapai 34,9%. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan dan kemampuan untuk melakukan tindakan yang tepat pada fase sebelum, saat dan setelah bencana terjadi sangatlah penting untuk setiap orang.
ADVERTISEMENT
Rany Mariana, Project Officer SinerGi Wahana Visi Indonesia, dalam Webinar "Bersama Keluarga Antisipasi Bencana" menyebutkan, keluarga yang tangguh bencana dimulai dari kesiapan sebelum bencana terjadi, saat bencana terjadi, hingga paska bencana. Berikut adalah beberapa hal yang dapat disiapkan oleh keluarga di rumah:
Selain itu, keluarga perlu menyiapkan quick run bag yang berisi barang-barang penting yang harus dibawa ketika bencana terjadi. Isi quick run bag mencakup: pakaian, senter, makanan ringan yang tahan lama, air minum, hingga dokumen penting.
Maya Septha, seorang public figure yang tinggal di Jakarta, bercerita pengalaman banjir besar di Januari 2020 menjadi pelajaran berharga. Ia yang sebelumnya tidak menyangka akan terjadi banjir, harus mengalami air masuk rumah sehingga seluruh keluarga harus mengungsi.
ADVERTISEMENT
"Setelah kejadian banjir tahun 2020, maka tahun 2021 saya sudah lebih siap, walaupun untungnya tahun ini air tidak sampai masuk ke dalam rumah. Namun, ketika air sudah mulai masuk wilayah kompleks, saya sudah mulai berkemas lebih cepat, kemudian secara otomatis suami dan anak-anak ikut melakukan bagian masing-masing. Suami langsung mematikan listrik, menyelamatkan barang-barang yang penting, saya packing kebutuhan penting, dan anak-anak ikut memilih barang-barang yang mereka butuhkan," tutur Maya.
Selain itu, kondisi bencana juga membuat Maya menyadari, ada banyak barang mahal yang ternyata tidak penting yang ketika bencana terjadi tidak mungkin dibawa. "Saat mengungsi, yang bisa dibawa ternyata memang hanya barang-barang yang benar-benar diperlukan saja. Selain itu, penting untuk selalu memiliki dana darurat untuk apapun, selalu sisihkan dana untuk ditabung untuk kebutuhan yang tak terduga," ungkap Maya.
ADVERTISEMENT
Kepala Dinas Pemberdayaan, Perlindungan Anak dan Pengendalian Penduduk DKI Jakarta, Tuty Kusumawati menyebutkan, ada 3,6 juta keluarga di DKI Jakarta dengan total jumlah penduduk mencapai 10,5 juta orang. DKI Jakarta juga memiliki potensi bencana dan berbagai tekanan mulai dari banjir, gempa bumi, kebakaran, kerusuhan, macet, hingga kesulitan air bersih. Tuty mengatakan, menyiapkan keluarga dan perempuan untuk siaga bencana bukan pekerjaan yang ringan, sehingga perlu dilakukan secara kolaboratif antara pemerintah dengan Dunia Usaha, Perguruan Tinggi, Lembaga Masyarakat, Media Massa, serta komunitas maupun individu-individu.
"Kesiapsiagaan mesti diawali dari unit yang paling kecil, yaitu keluarga. Yang harus disiapkan adalah komunikasi yang baik, sehingga ada pembagian tugas antar anggota keluarga, dan ketika terdesak semua bisa berjalan dengan baik. Penting juga untuk keluarga mengetahui jalur-jalur evakuasi yang terdekat dari rumah sehingga tahu harus menuju ke mana ketika terjadi bencana," kata Tuty.