Konten dari Pengguna

Sepenggal Cerita Manisnya Kopi Indonesia di Filipina

19 Maret 2020 17:08 WIB
clock
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:17 WIB
comment
7
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari wahyu permana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi kopi. Photo by Rudolf Vlček/flickr
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kopi. Photo by Rudolf Vlček/flickr
ADVERTISEMENT
Siapa sangka produk Kopiko begitu terkenal hingga seluruh penjuru Filipina? Namun, jangan salah, berbeda dengan Kopiko yang kita kenal di Indonesia yaitu berupa permen kopi, yang dipasarkan di Filipina adalah produk kopi kemasan 3 in 1-nya PT Mayora atau yang lebih kita kenal dengan nama Kopi Torabika jika di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Mulai penetrasi pasar pada 6-7 tahun silam, kini brand Kopiko sudah menduduki posisi teratas dengan mengalahkan produk kopi Nescafe yang lima tahun lalu masih merajai pangsa pasar kopi instan/kemasan di Filipina. Dari pengamatan, analisa pasar, dan interview dengan para konsumen dan penjual produk Indonesia di sejumlah kota di Filipina yang saya lakukan ketika bertugas di Davao, Filipina selama 2015-2018, saya menemukan sejumlah alasan kuat mengapa negara tetangga kita ini begitu memuja Kopiko.
Kopiko Brown Coffee. Photo by Irma Arricivita/flickr

Diawali dengan Kopiko Brown Coffee

Semakin meningkatnya angka penderita diabetes di Filipina kala itu, mendorong warganya untuk beralih ke produk pemanis yang relatif lebih ‘sehat’ dibanding gula tebu, salah satunya adalah gula aren atau lebih dikenal dengan brown sugar oleh penduduk setempat.
ADVERTISEMENT
Momen ini tampaknya ditangkap dengan baik oleh Mayora sehingga memasarkan produk Kopiko Brown Coffee saat pertama kali melakukan penetrasi pasar. Terlepas dari fakta apakah memang kandungan gula aren tersebut lebih ‘sehat’ dengan gula tebu, tampaknya penggunaan gula aren pada produknya telah membuat Kopiko laris manis. Saking laris, perusahaan lokal Filipina bahkan pernah meniru Kopiko Brown Coffee keluaran Mayora dengan kemasan yang sangat mirip.
Ilustrasi suasana pasar di FIlipina, photo by This World Rocks/flickr

Hikmah di Balik Nama Kopiko

Ternyata ada makna lain dari nama ‘Kopiko’ bagi warga Filipina. Dikaitkan dengan kata ‘Ako’ dalam Bahasa Tagalog yang berarti ‘Aku’ dalam Bahasa Indonesia, dan ‘Kopi’ yang bermakna sama dengan ‘Kopi’ dalam Bahasa Indonesia, maka Kopiko diartikan sebagai ‘Kopiku’. Arti kata tersebut telah ikut membuat merek Kopiko dirasakan lebih sebagai kopinya orang Filipina ketimbang merek kopi yang ternama saat itu. Bahkan sampai dengan tahun 2018, ketika saya melakukan survey pasar untuk produk kopi, mayoritas konsumen bahkan penjual produk Kopiko masih menganggap bahwa produk Kopiko merupakan produknya Filipina, suatu hal yang tentunya tidak akan diperdebatkan oleh Mayora sepanjang semakin membuat Kopiko laku di pasaran.
Sari store atau warung pinggir jalan di Filipina yang menjual kopi. Photo by Brian Evans/flickr

Harga yang Relatif Murah

Dengan tingkat pendapatan atau GDP perkapita serta pembangunan ekonomi yang masih berada di bawah Indonesia maka masuk akal apabila harga satuan dari kopi kemasan tersebut menjadi pertimbangan utama bagi konsumen Filipina. Selisih harga 1-2 Peso atau sekitar Rp.250 – Rp.500 per kemasan ditambah dengan strategi marketing ‘buy 5 get 1 free’ disaat awal diperkenalkan membuat konsumen setempat tidak berpikir panjang untuk beralih ke Kopiko. Hingga kini pun, harga Kopiko di Filipina relatif masih lebih murah dibanding merek kopi ternama lainnya, sehingga tidak salah apabila pangsa pasarnya terus menggerus pangsa pasar merek kopi lain.
ADVERTISEMENT
Ilustrasi papan billboard di Filipina, photo by PINOY PHOTOGRAPHER/flickr

Beradaptasi dengan Pasar

Selain mengetahui animo pasar, Mayora juga beradaptasi dengan apa yang menjadi perhatian masyarakat Filipina misalnya isu gerakan ramah lingkungan. Salah satu caranya dengan menggunakan papan billboard Kopiko bertenaga surya. Pada malam hari. lampu billboard menyala dengan energi surya yang diserap sepanjang siang. Billboard tenaga surya ini kini sudah dipasang di 32 kota di Filipina. Disamping itu pada papan-papan Billboard mereka menampilkan artis-artis kenamaan Filipina yang sedang hits.
Strategi ini sepertinya dipertimbangkan dengan matang melalui riset pasar yang mendalam oleh Mayora, serta mungkin juga dipengaruhi oleh timming yang tepat saat penetrasi pasar. Satu hal yang pasti bahwa saat ini Kopiko telah mendominasi pasar kopi kemasan Filipina, bahkan menurut data dan analisa pasar yang dilakukan oleh Euromonitor International, pada tahun 2019 Kopiko diprediksi akan berada di posisi paling atas dengan pangsa pasar lebih dari 38 persen.
ADVERTISEMENT
Pangsa Pasar Produk Kopi Kemasan di Filipina, sumber: Euromonitor International
Di samping capaian tersebut, Mayora juga semakin memperkuat keberadaannya di pasar Filipina dengan menggelontorkan investasi senilai $80 miliar untuk membangun pabriknya di Batangas, Filipina. Pabrik ini tidak hanya ditujukan untuk memenuhi permintaan konsumen lokal saja akan tetapi juga akan berfungsi sebagai hub ekspornya ke sejumlah negara di wilayah Asia Tenggara dan sekitarnya.
Kita berharap semakin banyak produk Indonesia yang mendominasi pasar internasional, mengingat kualitas produk Indonesia yang tidak akan kalah bersaing, tentunya dibarengi dengan strategi dan riset pasar yang tepat.