Konten dari Pengguna

Ginting Cs, Pahlawan Tanpa Tanda Bendera

Antok Roed
Buruh Pelabuhan, Penulis, Pengajar
27 Oktober 2021 14:33 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Antok Roed tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto oleh Mike dari Pexels
zoom-in-whitePerbesar
Foto oleh Mike dari Pexels
ADVERTISEMENT
Akhirnya, Piala Thomas berhasil direbut para pemain Indonesia setelah penantian panjangnya. Euforia kegembiraan dirasakan rakyat Indonesia. Syukur, suka, duka terpancar dari raut wajah pemain dan pengurus. Pesta berubah hambar saat senandung lagu kebangsaan kita tidak diiringi dengan kibaran Sang Merah Putih.
ADVERTISEMENT
Inikah yang disebut nila setitik rusak susu sebelanga? Memang, negara kita sedang disangsi oleh Badan Anti Doping Internasional, karena kita belum bisa memenuhi standar mutu yang ditetapkan mereka. Dari pemberitaan, para pemain yang berlaga sangat trengginas tanpa isu penggunaan doping-dopingan.
Hampir dua dekade Piala Thomas tidak berdiam di negara kita. Ajang besar yang mestinya diadakan tahun 2020 ditunda 2021 karena pandemi. Tetap bersyukur semangat pantang menyerah Jojo membalas keterpurukannya selama ini, karena seolah tanpa lelah dilahapnya seluruh lawan mengadang.
Terasa aneh Thomas Cup tanpa penghormatan bendera, sepanjang sejarah setiap kejuaraan direngkuh ritual sempurna kalau ditandai dengan penaikan bendera Sang Merah Putih. Apalagi event sekelas ini, pantas disejajarkan dengan pertemuan antar kepala negara. Mungkin itulah suasana hati para pemain yang dirasakan.
ADVERTISEMENT
Doping adalah performance enhancing drugs (PED) atau obat-obatan yang digunakan untuk meningkatkan performa atlet. Masalah doping memang sangat krusial bagi pemain. Gerakan struktural diawali moral agar setiap pemain tampil prima tanpa pengaruh obat-obatan apa pun saat sebelum dan setelah bertanding. Saya tidak ingin bahas masalah perdopingan karena tidak cukup pengetahuan bahas hal itu.
Alih-alih sang pengadil pertandingan yang banyak duduk lebih ngos-ngosan dibanding pemain yang tetap kuat walau fisiknya terkuras. Keanehan seperti ini, jika terbukti pemain berdoping dinilai aib dalam olahraga. Sehingga muncul pelarangan penggunaan doping untuk menjaga agar terlihat seolah bugar.
Berbagai hukuman dapat dijatuhkan kepada atlet yang terbukti melanggar Kode Anti-Doping. Di antaranya pembatalan raihan medali Olimpiade atau gelar olahraga hingga larangan seumur hidup mengikuti kompetisi olahraga.
ADVERTISEMENT
Walaupun permintaan maaf Menpora atas tidak dikibarkannya bendera telah disampaikan ke masyarakat. Lalu, saya ingat pada seorang anak SD yang keluar barisan untuk memanjat tiang bendera yang nyaris gagal dikibarkan. Sebegitu besar pengorbanan anak tadi demi memastikan bendera terkibar, dan seketika Pak Bupati setempat memberi apresiasi kepada anak tersebut.
Nasi telah menjadi bubur, saya teringat pelajaran matematika dasar. Angka genap ditambah dengan angka ganjil hasilnya ganjil. Banyak contoh atlet-atlet dunia yang moncer seketika hancur luluh lantah prestasinya karena kasus doping. Kalian ingat kasus sprinter Ben Johnson? Betapa menyakitkan, kalah tidak bertanding.
Saya berharap semoga atlet-atlet kita mengambil hikmah dari kasus Ben Johnson tersebut. Tuntutan selalu menang sedikit banyak berdampak pada stabilitas jiwa pemain. Para pemain menanggapinya beragam, serius, biasa saja, bahkan cuek. Kecuekan sikap seringkali justru lebih aman dari pengaruh penggunaan obat-obat doping, dan bermain tanpa beban.
ADVERTISEMENT
Kepadatan jadwal bermain satu turnamen ke turnamen lainnya, dampaknya tidak baik. Jeda waktu santai minim, relaksasi fisik dan mental pemain terbatas, me time pemain kurang, maka jalan pintas menjadi pilihannya. Ditambah, tuntutan sponsor yang menganggap pemain sebagaimana robot.
Lalu, bagaimana?
Intinya bagaimana membuat pemain dan pengurus fresh fisik dan mental. Pemilahan turnamen yang diikuti, pengaturan jadwal pemain bermain, termasuk target peringkat pemain dikelola dengan sebaik-baiknya.
Zaman Pak Andi Malarangeng Menpora, atau sebelumnya saya agak lupa, pernah diusulkan Peraturan Menteri untuk jaminan pemain setelah pensiun. Barangkali curhatan Liem Swie King, sakitnya Verawaty Fajrin sebagai cambuk agar pemain-pemain sekarang tidak perlu ngotot ikut banyak kejuaraan buat kejar setoran.
Kehadiran para peng-endorse dadakan cukup mengejutkan. Semestinya mereka terlibat dalam proses seperti beli ijon. Tanpa tanam dan semai, tiba-tiba petik buah. Padatnya jadwal latihan dan bertemu keluarga sang atlet tersita dengan birokrasi riuhnya acara lembaga pengukuh.
ADVERTISEMENT
Chemistry pelatih-pemain dibangun. Sebuah inspirasi kedekatan Muhamad Ali kepada Angelo Dundee sang pelatihnya. "Angie, aku ingin datang dan berlatih. Itu hal yang paling aku rindukan, berada di sasana dan berlatih sampai mandi keringat." Saya jawab, "Aku juga ingin berlatih, Kid. Namun kita tidak bisa melakukan itu. Yang bisa kulakukan sekarang adalah meyakinkanmu bahwa aku mencintaimu."
Wahyu Agung Prihartanto, penulis dari Sidoarjo.