Konten dari Pengguna

Kaligrafi adalah Seni Mendengarkan, Melihat, dan Menciptakan

Wahyu Sulaiman
Mahasiswa Universitas ITB Ahmad Dahlan, Universitas Mpu Tantular dan Universitas Ubudiyah Indonesia, Hobby Menulis, Photografi, Melukis, Music, Silat
22 Januari 2025 11:57 WIB
·
waktu baca 21 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Wahyu Sulaiman tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber Photo : Pengerjaan Kaligrafi Masjid yang saya kerjakan beberapa tahun yang lalu di Batam
zoom-in-whitePerbesar
Sumber Photo : Pengerjaan Kaligrafi Masjid yang saya kerjakan beberapa tahun yang lalu di Batam
ADVERTISEMENT
Arabic calligraphy, a profound art form with deep historical roots, embodies a unique harmony between aesthetics and spirituality. This paper explores the intricate relationship between the visual beauty of Arabic script and its spiritual significance in Islamic culture.
ADVERTISEMENT
Through an analysis of various styles, including Naskh, Thuluth, andDiwani, we examine how calligraphy serves not only as a means of communication but also as a medium for expressing devotion and reverence. The interplay of form, color, and composition in Arabic calligraphy transcends mere decoration; it invites contemplation and reflection, fostering a deeper connection to the divine.
By highlighting the cultural and religious contexts in which Arabic calligraphy flourishes, this study underscores its role as a bridge between the material and spiritual realms, illustrating how it continues to inspire both artists and audiences alike. Ultimately, Arabic calligraphy stands as a testament to the enduring power of art to convey profound spiritual truths while celebrating the beauty of language.
ADVERTISEMENT
Al-Qur’an sebagai kalam Ilahi tidak diragukan lagi kemurnian isi dan keluhuran ajaran-ajarannya. Setiap pribadi muslim diharapkan tidak hanya sekedar dapat membacanya tapi juga mengerti arti dan maknanya untuk diamalkan baik pada diri sendiri maupun pada orang lain. Kaligrafi Arab yang bersumber pada ayat-ayat Al-Qur’an dalam proses transformasinya menjadi suatu karya seni tidak hanya keindahan bentuk visualnya saja yang diungkapkan, tetapi juga makna-makna dalam ayat-ayat Al-Qur’an yang menggambarkan firman Allah sebagai kalam Ilahi. Karena ayat-ayat Al-Qur’an merupakan suatu kekuatan dan mukjizat, maka huruf dan kata-kata yang menvisualisasikan ayat-ayat Al-Qur’an juga memerankan suatu mukjizat dan memperlihatkan kekuatankekuatannya sendiri dalam suatu karya seni, sehingga akan melahirkan karya seni dengan muatan-muatan makna yang ingin disampaikan.
Sumber Photo : Karya Lukisan Kaligrafi diatas Kanvas menggunakan cat minyak yang saya kerjakan beberapa tahun yang lalu
Seni : Ekspresi Universal dalam Kehidupan Manusia
ADVERTISEMENT
Seni merupakan salah satu unsur universal dari kebudayaan masyarakat yang sering kita temui dalam kehidupan sehari-hari. Kegiatan seni tidak hanya bersifat nyata dan dapat dinikmati, tetapi juga memiliki kekhasan yang membedakannya dari aktivitas lainnya. Sebagai sebuah bentuk ekspresi, seni memungkinkan individu untuk mengekspresikan perasaan dan jiwa mereka melalui kata-kata, perilaku, dan tindakan yang kemudian divisualisasikan dalam bentuk simbol-simbol tertentu. Dalam konteks ini, Soedarso, Sp. menyatakan bahwa seni adalah segala kegiatan hasil karya manusia yang mengutamakan pengalaman batin. Karya seni yang disajikan secara unik dan menarik akan menciptakan pengalaman emosional bagi orang-orang yang menghayatinya (Soedarso Sp., 2000: 2).
Definisi ini menegaskan bahwa berkesenian bukan sekadar aktivitas fisik, melainkan juga merupakan kegiatan spiritual. Ketika seorang seniman berkarya, mereka tidak hanya menggerakkan tangan mereka; mereka juga menerjemahkan gagasan, gejolak jiwa, dan kegelisahan hati menjadi sebuah karya seni. Proses ini dapat dilihat sebagai bentuk dialog antara seniman dengan orang lain. Gustami (2004) menambahkan bahwa suatu karya seni memiliki kekuatan untuk menyampaikan pesan kehidupan yang sering kali tersembunyi di balik wujud fisiknya. Karya seni yang hidup adalah karya yang mampu berdialog dengan penikmatnya, membangkitkan komunikasi, dan menceritakan visi serta misi yang diembannya.
ADVERTISEMENT
Dialog ini menjadi sarana komunikasi antara pencipta dan penikmat.Dialog merupakan ciri esensial dari kehidupan; tanpa dialog, kehidupan itu sendiri tidak berarti. Jika seni sebagai bahasa visual gagal untuk bercerita atau menyampaikan pesan kepada penikmatnya, maka keberadaannya akan terasa kering dan tidak bermakna. Dalam hal ini, karya seni kehilangan pesan dan urgensinya yang hakiki (SP. Gustami, 2004: 13). Oleh karena itu, dalam penciptaan suatu karya seni, makna, pesan, misi, dan visi dari karya tersebut menjadi sangat penting. Hal ini menciptakan komunikasi yang dinamis antara pencipta dan penikmat.
Lebih jauh lagi, komunikasi atau dialog ini tidak hanya terjadi antara pencipta dan penikmat, tetapi juga melibatkan hubungan antara mereka dengan Sang Maha Pencipta melalui karya yang diciptakan. Ini mencerminkan konsep Hablun Minnanas (hubungan antar manusia) dan Hablun MinAllah (hubungan dengan Tuhan). Al-Qur’an yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW mengajak umat manusia untuk memahami makna dan menerapkannya dalam aktivitas sehari-hari, termasuk dalam dunia seni. Dengan demikian, seni bukan hanya sebuah bentuk ekspresi individual tetapi juga sebuah medium untuk memahami dan menghayati kehidupan serta hubungan kita dengan Tuhan.
ADVERTISEMENT
Seni umumnya identik dengan keindahan, tidak hanya manusia yang menyenangi keindahan tetapi lebih dari itu keindahan disenangi oleh Allah SWT. Dalam buku pandangan Islam tentang kesenian dari hadits riwayat Muslim disebutkan: “Sesungguhnya Allah Maha Indah, Dia suka pada keindahan” (Innallaha jamilun yuhibbul jamal) (Sidi Gazalba, 1977: 60).
Keindahan yang disukai oleh Allah adalah keindahan yang sejalan dengan syariat Islam, yang bersumber dari Al-Qur’an (Kalamullah). Hal ini mencerminkan pentingnya keindahan dalam konteks nilai-nilai ilahi. Keindahan yang terhubung dengan nilai-nilai spiritual dapat dijadikan prinsip dasar dalam berbagai aspek dan cabang seni. Dalam seni rupa, penerapan prinsip ini berkaitan erat dengan fungsi artistik dari gagasan dan karya yang dihasilkan. Karya seni tidak hanya dinilai dari keindahannya semata, seperti yang sering diutamakan dalam seni rupa modern, tetapi juga dari gagasan dan manifestasi ilahi yang terkandung di dalamnya (Amri Yahya, 1995: 107).
Sumber Photo : Lukisan Kaligrafi diatas Kanvas menggunakan cat minyak yang pernah saya kerjakan sebagai koleksi pribadi
Harmoni antara Estetika dan Spiritualitas
ADVERTISEMENT
Dalam tradisi seni Islam, terdapat hubungan yang erat antara estetika dan spiritualitas. Seni tidak hanya berfungsi sebagai medium visual, tetapi juga sebagai sarana untuk menyampaikan pesan-pesan spiritual. Sebagaimana dinyatakan oleh Sayyed Hossein Nasr, seni Islam harus menggali dan mengekspresikan dimensi-dimensi spiritual serta merefleksikan prinsip-prinsip tauhid, sehingga mampu mengingatkan manusia akan kehadiran Tuhan dalam kehidupan sehari-hari. Ini menunjukkan bahwa seni bukanlah untuk seni itu sendiri, melainkan sebagai bentuk pengabdian kepada Sang Pencipta.Keindahan dalam konteks ini bukan hanya sekadar penampilan luar, tetapi juga mencakup kedalaman makna yang terkandung dalam karya tersebut. Karya seni yang baik adalah karya yang mampu menjembatani hubungan antara pencipta dan penikmatnya, serta antara manusia dengan Tuhan. Dalam hal ini, dialog antara seniman dan penikmat menjadi sangat penting. Dialog ini menciptakan ruang bagi pengalaman estetik yang mendalam, di mana penikmat tidak hanya melihat keindahan fisik, tetapi juga merasakan kehadiran nilai-nilai spiritual yang terkandung dalam karya tersebut.
Sumber Photo : Saat mengerjakan orderan Lukisan Mural Kaligrafi di dinding rumah salah satu klien
Karya Seni sebagai Refleksi Spiritualitas.
ADVERTISEMENT
Karya seni yang mengandung unsur spiritualitas memiliki kekuatan untuk membawa penikmatnya pada pengalaman transendental. Seni Islam, misalnya, sering kali menggunakan simbol-simbol geometris dan kaligrafi Arab yang kaya akan makna. Pola-pola ini tidak hanya berfungsi sebagai elemen dekoratif tetapi juga memiliki makna mendalam yang terkait dengan ketuhanan dan kehidupan spiritual. Dalam konteks ini, setiap goresan kuas atau setiap ukiran memiliki tujuan untuk mengingatkan kita akan kebesaran Allah.Lebih jauh lagi, keindahan yang terwujud dalam seni dapat menjadi sarana untuk merenungkan ciptaan-Nya. Ketika seseorang mengamati sebuah karya seni yang indah, mereka tidak hanya terpesona oleh bentuk dan warnanya tetapi juga diingatkan akan keagungan Sang Pencipta. Ini sejalan dengan pandangan bahwa keindahan adalah cerminan dari cahaya Ilahi; oleh karena itu, setiap karya seni harus mengandung nilai-nilai kebaikan dan kebenaran.
ADVERTISEMENT
Karya seni disamping sebagai ungkapan ekspresi melalui bentuk visualnya juga sebagai jembatan yang menghubungkan kalbu dengan Allah. Sehubungan dengan itu, proses kreatif lahirnya karya seni tidak dapat dilepaskan pula dari upaya menjangkau eksistensi Ilahi Yang Maha Indah itu sesuai dengan ungkapan di atas. Gambaran yang paling indah dalam karya seni ialah gambaran yang dapat membawa pada bentukbentuk tak terhingga, yang disitu orang dapat menyadari langsung kewujudan yang hakiki, yakni yang Esa. Karya seni yang baik setidaknya dalam ukuran estetika Islam tidak ditentukan sematamata oleh kemahiran dan penguasaan teknik serta ketangkasan mengungkap berbagai objek estetik dan menerjemahkannya ke dalam media dalam komposisi tertentu.
Karya seni yang unggul dan baik juga sangat ditentukan oleh wawasan intelektual dan pencapaian spiritualitas, serta kearifan dalam menyerap hakekat keindahan dan kenyataan yang selaras dengan pandangan Islam (Abdul Hadi HW, 2000: 88-389). Sebagai seorang seniman, selain mengasah daya kreativitas intuisi dan imajinasinya dalam berkarya, penting sekali mendalami penghayatan dan pengamalan agama secara intens, sehingga terdapat keseimbangan antara emosi dan akal, terdapat keselarasan dan keharmonisan antara kebersenimanan dengan keberimanan (Faisal Ismail, 1996: 87). Kaligrafi Arab yang bersumber pada Al-Qur’an selain memiliki bentuk yang artistik juga memiliki makna yang luhur yang merupakan penggambaran firman Allah. Kaligrafi Arab sebagai suatu karya
ADVERTISEMENT
seni merupakan paduan antara ayat yang dikutip dalam Al-Qur’an dengan bentuk visual yang ditampilkan sehingga menjadi suatu karya seni yang dibalik keindahan visual (makna yang tersurat) juga mengandung makna non visual (makna yang tersirat). Makna adalah ujung tombak dalam ekspresi seni, dan bentuk visual yang dihadirkannya adalah salinan atau representasi yang tak pernah sempurna dan lengkap (Abdul Hadi HW, 2000:336).
Karya-karya yang diperoleh melalui inspirasi yang hidup dan pengetahuan yang mendalam, serta kreativitas dan penguasaan teknik yang tinggi akan sendirinya merupakan karya yang inspiratif dan dapat memberi makna kepada penikmatnya.
Pengertian Kaligrafi Berbagai macam bangsa di dunia memiliki bahasa, dan bahasa mempunyai huruf atau tulisan yang dapat mewakili bahasa mereka dalam bentuk gambar atau tulisan yang menghasilkan seni menulis halus yang lazim dikenal dengan kaligrafi. Kata kaligrafi berasal dari bahasa latin yang terdiri dari dua suku kata yaitu kalios (calios) artinya indah dan graf (graph) yang artinya gambar atau tulisan (Abdul Karim Husain, 1985: 1).
ADVERTISEMENT
Kaligrafi, dalam konteks seni dan budaya, merujuk pada seni menulis indah yang telah ada sejak ribuan tahun lalu. Dalam bahasa Inggris, istilah "calligraphy" berasal dari kata Latin yang terdiri dari dua bagian: "kalios," yang berarti indah, dan "graph," yang berarti tulisan atau gambar. Dengan demikian, kaligrafi dapat diartikan sebagai seni menciptakan tulisan yang tidak hanya fungsional tetapi juga estetis. Berbagai budaya di seluruh dunia memiliki bentuk kaligrafi mereka sendiri, termasuk huruf Jawa (ha, na, ca, ra, ka), Latin (a, b, c, d, dan seterusnya), Jepang (kanji: Hiragana dan Katakana), Hindi, Thai, Cina, Rusia, dan Israel. Dalam konteks bahasa Arab, kaligrafi dikenal sebagai "Khat," yang berarti garis atau tulisan indah (Abdul Karim Husain, 1985: 1).
Sumber Photo : Pembuatan Lukisan Kaligrafi di atas kanvas sebagai koleksi pribadi saya
Definisi dan Ruang Lingkup Kaligrafi
ADVERTISEMENT
Kaligrafi bukan hanya sekadar teknik menulis; ia merupakan sebuah ilmu yang memperkenalkan bentuk-bentuk huruf tunggal serta cara-cara merangkainya menjadi tulisan yang terstruktur. Syeikh Syamsuddin Al Akfani mengemukakan bahwa kaligrafi adalah ilmu yang mencakup penempatan huruf dan cara menulisnya dengan benar. Hal ini termasuk menentukan mana yang perlu ditulis dan mana yang tidak, serta bagaimana cara mengubah ejaan jika diperlukan (D. Sirojuddin AR, 1985: 2).
Kaligrafi dalam Tradisi Islam
Salah satu aspek yang paling menarik dari kaligrafi adalah perannya dalam tradisi Islam. Kaligrafi menjadi salah satu bentuk ekspresi artistik yang sangat dihormati di dunia Islam karena adanya larangan untuk menggambar makhluk hidup dalam konteks keagamaan. Sebagai hasilnya, kaligrafi Arab berkembang menjadi bentuk seni utama yang digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan spiritual dan keagamaan. Dalam konteks ini, kaligrafi tidak hanya berfungsi sebagai media komunikasi tetapi juga sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah.Hal ini semakin diperkuat oleh fakta bahwa perintah pertama yang diterima oleh Nabi Muhammad SAW melalui wahyu adalah tentang membaca dan menulis. Wahyu ini diterima di Gua Hira dan menunjukkan betapa pentingnya aktivitas literasi dalam penyebaran ajaran Islam (Al Qur’an dan Terjemahan, 1998: 479). Dengan demikian, kaligrafi tidak hanya menjadi seni menulis tetapi juga merupakan bentuk pengabdian kepada Tuhan.
ADVERTISEMENT
Keindahan dalam Kaligrafi
Keindahan dalam kaligrafi bukan hanya terletak pada teknik penulisan itu sendiri tetapi juga pada makna dan nilai spiritual yang terkandung di dalamnya. Karya-karya kaligrafi sering kali mengandung ayat-ayat Al-Qur'an atau hadits Nabi Muhammad SAW yang ditulis dengan indah. Ini menciptakan hubungan antara keindahan visual dan kedalaman spiritual. Kaligrafi berfungsi sebagai pengingat akan kebesaran Allah dan memberikan kesempatan bagi penikmatnya untuk merenungkan makna-makna mendalam dari teks-teks suci tersebut.
Fungsi Sosial dan Budaya Kaligrafi
Kaligrafi juga memiliki fungsi sosial dan budaya yang signifikan. Di banyak komunitas Muslim, karya-karya kaligrafi sering dipajang di masjid-masjid atau tempat-tempat umum lainnya sebagai simbol identitas budaya dan agama. Selain itu, kaligrafi sering digunakan dalam berbagai acara seperti pernikahan atau perayaan keagamaan untuk menambah keindahan suasana.
ADVERTISEMENT
Secara keseluruhan, kaligrafi adalah lebih dari sekadar seni menulis indah; ia merupakan bentuk ekspresi budaya yang kaya akan makna spiritual dan sosial. Dengan menggabungkan estetika dengan nilai-nilai ilahiat, kaligrafi menciptakan harmoni antara keindahan visual dan kedalaman makna. Dalam dunia modern saat ini, meskipun teknologi telah mengubah cara kita berkomunikasi, seni kaligrafi tetap relevan sebagai simbol pengabdian kepada Tuhan serta sebagai medium untuk menyampaikan pesan-pesan keagamaan dengan cara yang indah dan bermakna. Melalui kaligrafi, kita tidak hanya melihat keindahan tulisan tetapi juga merasakan kedekatan dengan nilai-nilai spiritual yang mendasarinya.
Artinya :
Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan. Menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmu Maha Pemurah. Yang mengajar menulis dengan kalam. Mengajar manusia apa yang tidak diketahuinya (QS. Al-Alaq ayat 1-5)…. (Sampai Akhir ayat)
ADVERTISEMENT
Dalam buku Al-Qur’an dan kaligrafi Arab (1999) disebutkan bahwa: (Ilham Khoiri, 1999: 50) Kaligrafi merupakan apa-apa yang ditulis para ahli dengan sentuhan kesenian. Kaligrafi melahirkan suatu ilmu tersendiri tentang tata cara menulis, yang meneliti tentang tandatanda bahasa yang bisa dikomunikasikan, yang ditorehkan secara proporsional dan harmonis, yang dapat dilihat secara kasat mata dan diakui sebagai susunan yang dihasilkan lewat kerja kesenian. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dari penjelasan di atas dapat pahami bahwa yang dimaksud dengan kaligrafi pada dasarnya adalah suatu keahlian atau kepandaian yang menghasilkan tulisan indah.
Sedikitnya terdapat 400 jenis kaligrafi di zaman Bani Abbas, dan yang sering digunakan sampai sekarang ada 8, Adapun Jenis-jenis kaligrafi Arab atau khat yang 8 itu di antaranya :
ADVERTISEMENT
1. Khat Naskhi
2. Khat Tsuluts,
3. Khat Farisi,
4. Khat Diwani,
5. Khat Jali Diwani,
6. Khat Kufi,
7. Khat Riq'ah,
8. Khat Raihani
1. Khat Naskhi
Khat Naskhi adalah jenis kaligrafi yang muncul pada akhir abad ke-7 Masehi dan berkembang pesat di bawah pengaruh kaligrafer terkenal, Ibnu Muqlah, pada abad ke-9 Masehi. Khat ini dikenal karena bentuknya yang jelas dan mudah dibaca, sering digunakan untuk penulisan naskah Al-Qur'an dan dokumen lainnya. Khat Naskhi menjadi salah satu gaya tulisan yang paling banyak digunakan dalam sejarah kaligrafi Arab
2. Khat Tsuluts
Khat Tsuluts dikembangkan pada abad ke-10 Masehi dan juga dipopulerkan oleh Ibnu Muqlah. Khat ini dikenal dengan bentuknya yang elegan dan hiasan yang rumit, sering digunakan dalam dekorasi manuskrip dan arsitektur. Tsuluts memiliki karakter yang lebih monumental dibandingkan dengan Naskhi, menjadikannya pilihan utama untuk kaligrafi yang memerlukan keindahan visual
ADVERTISEMENT
3. Khat Farisi
Khat Farisi muncul di Persia setelah kedatangan Islam dan menjadi populer pada abad ke-11 Masehi. Ciri khas dari khat ini adalah huruf-hurufnya yang lebar dan condong ke kanan, sering kali digunakan dalam penulisan puisi dan karya sastra. Khat Farisi menekankan proporsi garis dan ketebalan huruf, memberikan kesan artistik yang mendalam
4. Khat Diwani
Khat Diwani berasal dari Turki Utsmani pada abad ke-15 Masehi. Awalnya digunakan untuk dokumen resmi pemerintah, khat ini dikenal karena bentuknya yang elegan dan dekoratif. Seiring waktu, Diwani menjadi populer di kalangan masyarakat umum untuk berbagai keperluan kaligrafi
5. Khat Jali Diwani
Jali Diwani adalah variasi dari Khat Diwani yang lebih besar dan rumit, diperkenalkan pada abad ke-16 Masehi. Digunakan untuk surat-surat resmi dan peraturan, khat ini memiliki keindahan visual yang tinggi, menjadikannya pilihan populer dalam seni kaligrafi
ADVERTISEMENT
6. Khat Kufi
Khat Kufi adalah salah satu jenis kaligrafi tertua, berasal dari kota Kufah di Irak sekitar abad ke-7 Masehi. Dikenal dengan garis-garis geometris yang tegas dan simetris, khat ini sering digunakan dalam penulisan Al-Qur'an awal serta dekorasi arsitektur Islam
7. Khat Riq'ah
Khat Riq'ah muncul pada abad ke-10 Masehi sebagai gaya tulisan praktis untuk penulisan cepat. Memiliki bentuk yang lebih sederhana dibandingkan dengan khat lainnya, Riq'ah banyak digunakan dalam surat-menyurat sehari-hari karena kemudahan penulisannya
8. Khat Raihani
Khat Raihani merupakan perpaduan antara khat Tsuluts dan Naskhi, muncul pada abad ke-12 Masehi. Ciri khas dari khat ini adalah penggunaan harakat berwarna serta garis vertikal yang lurus. Raihani sering digunakan di Persia untuk menyalin mushaf Al-Qur'an berukuran besar
ADVERTISEMENT
Kedelapan jenis khat ini menunjukkan kekayaan tradisi kaligrafi Arab yang telah berkembang selama berabad-abad, masing-masing dengan karakteristik uniknya sendiri.
Dalam kaitannya dengan seni Islam maka tulisan indah tersebut adalah yang merujuk pada kaidah penulisan dan kaidah seni rupa tanpa merusak pesan atau makna dari tulisan/kaligrafi tersebut. Kaligrafi Arab Sebagai Seni Terdapat banyak pendapat yang menyangkut asal-usul kaligrafi Arab, sebagian mendasarkan dari data-data historis yang bisa dilacak dan diuji validitasnya, sebagian lagi mendasarkannya kepada keyakinan-keyakinan mistis yang kerap tidak terang ujung pangkalnya, maka sulit dibuktikan secara ilmiah.
Namun demikian dapat dijelaskan tulisan (termasuk kaligrafi Arab) tidak tercipta secara mendadak pada satu kesempatan dalam keadaan yang sempurna, melainkan tumbuh melewati proses panjang secara berangsur-angsur, setiap jenis tulisan berproses melalui eksperimentasi dan intensifikasi selama bertahun-tahun dan berkurun-kurun sampai kemudian membentuk tulisan yang ada sekarang, bahkan selalu berkembang. (Ilham Khoiri R, 1999:50) Kaligrafi Arab memiliki tempat kedua setelah aksara Romawi yang telah banyak dipakai dalam berbagai penulisan sampai sekarang. Jika dibandingkan dengan bangsa lain seperti Mesir, Babilonia atau Cina yang telah sukses mengembangkan sistem tulis dan memiliki kaligrafi yang sangat kompleks, boleh dikatakan kaligrafi Arab sebagai pendatang agak terlambat. (D. Sirojuddin AR, 1985:19).
ADVERTISEMENT
Kaligrafi Arab sebagai salah satu wujud seni rupa Islami yang kehadirannya dapat membangkitkan imajinasi tentang seni yang berpedoman pada nilai-nilai ajaran Islam, yang bertujuan untuk mengingatkan kepada umat manusia tentang keagungan dan kebesaran Tuhan. Selain memiliki bentuk yang artistik juga memiliki makna yang luhur merupakan penggambaran firman-firman Allah yang terdapat dalam kitab suci Al-Qur’an. Kaligrafi Arab sebagai suatu karya seni merupakan paduan antara isi ayat yang dikutip dalam Al-Qur’an dengan bentuk visual yang ditampilkan, sehingga menjadi karya seni yang dibalik keindahan visual (makna yang tersurat) juga mengandung keindahan non visual (makna yang tersirat) dengan kata lain keindahan visual (bentuk) adalah hubungan manusia dengan manusia atau hablun minannas, sedangkan keindahan non visual (makna) adalah hubungan manusia dengan Allah atau hablun minallah. Al-Qur’an sebagai wahyu Allah diturunkan dalam bahasa Arab merupakan sumber kaligrafi Arab mengandung makna yang luhur, membawa manusia pada kesadaran tauhid dan akidah keimanan kepada Allah. Al-Qur’an merupakan petunjuk bagi umat manusia dalam menjalani kehidupan di dunia dan akhirat kelak. Bentuk kaligrafi Arab sangat elastis dan menyumbangkan banyak unsur keindahan visual penuh pesona nilai-nilai estetis, penuh dinamika dan sangat variatif bahkan dalam hal ini C. Israr menjelaskan bahwa Tulisan Arab adalah jenis tulisan yang elastis, fleksibel dan berirama, sehingga mudah dan dapat dikembangkan dengan berbagai variasi.
ADVERTISEMENT
Huruf demi huruf mengandung nilai keindahan, mempunyai gaya estetis yang dapat digubah dengan mudah dan indah. (C. Israr,1985:79). Kaligrafi Arab sebagai ekspresi seni merupakan perwujudan unsurunsur estetik dari bentuk hurufhuruf Arab. Sebagaimana yang diungkapkan oleh D. Sirojudin AR. bahwa: Huruf Arab memiliki postur elok yang mempesona, karena itu seniman-seniman masehi abad pertengahan memanfaatkannya untuk dekorasi.
Dilukiskannya lah huruf Khufi di atas cawan dan pakaian. Di balik keindahan pada huruf ini nampak pula keindahan pada kata-kata yang terangkai yakni keindahan susunan dengan baris-baris harakat yang membentuk garis-garis simetris untuk medium sebuah seni yang mengagumkan. Bukankah ini sebuah keistimewaan satu-satunya yang hanya dimiliki oleh tulisan Arab, sehingga menghasilkan medium kaligrafi yang paling memukau yang mengusik perasaan tentram karena keindahan susunan dan gaya rangkaiannya yang bagus. (Kamil Al-Baba, 1992: 168).
ADVERTISEMENT
Lebih lanjut dia mengatakan bahwa ada tiga keistimewaan pokok dalam tulisan Arab yaitu: Pertama: keaneka ragaman bentuk untuk satu huruf, ha sebagai misal, ditulis dengan tiga bentuk.
Demikian juga A’in dan Ra’, huruf Kaf, Mim, Nun, Ha, Wau, Sin, Ya’ dan Lam Alif masing-masing ditulis dengan dua bentuk seperti berikut: Latin: Ha ha ha, ‘Ain ‘ain ‘ain, Ra’ ra, S a sa Latin: Ma ma, Na na, Ha ha, Wa wa, La la, Ya ya Kedua: Keistimewaan kedua berkaitan dengan kekejuran, yakni pemanjangan dan kelenturan (elastisitas) pada kebanyakan huruf baik huruf tunggal maupun yang terangkai diawal atau ditengah kata seperti berikut: Latin: Ba, Sa, Sa, qa, Ya Latin: Nâ, Jada, Sara, Dama Ketiga: Keistimewaan ketiga adalah keringkasan huruf Arab ketika dirangkai dipermulaan atau di tengah-tengah kata, kalau kita misalnya ingin menulis kata (yasta’milu) cukup ditulis dengan bentuk ini: Latin: Yast’amilu Jadi dengan merangkai setiap huruf satu sama lainnya menciptakan kata tersebut dengan bentuk yang ringkas, disini terlihat setiap huruf boleh dirangkai dengan huruf sebelum atau sesudahnya dengan pengecualian enam huruf yaitu: Alif, Dal, Dzal, Ra’, Za dan Wau huruf-huruf tersebut hanya menerima sambungan dengan sebelumnya (Kamil Al-Baba, 1992:168-169).
ADVERTISEMENT
Jalinan huruf-huruf kaligrafi Arab merupakan perpaduan seni yang artistik, menimbulkan aspek keindahan visual yang dapat dinikmati dan menimbulkan rasa senang, mendorong manusia untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, cinta kepada kebaik-an keluhuran budi dan sebagainya, yang diresapkan ke dalam sanubari orang yang melihatnya, oleh makna dari jalinan tulisan tersebut. Kehadiran kaligrafi Arab sebagai aspek terpenting dalam kebudayaan Islam, secara umum dapat diakui menumbuhkan berbagai alternatif lain terhadap pemenuhan atau kebutuhan ekspresi seniman.
Keterkaitan semacam ini dapat pula diartikan bahwa besarnya niat seniman dalam mencari nilai-nilai keindahan sehingga segala sesuatu yang dapat membangkitkan pengalaman estetis dapat diungkapkan melalui kaligrafi Arab.
Seperti yang diungkapkan oleh Wiyoso Yudoseputro: Ada ciri lain yang dapat ditunjuk pada karya seni Khath (kaligrafi Arab) yang timbul karena sifat aksara Arab itu sendiri. Aksara Arab merupakan jenis tulisan yang elastis, tampil dengan bentuk keindahan yang sensitif, seperti kaligrafi Cina, seorang dalam kaligrafi dalam seni Khath memiliki daya sensitif yang tinggi di samping kepandaian seni menulis.
ADVERTISEMENT
Maka nilai pribadi seniman tampak pada setiap jenis Khath yang menjadi sumber pertumbuhan dari gaya dalam kaligrafi Arab (Wiyoso Yudoseputro, 1986: 115). 16 Ditinjau dari segi visualnya kaligrafi Arab mempunyai nilai estetik yang tinggi, tiap huruf yang ada dalam aksara Arab mempunyai karakter atau ciri khas tersendiri, terbukti bahwa kaligrafi Arab telah mempunyai gaya atau aliran tersendiri yang sudah dibakukan.
Adapun jenis Khath Arab yang lebih terkenal dan banyak digunakan yaitu: Khath Kufi, Thulus, Naskhi, Farishi, Riq’ah, Diwani, Diwanijali dan Raihani (C. Isdrar, 1985: 82). Kaligrafi Arab dari segi kandungan mempunyai nilai dan makna yang sangat dalam, karena sumber kaligrafi Arab diambil dari ayat-ayat Al-Qur’an, sehubungan dengan ini Munawir Sjadzali mengatakan, bahwa: ... kaligrafi Arab bukan hanya sekedar ekspresi dari seorang seniman, tetapi juga merupakan salah satu perwujudan dari keagungan dan kecintaan sang seniman terhadap Al-Qur’an kalam Ilahi, dari sudut pandang inilah antara Al-Qur’an dan kaligrafi Arab mempunyai ikatan yang erat (Munawir Sjadzali, 1991).
ADVERTISEMENT
Perkembangan kaligrafi Arab secara luas berkembang dengan pesat, tidak hanya terbatas pada benda-benda fungsional seperti: kendi, uang, surat kabar, buku, pamflet, maupun sebagai hiasan pada bangunan Masjid, gedunggedung pemerintah atau Menaramenara yang ditulis dalam bentuk relief. Sesuai dengan perkembangan sejarah seni kaligrafi Arab juga sudah merupakan media bagi perupa untuk menuangkan ide-ide mereka dalam menciptakan karya seni. Ditinjau dari segi apresiasi seni yang menyangkut penampilannya, maka perkembangan kaligrafi arab ini secara garis besar dibagi dua golongan yaitu kaligrafi Arab tulis dan kaligrafi Arab seni (C. Israr, 1985:18).
Kaligrafi tulis adalah kaligrafi Arab murni, yang penulisannya menganut kaidah-kaidah penulisan yang sudah dibakukan serta menjadi pedoman sampai sekarang. Sedangkan kaligrafi Arab yang diciptakan dalam bentuk karya seni yang menganut kaidahkaidah seni rupa modern dalam pengolahannya tidak terkait pada kaidah-kaidah yang sudah ada, karena ekspresi seniman adalah hal yang diutamakan, sehingga tidak jarang tulisan dipadukan secara artistik dengan beberapa motif atau gambar abstrak tujuannya ialah untuk menambah suasana personal dan mencapai bentuk yang mencerminkan kebebasan kreatif seniman (Abdul Hadi, 2000:381), terutama dalam karya lukisan kaligrafi.
ADVERTISEMENT
Telah banyak seniman berkarya dengan mengangkat tema kaligrafi Arab sebagai ungkapan ekspresi pribadinya di samping kandungan makanya, yang dapat memberikan gambaran bahwa karya-karya kaligrafi Arab telah diakui sebagai salah satu corak keanekaragaman dalam menciptakan sebuah karya seni yang bersumber kepada ayat-ayat Al-Qur’an sebagai kalam Ilahi.
Kaligrafi Arab yang bersumber pada ayat-ayat Al-Qur’an dalam proses transformasinya menjadi suatu karya seni tidak hanya keindahan bentuk visualnya saja yang diungkapkan, tetapi juga maknamakna dalam ayat-ayat Al-Qur’an yang menggambarkan firman Allah sebagai kalam Ilahi, karena ayatayat Al-Qur’an merupakan suatu kekuatan dan mukjizat, maka huruf dan kata-kata yang menvisualisasikan ayat-ayat Al-Qur’an juga memerankan suatu mukjizat dan memperlihatkan kekuatan-kekuatannya sendiri dalam suatu karya seni, sehingga akan melahirkan karya seni dengan muatan-muatan makna yang ingin disampaikan. Allah telah menurunkan Al-Qur’an yang diwahyukan melalui Rasul-Nya Muhammad SAW sebagai pedoman dan petunjuk bagi umat manusia, yang menuntut mengetahui artinya, memahami maknanya dan mengamalkannya dalam aktivitas kehidupan seharihari termasuk pula dalam berolah seni, seni pada umumnya identik dengan keindahan, tidak hanya manusia yang menyenangi keindahan tetapi lebih dari itu keindahan disenangi oleh Allah SWT “Sesungguhnya Allah itu Maha Indah, Dia suka pada keindahan” (Innallaha jamiilun yuhibbul jamaal) HR. Muslim.
ADVERTISEMENT
Keindahan yang disenangi Allah adalah keindahan yang sesuai dan tidak dengan syariat Islam yang bersumber pada Al-Qur’an (Kalamullah). Kaligrafi Arab selain memiliki bentuk yang artistik juga memiliki makna yang luhur merupakan penggambaran firman-firman Allah.
Kaligrafi Arab sebagai suatu karya seni merupakan paduan antara isi ayat yang dikutip dalam Al-Qur’an dengan bentuk visual yang ditampilkan, sehingga menjadi karya seni yang di balik keindahan visualnya atau makna yang tersurat juga mengandung keindahan non visual atau makna yang tersirat.
Kaligrafi Arab, salah satu bentuk paling indah dari seni tulisan, adalah perpaduan estetika dan makna yang mendalam. Setiap guratan tinta yang terukir dalam kaligrafi bukan hanya mencerminkan keindahan visual, tetapi juga membawa pesan spiritual dan budaya yang kuat. Kaligrafi Arab menggambarkan keragaman bentuk huruf yang memikat dari berbagai gaya seperti Naskh, Thuluth, dan Diwani. Seni ini telah memperkaya warisan budaya Islam selama berabad-abad dan terus menarik hati banyak orang di seluruh dunia.
ADVERTISEMENT
"Tulisan adalah lukisan dari suara." - Voltaire
"Kaligrafi adalah seni mendengarkan, melihat, dan menciptakan." - Mustafa Ja'far
"Dalam setiap sapuan kuas, tersembunyi hikmah dan pengetahuan yang tak terhingga." - Anonim
Karena baik dalam tulisan maupun kehidupan itu sendiri, keindahan seringkali terletak pada detail yang paling halus. Semoga kaligrafi terus menjadi sumber inspirasi dan kekaguman yang tidak ada habisnya. (Wahyu Sulaiman - Mahasiswa Institut Teknologi dan Bisnis Ahmad Dahlan - Universitas Mpu Tantular - Universitas Ubudiayah Indonesia)