Konten dari Pengguna

Pemimpin Adat Kekinian: Berteman Akrab dengan Teknologi Digital

Wahyu Sri Utami
Halo, Saya Tami, seorang pembelajar yang saat ini sedang menempuh Pendidikan di Universitas Pamulang, Program Studi Magister Manajemen Pendidikan, Fakultas Pascasarjana.
3 Juni 2024 13:08 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
6
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Wahyu Sri Utami tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Pemimpin Adat Mengkolaborasikan Nilai Adat Budaya dan Teknologi Digital. Sumber: Dokumen Penulis.
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Pemimpin Adat Mengkolaborasikan Nilai Adat Budaya dan Teknologi Digital. Sumber: Dokumen Penulis.
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pemimpin adat adalah seseorang yang memimpin sesuai dengan norma-norma adat dan hidup beradat. Pemimpin adat akan menjalankan kepemimpinannya dengan memahami, menghayati serta mengamalkan nilai-nilai luhur agama dan adat istiadat serta norma- norma sosial masyarakatnya. Menurut Westermen dan Bonnet (2011), transformasi digital adalah proses perubahan organisasi yang melibatkan manusia, strategi, struktur melalui penggunaan teknologi digital dan model bisnis yang menyesuaikan guna meningkatkan kinerja organisasi. Menjadi seorang pemimpin adat kekinian berarti harus akrab dengan teknologi digital supaya menunjukkan eksistensi pemimpin adat. Merupakan sebuah tantangan yang sangat menarik, dimana seorang pemimpin adat kekinian harus akrab dengan teknologi digital yaitu mengkolaborasikan tradisi dan modernisasi yaitu dengan tetap konsisten menjunjung nilai-nilai budaya leluhur namun harus bisa menyelaraskan gaya kepemimpinannya supaya sesuai dengan perkembangan jaman digital masakini. Sudah ada bebarapa pemimpin adat dari berbagai wilayah di Indonesia yang sudah berteman akrab dengan digital dan mengimplementasikan digitalisasi dalam kepemimpinannya, meskipun masih ada juga yang belum mengimplementasikan digitalisasi.
ADVERTISEMENT
Apa yang harus dilakukan seorang pemimpin adat kekinian untuk menunjukkan eksistensinya sebagai pemimpin adat di Era Transformasi Digital?
Eksistensi pemimpin adat yang diharapkan oleh masyarakat adalah menciptakan kesejahteraan masyarakat setempat. Untuk menciptakan kesejahteraan tersebut seorang pemimpin adat harus mempunyai pedoman yang bersumber dari trilogi kepemimpian adat yang sangat terkenal dari tanah Jawa Tengah yaitu
Trilogi kepemimpinan adat tersebut dipelopori oleh seorang guru ternama kelahiran Yogyakarta yaitu Ki Hajar Dewantara.
Adapun trilogi kepemimpinan adat tersebut mengandung makna bahwa sebagai pemimpin hendaknya bila di depan memberikan teladan, bila di tengah hendaknya mendorong semangat dan bila di belakang harus dapat memberikan motivasi yang baik.
ADVERTISEMENT
Untuk menunjukkan eksistensi sebagai pemimpin adat kekinian di Era Transformasi Digital, seorang pemimpin adat dituntut mampu menyelaraskan gaya kepemimpinan sekaligus beradaptasi dengan perkembangan jaman di Era Digital. Untuk mencapai tujuan tersebut seorang pemimpin adat harus melek digital, harus sadar akan media sosial digital dan teknologi dengan cara berkenalan serta mau belajar tentang media sosial digital dan teknologi.
Adapun dalam pengaplikasiannya, gaya kepemimpinan adat kekinian mempunyai pola komunikasi yang santun, ramah dan hangat. Tak jarang banyak ditemui dalam prakteknya pemimpin adat ini bersedia berpartisipasi ke lapangan hanya sekedar untuk menyapa masyarakat hal ini sesuai dengan nilai budaya yang dianut masyarakat tradisional yang terkenal mempunyai etika sopan santun, tata krama yang baik serta ramah. Namun di Era Transformasi Digital, seorang pemimpin adat dituntut untuk bisa mengintegrasikan dengan teknologi digital salah satunya komunikasi lewat media sosial sebagai bentuk inovasi menyesuaikan perkembangan jaman di Era Digital. Media sosial seperti IG, TikTok, Facebook, Youtube, Website, Blog dan media sosial lainnya dapat digunakan sebagai wadah untuk mensosialisasikan atau mengenalkan kebudayaan kepada masyarakat luas terutama untuk anak-anak muda generasi milineal dan Gen Z yang pastinya sangat familiar dengan media sosial digital. Hal ini tentunya sangat membantu Pemimpin Adat dalam menjalankan perannya untuk menjaga tradisi dan budaya tradisional. Selain itu pemanfaatan media sosial digital bisa dijadikan sebagai alat untuk memperkuat identitas budaya melalui dokumentasi digital lewat media sosial, seperti mendokumentasikan upacara adat, acara kegiatan tradisional seperti pentas tari, pertunjukan wayang dalam format digital sehingga akan lebih mudah diakses oleh masyarakat dengan jangkauan lebih luas dan lebih mudah. Digitalisasi juga dapat dipakai sebagai sarana edukasi untuk mengarahkan masyarakat atau komunitas dalam penggunaan teknologi secara bijak dan produktif serta meminimalisir dampak buruk penggunaan teknologi yang berlebihan.
ADVERTISEMENT
Untuk menjaga eksistensi kepemimpinannya sebagai seorang pemimpin adat kekinian juga bisa memanfaatkan teknologi digital untuk mendukung perekonomian lokal (UMKM Lokal) melalui akun official pemerintah daerah seorang pemerintah adat bisa berkontribusi memasarkan kerajinan tangan, pariwisata budaya lokal, hasil pertanian untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat.
Pemimpin adat juga bisa memanfaatkan Era Digitalisasi ini untuk berkolaborasi dengan komunitas lain baik di dalam negri maupun di luar negri untuk bertukar pikiran dan forum sharing strategi pelestarian budaya dan advokasi melalui platform digital seperti advokasi menyuarakan isu-isu perlindungan tanah adat, hak cipta budaya serta bisa menjadi sarana untuk edukasi kepada masyarakat tentang keberlanjutan lingkungan lokal dengan cara pelestarian alam melalui praktik-praktik tradisional.
Dengan teknologi digital seorang pemimpin adat juga akan lebih mudah untuk mengumpulkan dan menganilisis data tentang kondisi sosial, ekonomi, budaya, pendidikan dan lingkungan untuk membuat keputusan yang lebih baik secara efisien, baik efisien waktu, tenaga dan biaya operasional.
ADVERTISEMENT
Sangat penting bagi seorang pemimpin adat kekinian menjadi pribadi yang terbuka, berteman akrab dengan teknologi digital dan bersedia mengembangkan kemampuan diri untuk melek teknologi menyesuaikan perkembangan peradaban menuju transformasi era digital yang diintegrasikan dengan prinsip dan falsafah budaya yang harus dianut oleh pemimpin adat untuk mempertahankan nilai-nilai budaya, adat istiadat setempat yang diwariskan oleh leluhur. Hal ini nantinya akan mempermudah pemimpin adat untuk menjalankan peran dan tanggung jawabnya sebagai seorang pemimpin. Sehingga eksistensi pemimpin adat akan tetap ada dan terjaga dengan baik menyesuaikan perkembangan jaman di era transformasi digital.
Penulis:
Wahyu Sri Utami, S.Pd. - Mahasiswa: Magister Manajemen Pendidikan Universitas Pamulang