Konten dari Pengguna

Tolak Pendidikan Kolonial di Indonesia, Belajar dari Paulo Freire

Wahyu Sri Utami
Halo, Saya Tami, seorang pembelajar yang saat ini sedang menempuh Pendidikan di Universitas Pamulang, Program Studi Magister Manajemen Pendidikan, Fakultas Pascasarjana.
19 Juni 2024 9:45 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Wahyu Sri Utami tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Potret pembelajaran yang mengusung kebebasan yang bertanggungjawab. Sumber: Dokumen pribadi penulis.
zoom-in-whitePerbesar
Potret pembelajaran yang mengusung kebebasan yang bertanggungjawab. Sumber: Dokumen pribadi penulis.
ADVERTISEMENT
Paulo Reglus Neves Freire adalah seorang filsuf ternama di dunia pendidikan yang lahir pada tanggal 19 September 1921 di Recife, Pernambuco, Brazil. Freire meninggal pada tanggal 2 Mei 1997 di Sao Paulo, Brazil (umur 75). Freire dilahirkan dalam keluarga kelas menengah di Recife, Brazil. Namun ia mengalami langsung kemiskinan dan kelaparan pada masa depresi besar yang terjadi di Brazil pada tahun 1929. Pengalaman hidupnya semasa depresi besar menghantarkannya untuk peduli terhadap pendidikan dan dari gagasan pemikirannya terciptalah sebuah karya tulisan yaitu Pendidikan Kaum Tertindas .
ADVERTISEMENT
Pandangan yang keliru tentang sekolah adalah salah satu yang melatarbelakangi Paulo Freire untuk memikirkan tentang Pendidikan. Pandangan yang keliru tersebut adalah menjadikan sekolah sebagai tempat untuk melatih orang bekerja. Sekolah juga dijadikan sebagai alat untuk menjelaskan status sosial seseorang dalam masyarakat dan kekeliruan terbesar adalah menganggap pendidikan sebagai alat untuk melanggengkan tatanan masyarakat. Freire mengkritik pendidikan kolonial sebagai instrumen penindasan.
Pendidikan pada jaman itu masih mempunyai karakter Pendidikan Gaya Kolonial. Adapun ciri dari Pendidikan Gaya Kolonial antara lain:
ADVERTISEMENT
Lantas apa sebenarnya esensi dari Pendidikan dan sekolah kalau sekolah hanyalah sebagai alat penindasan?
Dari pengalaman dan pemikiran mendalam Paulo Freire tersebut munculah sebuah karya tulis berupa buku dengan judul Pedagogy of the Oppressed atau Pendidikan Kaum Tertindas pada tahun 1970. Dimana dalam karyanya tersebut Paulo Freire menekankan poin-poin penting yaitu:
ADVERTISEMENT
Poin-poin tersebut akan selaras dengan visi misi pendidikan di Indonesia yang tertuang dalam Pembukaan (Preambule) UUD 1945 kemudian dijabarkan dalam batang tubuh pada pasal 28C ayat (1)
Sangat penting bagi seorang pendidik untuk bisa mengimplementasikan praktik pendidikan yaang menjunjung kebebasan disertai dengan tanggungjawab supaya tidak tergelincir dengan gaya pendidikan kolonial di jaman sekarang.
Salam Hangat,
Tami WS