Konten dari Pengguna

Sambut Tahun Ajaran Baru, Jangan Ada Bullying di Antara Kita

Wahyu Sri Utami
Halo, Saya Tami, seorang pembelajar yang saat ini sedang menempuh Pendidikan di Universitas Pamulang, Program Studi Magister Manajemen Pendidikan, Fakultas Pascasarjana.
25 Juni 2024 12:21 WIB
·
waktu baca 7 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Wahyu Sri Utami tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Bullying is not cool anymore. Sumber foto dari penulis.
zoom-in-whitePerbesar
Bullying is not cool anymore. Sumber foto dari penulis.
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Halo Papa Mama, tahun ajaran baru akan segera dimulai. Anak-anak akan kembali melanjutkan rutinitas sekolah ke jenjang selanjutnya yang lebih tinggi. Sebagai orang tua akan ada perasaan berdebar untuk menghantarkan anak ke kelas baru ataupun sekolah baru. Salah satu kekhawatiran terbesar orang tua adalah apakah anak-anak bisa beradaptasi dengan lingkungan dan suasana belajar baru, guru baru, ruang kelas baru bahkan sekolah baru, bisa jadi akan mempunyai teman-teman baru. Overthingking pun semakin menjadi ketika kita sebagai orang tua memikirkan apakah lingkungan anak kita nantinya akan sehat baik untuk fisik maupun psikis anak-anak kita, apakah ada jaminan anak kita berada dikawasan bebas bullying?
ADVERTISEMENT
Untuk meredam kekhawatiran tersebut, akan lebih baik apabila kita sebagai orang tua berusaha menambah literasi supaya lebih mengenal dan mempelajari seluk beluk bullying yang nantinya bisa digunakan untuk membekali dan menghindarkan anak – anak kita dari bullying.
Pertama-tama kita harus memahami terlebih dahulu apa sebenarnya yang dimaksud dengan bullying. Jadi bullying adalah perilaku agresif yang biasanya dilakukan seseorang untuk mengintimidasi atau mendominasi orang lain yang dinilai lebih lemah dan cenderung diulang-ulang dari waktu ke waktu. Perilaku penyimpangan sosial ini dapat terjadi di mana saja, mulai dari lingkungan sekolah hingga lingkungan kerja.
Menurut Dan Olweus seorang psikolog dari Norwegia yang juga dianggap sebagai salah satu pionir dalam penelitian bullying,
ADVERTISEMENT
Bullying dapat terjadi dalam berbagai bentuk cara dan dampak yang berbeda. Menurut American Psychological Association, pengertian bullying adalah suatu bentuk tindakan agresif yang dilakukan seseorang dengan sengaja dan berulang kali dengan tujuan untuk melukai atau mengakibatkan ketidaknyamanan pada orang lain. Bullying bisa dilakukan secara fisik, lisan, maupun cara lain yang lebih halus seperti memaksa atau memanipulasi. Memahami berbagai jenis bullying ini penting agar dapat mengenali tanda-tandanya dan mengambil tindakan yang tepat untuk mencegah dan menanganinya. Setiap jenis bullying memiliki dampak negatif yang signifikan pada korban, sehingga pencegahan dan intervensi harus dilakukan dengan serius. Bentuk-bentuk bullying bisa dikategorikan sebagai berikut:
1. Bullying Fisik
Perilaku agresif yang melibatkan tindakan fisik yang menyakiti atau mengintimidasi korban. Bullying fisik bisa berupa kegiatan memukul, menendang, mendorong, menampar, merusak barang-barang milik korban.
ADVERTISEMENT
2. Bullying Verbal
Perilaku agresif yang melibatkan kata-kata atau ucapan yang menyakiti atau menghina korban. Bullying verbal bisa berupa mengejek, mengancam, menghina, memberikan julukan yang merendahkan, menyebarkan gosip.
3. Bullying Sosial (Relasional)
Perilaku agresif yang bertujuan merusak reputasi atau hubungan sosial korban. Termasuk kedalam bullying sosial antara lain mengucilkan, menyebarkan rumor, menghalangi korban dari kelompok pertemanan, mempermalukan korban di depan orang lain.
4. Cyberbullying
Perilaku bullying yang melibatkan penggunaan teknologi digital untuk menyakiti atau mengintimidasi korban. Contoh dari cyberbullying antara lain mengirim pesan atau komentar yang menyakitkan di media sosial, menyebarkan foto atau video yang memalukan, melakukan ancaman secara online, menyebarkan informasi pribadi korban tanpa izin.
5. Bullying Seksual
Perilaku agresif yang melibatkan tindakan yang mengarah pada pelecehan atau eksploitasi seksual. Bullying seksual bisa berupa sentuhan yang tidak diinginkan, komentar seksual, lelucon kasar tentang seksualitas, menyebarkan gambar atau video yang bersifat seksual tanpa izin.
ADVERTISEMENT
Bullying dapat terjadi karena berbagai faktor yang saling berinteraksi. Faktor-faktor tersebut antara lain adanya ketidakseimbangan kekuasaan antara pelaku dan korban yaitu pelaku bullying biasanya ingin menunjukkan dominasinya dan merasa perlu untuk mengontrol orang lain supaya bisa berkuasa. Selain itu anak-anak yang tumbuh dalam keluarga dengan konflik tinggi, kekerasan, atau pengabaian cenderung lebih rentan untuk menjadi pelaku atau korban bullying karena mereka menyaksikan bahkan mengalami perilaku agresif di rumah yang kemudian akan menirunya di luar lingkungan rumah. Pengaruh dari media sosial dan teknologi digital yang menampilkan kekerasan atau perilaku agresif sebagai sesuatu yang normal atau bahkan glamor dapat mempengaruhi anak-anak untuk menirunya untuk melakukan tindakan bullying baik secara offline maupun secara online. Anak-anak dapat terlibat dalam bullying karena tekanan dari teman sebaya atau keinginan untuk diterima dalam kelompok, beberapa anak mungkin melakukan bullying untuk mendapatkan perhatian dari teman sebaya atau orang dewasa. Anak-anak dengan masalah emosional atau perilaku, seperti rasa rendah diri, frustrasi, atau kemarahan, mungkin menyalurkan perasaan mereka melalui bullying. Kurangnya pendidikan emosional dan sosial keterampilan seperti empati, resolusi konflik, dan komunikasi yang baik sering kali kurang diajarkan, yang dapat meningkatkan risiko bullying. Peluang bullying dapat terjadi karena kurangnya pengawasan baik tentang perilaku anak ataupun tempat-tempat yang sangat berpotensi besar untuk melakukan tindak bullying seperti lorong sekolah atau area bermain, sering menjadi lokasi terjadinya bullying.
ADVERTISEMENT
Para ahli sepakat bahwa bullying memiliki dampak negatif yang luas, baik bagi korban, pelaku, maupun pengamat. Oleh karena itu, penting untuk mengembangkan strategi pencegahan dan intervensi yang efektif untuk mengurangi insiden bullying dan mendukung lingkungan yang aman. Pencegahan bullying memerlukan pendekatan komprehensif yang melibatkan berbagai pihak, termasuk sekolah, keluarga, dan masyarakat. Berikut adalah beberapa cara efektif untuk mencegah bullying:
1. Edukasi melalui pelatihan untuk siswa, guru, dan orang tua tentang apa itu bullying, dampaknya, dan bagaimana mengatasinya. Kemudian bisa memasukkan materi tentang bullying dan empati ke dalam kurikulum sekolah untuk mendidik siswa sejak dini.
2. Menciptakan lingkungan sekolah yang positif dengan kebijakan "zero tolerance" dengan mengembangkan dan menerapkan kebijakan sekolah yang tegas terhadap bullying. Serta melakukan upaya meningkatkan pengawasan di area-area rawan bullying seperti lorong, kantin, dan halaman sekolah.
ADVERTISEMENT
3. Melibatkan kerjasama dengan orang tua dengan mengadakan pertemuan rutin dengan orang tua untuk membahas masalah bullying dan mencari solusi bersama. Perlu adalanya program komunitas yang melibatkan berbagai elemen masyarakat dalam upaya pencegahan bullying.
4. Mengembangkan karakter keterampilan sosial dan emosional seperti empati, kerjasama, dan resolusi konflik dan juga menyediakan akses ke konselor atau psikolog untuk siswa yang membutuhkan dukungan tambahan.
5. Menangani tindak bullying dengan serius dengan menyediakan mekanisme pelaporan yang mudah dan aman bagi siswa yang mengalami atau menyaksikan bullying serta memberikan sanksi yang adil dan konsisten kepada pelaku bullying, sambil memberikan dukungan untuk perubahan perilaku.
6. Melakukan kampanye Anti-Bullying di sekolah untuk mempromosikan sikap toleransi, inklusivitas, dan saling menghormati. Membentuk kelompok pendukung bagi siswa yang rentan terhadap bullying untuk memberikan mereka tempat aman dan dukungan.
ADVERTISEMENT
Namun adakalanya bullying tetap terjadi meskipun kita dan pihak sekolah sudah menetapkan regulasi ketat yang mengatur tindak bullying. Lalu apa yang sebaiknya orang tua lakukan ketika anak menjadi korban bullying?
Orang tua berperan penting dalam memberikan dukungan dan solusi melalui langkah-langkah sebagai berikut:
1. Dengar dan validasi perasaan anak, berusaha untuk empati dan berikan perhatian penuh saat anak menceritakan pengalamannya tanpa menginterupsi atau meremehkan perasaannya. Validasi dan hormati perasaan anak. Misalnya, katakan, "Saya mengerti kamu merasa sangat terluka dan marah."
2. Kumpulkan informasi kejadian bullying secara detail mengenai apa yang terjadi, kapan, di mana, dan siapa yang terlibat kemudian catat semua kejadian bullying yang diceritakan anak untuk referensi ke depan.
ADVERTISEMENT
3. Beri dukungan emosional dengan menunjukkan kasih sayang berupa pelukan dan kata-kata yang menenangkan untuk memperlihatkan bahwa anak tidak sendirian. Kemudian bantu anak mengembangkan ketahanan mental dengan cara ajak anak untuk berbicara tentang cara-cara menghadapi situasi sulit dan mengembangkan keterampilan mengatasi masalah.
4. Libatkan sekolah dengan mengkomunikasikan kepada guru dan kepala sekolah sampaikan kejadian bullying kepada pihak sekolah dan minta mereka mengambil tindakan dan diskusikan rencana dan langkah-langkah yang akan diambil oleh sekolah untuk memastikan keamanan anak.
5. Ajarkan anak keterampilan mengelola emosi dengan teknik relaksasi dan cara mengelola stres, seperti pernapasan serta ajarkan anak strategi menghadapi bullying dengan cara membantu anak mempraktikkan cara-cara menghadapi situasi bullying, seperti berjalan menjauh, mencari bantuan, atau berbicara dengan tegas namun tenang.
ADVERTISEMENT
6. Pantau perkembangan anak secara berkala bagaimana perasaan anak dan apakah situasi di sekolah membaik dibarengi dengan terus melakukan komunikasi dengan sekolah. Pastikan sekolah tetap mengambil langkah yang diperlukan dan memberikan laporan perkembangan.
7. Jika diperlukan carilah bantuan dari psikolog atau konselor profesional untuk memberikan dukungan tambahan kepada anak ataupun mengatasi trauma tentang bullying yang pernah dihadapi. Pertimbangkan untuk bergabung dengan kelompok dukungan bagi orang tua dan anak yang mengalami bullying.
8. Ajari anak tentang bullying, mengapa hal itu salah, dan pentingnya melaporkan kejadian tersebut untuk menciptakan lingkungan yang lebih aman dan suportif.
Dengan pendekatan yang penuh kasih sayang, proaktif, dan berkelanjutan, orang tua dapat membantu anak mereka menghadapi dan mengatasi pengalaman bullying, serta memperkuat ketahanan dan kesejahteraan emosional mereka. Bullying adalah tindakan yang tidak dibenarkan dan tidak diharapkan terjadi. Namun kita dapat mengambil banyak pelajaran dari sebuah insiden bullying untuk menjadi pribadi yang lebih kuat dan Tangguh di masa yang akan dating. Semoga lingkungan sekolah anak-anak kita nanti bebas dari praktek bullying.
ADVERTISEMENT
Salam Hangat
Tami, WS