Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Konten dari Pengguna
Bayi Tabung dan Isu Etika
30 Oktober 2024 20:20 WIB
·
waktu baca 7 menitTulisan dari wahyu andrianto tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Bayi tabung atau fertilisasi in vitro (IVF) adalah sebuah terobosan medis yang memungkinkan pasangan yang sulit memiliki anak secara alami untuk bisa memiliki keturunan. Proses ini melibatkan pembuahan sel telur oleh sperma di luar tubuh wanita, kemudian embrio yang terbentuk ditanamkan kembali ke dalam rahim. Bayi tabung adalah sebuah proses di mana sel telur seorang wanita dibuahi oleh sperma di luar tubuh, dalam sebuah laboratorium. Embrio yang terbentuk kemudian ditanamkan kembali ke dalam rahim wanita tersebut.
ADVERTISEMENT
Penelitian mengenai pembuahan di luar tubuh sebenarnya sudah dimulai sejak abad ke-19. Namun, keberhasilan pertama yang tercatat terjadi pada tahun 1978. Pada tanggal 25 Juli 1978, dunia dikejutkan dengan kelahiran Louise Joy Brown di Inggris. Ia menjadi bayi pertama di dunia yang lahir dengan teknik bayi tabung. Kelahirannya yang sangat istimewa ini menandai sebuah tonggak sejarah dalam dunia kedokteran, karena ia merupakan bayi pertama di dunia yang lahir melalui prosedur bayi tabung atau yang secara medis dikenal sebagai fertilisasi in vitro (IVF).
Kelahiran Louise Joy Brown membuktikan bahwa teknologi bayi tabung dapat berhasil dan membuka jalan bagi pasangan infertil untuk memiliki anak. Bagi jutaan pasangan yang kesulitan memiliki anak secara alami, kelahiran Louise Joy Brown memberikan harapan baru. Kelahiran Louise Joy Brown memicu perkembangan pesat dalam bidang teknologi reproduksi, sehingga semakin banyak pasangan yang dapat memanfaatkannya. Robert Edwards dan Patrick Steptoe adalah dokter yang merupakan pionir dalam bidang fertilisasi in vitro. Mereka berhasil melakukan prosedur bayi tabung pada pasangan Lesley dan Peter Brown, yang kemudian melahirkan Louise Joy Brown.
ADVERTISEMENT
Louise Joy Brown tumbuh menjadi seorang wanita yang sehat dan normal. Ia menikah dan memiliki anak-anak sendiri. Hal ini membuktikan bahwa bayi tabung tidak memberikan dampak negatif pada kesehatan dalam jangka panjang. Kelahiran Louise Joy Brown juga memicu berbagai kontroversi dan perdebatan, terutama terkait dengan aspek etika dan moral dari teknologi bayi tabung. Namun, seiring berjalannya waktu, teknologi ini semakin diterima oleh masyarakat dan menjadi pilihan bagi banyak pasangan yang ingin memiliki anak. Kelahiran Louise Joy Brown adalah sebuah peristiwa bersejarah yang mengubah dunia kedokteran dan memberikan harapan bagi jutaan pasangan infertil. Kisahnya menginspirasi banyak orang dan menunjukkan betapa luar biasanya kemajuan ilmu pengetahuan.
Teknologi bayi tabung pertama kali diperkenalkan di Indonesia pada akhir abad ke-20. Beberapa rumah sakit dan klinik spesialis kandungan mulai menawarkan layanan ini. Meskipun demikian, pada awalnya, pengembangan teknologi bayi tabung di Indonesia menghadapi berbagai tantangan, seperti keterbatasan fasilitas, sumber daya manusia, dan regulasi yang belum jelas. Nama bayi tabung pertama di Indonesia adalah Nugroho Karyanto. Ia lahir di Rumah Sakit Anak dan Bersalin Harapan Kita, Jakarta, pada tahun 1987. Nama Nugroho Karyanto ini diberikan langsung oleh Ibu Tien Soeharto. Bayi tabung pertama di Indonesia ini merupakan tonggak sejarah dalam dunia kedokteran reproduksi di tanah air. Keberhasilan program bayi tabung ini memberikan harapan baru bagi pasangan yang mengalami kesulitan memiliki anak secara alami.
ADVERTISEMENT
Klinik yang pertama kali berhasil melakukan program bayi tabung di Indonesia adalah Klinik Melati yang berada di bawah naungan Rumah Sakit Anak dan Bersalin Harapan Kita, Jakarta. Klinik Melati, yang merupakan singkatan dari Melahirkan Anak Tabung Indonesia, menjadi pelopor dalam bidang fertilitas di Indonesia. Salah satu tokoh yang sangat berperan dalam perkembangan bayi tabung di Indonesia adalah Dokter Sudrajat Sumapraja. Beliau dikenal sebagai "Bapak Bayi Tabung Indonesia" karena kontribusinya yang besar dalam memperkenalkan dan mengembangkan teknologi ini di tanah air. Keberhasilan program bayi tabung di Indonesia membuktikan bahwa teknologi ini dapat diterapkan dan berhasil di negara berkembang. Kelahiran Nugroho Karyanto memberikan harapan baru bagi pasangan Indonesia yang mengalami kesulitan memiliki anak. Keberhasilan ini mendorong perkembangan teknologi reproduksi di Indonesia dan membuka peluang bagi lebih banyak pasangan untuk mendapatkan anak.
ADVERTISEMENT
Selain keberhasilan yang telah dicapai, program bayi tabung di Indonesia juga masih menghadapi berbagai tantangan dan isu dalam implementasinya. Salah satu tantangan utama dalam akses terhadap teknologi bayi tabung adalah biaya yang relatif mahal. Secara umum, biaya program bayi tabung di Indonesia berkisar antara Rp 50 juta hingga Rp 150 juta atau bahkan lebih, tergantung pada berbagai faktor, di antaranya adalah tarif klinik, tarif prosedur bayi tabung, jumlah siklus, obat-obatan dan kemungkinan timbulnya komplikasi. Biaya bayi tabung yang cukup tinggi disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: teknologi yang digunakan dalam program bayi tabung sangat canggih dan membutuhkan investasi yang besar; tim medis yang terlibat dalam program bayi tabung terdiri dari dokter spesialis, embriolog, dan perawat yang terlatih; obat-obatan yang digunakan dalam program bayi tabung umumnya merupakan obat-obatan khusus yang harganya cukup mahal. Tantangan dan isu berikutnya terkait dengan bayi tabung adalah mengenai etika. Teknologi bayi tabung memunculkan berbagai pertanyaan etika, seperti seleksi gender, bayi desain, dan hak-hak anak hasil bayi tabung. Selain itu, akses pelayanan kesehatan dan pelayanan medis yang tidak merata juga menjadi kendala dalam penyelenggaraan program bayi tabung. Ketersediaan layanan bayi tabung masih belum merata di seluruh wilayah Indonesia.
ADVERTISEMENT
Bayi tabung telah menjadi bagian penting dari layanan kesehatan reproduksi di Indonesia. Meskipun masih ada banyak tantangan yang harus diatasi, teknologi ini terus berkembang dan memberikan harapan bagi pasangan yang mengalami kesulitan memiliki anak secara alami. Kontribusi bayi tabung di Indonesia, di antaranya adalah untuk: meningkatkan angka kelahiran, mengembangkan ilmu pengetahuan, dan meningkatkan kualitas hidup. Teknologi bayi tabung telah membantu banyak pasangan Indonesia untuk memiliki anak, sehingga berkontribusi pada peningkatan angka kelahiran. Bayi tabung juga mendorong pengembangan ilmu pengetahuan. Perkembangan teknologi bayi tabung di Indonesia mendorong penelitian di bidang reproduksi manusia dan membuka peluang untuk pengembangan teknologi medis lainnya. Bagi banyak pasangan, kelahiran anak melalui program bayi tabung memberikan kebahagiaan dan meningkatkan kualitas hidup mereka.
ADVERTISEMENT
Pada dasarnya, proses bayi tabung terdiri dari 5 (lima) tahap yaitu: stimulasi ovulasi, pengambilan sel telur, pengambilan sperma, pembuahan, dan transfer embrio. Pada tahap stimulasi ovulasi, seorang wanita akan diberikan obat-obatan untuk merangsang indung telur agar menghasilkan beberapa sel telur sekaligus. Proses ini dimonitor secara ketat melalui pemeriksaan ultrasound dan tes darah. Pengambilan sel telur dilakukan dengan menggunakan jarum tipis yang dilengkapi dengan alat penghisap. Sel telur akan diambil dari indung telur melalui vagina. Prosedur ini dilakukan dengan bantuan ultrasound. Dalam pengambilan sperma, seorang pria akan diminta untuk menghasilkan sampel sperma. Sperma yang berkualitas baik akan dipilih untuk pembuahan. Melalui proses pembuahan, sel telur dan sperma akan digabungkan dalam sebuah wadah khusus di laboratorium. Proses ini disebut fertilisasi in vitro. Embrio yang terbentuk akan dibiarkan tumbuh selama beberapa hari. Embrio yang telah berkembang akan ditransfer ke dalam rahim wanita menggunakan sebuah kateter tipis. Prosedur ini biasanya dilakukan dengan bantuan ultrasound. Setelah transfer embrio, wanita akan diminta untuk beristirahat dan menunggu hasil. Tes kehamilan akan dilakukan beberapa minggu kemudian untuk mengetahui apakah proses implantasi berhasil. Semakin muda usia wanita, semakin tinggi peluang keberhasilan. Demikian juga dengan kualitas sel telur dan sperma. Semakin baik kualitas sel telur dan sperma, semakin tinggi peluang keberhasilan proses bayi tabung.
ADVERTISEMENT
Beberapa isu etika muncul dalam proses bayi tabung. Kemungkinan memilih jenis kelamin atau seleksi gender bayi melalui teknologi bayi tabung, memunculkan pertanyaan tentang diskriminasi gender dan nilai-nilai kemanusiaan. Demikian juga dengan pengembangan teknologi genetik yang memungkinkan untuk melakukan seleksi embrio berdasarkan sifat-sifat tertentu, seperti kecerdasan atau fisik. Hal ini menimbulkan kekhawatiran akan penciptaan "manusia super" dan implikasi sosialnya. Di beberapa tempat, muncul praktik sewa rahim, yaitu menyewa rahim wanita lain untuk mengandung embrio pasangan lain. Hal ini menimbulkan beberapa pertanyaan terkait dengan etika, seperti eksploitasi perempuan, komodifikasi reproduksi, dan hak-hak anak yang dilahirkan. Selain sewa rahim, muncul juga donor sperma dan sel telur. Penggunaan donor sperma dan sel telur ini menimbulkan pertanyaan terkait dengan etika mengenai anonimitas donor, hak anak untuk mengetahui identitas biologisnya, dan potensi risiko kesehatan genetik.
ADVERTISEMENT
Untuk mengatasi isu etika yang kompleks ini, diperlukan pendekatan yang komprehensif yang melibatkan berbagai pihak, seperti para ahli, Pemerintah, dan masyarakat. Dokter, ahli bioetika, ahli hukum, dan sosiolog perlu bekerja sama untuk memahami implikasi dari teknologi bayi tabung sehingga dapat menyikapi serta memberikan solusi atas isu etika terkait dengan bayi tabung. Pemerintah perlu membuat regulasi yang jelas dan komprehensif untuk mengatur praktik bayi tabung, melindungi hak-hak pasien, dan memastikan keselamatan serta kesejahteraan anak yang lahir melalui teknologi ini. Dari sisi masyarakat, perlu diselenggarakan diskusi publik untuk membentuk konsensus mengenai nilai-nilai yang mendasari penggunaan teknologi bayi tabung.
Bayi tabung adalah teknologi canggih dan membawa harapan besar bagi banyak pasangan. Namun, teknologi ini juga memunculkan sejumlah pertanyaan etika yang kompleks. Untuk memastikan bahwa teknologi ini digunakan secara bertanggung jawab dan bermanfaat, diperlukan dialog secara terus-menerus antara berbagai pihak yang berkepentingan.
ADVERTISEMENT