news-card-video
19 Ramadhan 1446 HRabu, 19 Maret 2025
Jakarta
chevron-down
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna

Frugal Living sebagai Hak atas Kesehatan Mental

wahyu andrianto
Konsultan Hukum Kesehatan, Anggota Aktif WAML, Counsel Beberapa Lawfirm, Wakil Ketua Umum Masyarakat Hukum Kesehatan Indonesia.
16 Maret 2025 13:37 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari wahyu andrianto tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sebuah artikel dari Databoks Katadata (Oktober 2022) menyebutkan bahwa 59% masyarakat Indonesia mengidentifikasi masalah keuangan sebagai faktor pemicu masalah kesehatan mental mereka. Hal ini menjadikannya pemicu tertinggi dibandingkan faktor lain seperti kesepian (46%) dan beban pekerjaan (37%). Kompas.id (Oktober 2021) melaporkan bahwa tekanan ekonomi akibat pandemi telah membuat banyak orang kehilangan sumber pendapatan, yang memicu masalah kesehatan jiwa seperti kecemasan (65%), depresi (62%), dan trauma (75%). Kompas.id (Agustus 2024) menyoroti bahwa dari berbagai jenis layanan kredit di Indonesia, pinjaman online (pinjol) menjadi jenis kredit yang paling banyak menyebabkan stres di masyarakat. Artikel yang sama juga menyebutkan, mengacu pada data Susenas, bahwa 28,5% warga mengalami gangguan mental level rendah yang dikaitkan dengan masalah keuangan, termasuk tagihan pinjaman daring. Gangguan mental yang dimaksud merujuk pada masyarakat yang menyatakan dirinya mengalami gangguan emosional/perilaku.
ADVERTISEMENT
Statistik global menunjukkan korelasi yang kuat antara masalah keuangan dan kesehatan mental. Your Money Line (Agustus 2023) melaporkan bahwa 46% orang yang memiliki utang juga memiliki diagnosis masalah kesehatan mental. Lebih lanjut, 86% orang dengan masalah kesehatan mental dan utang mengatakan bahwa utang mereka memperburuk masalah kesehatan mental yang sudah ada.
Di masyarakat modern, tekanan ekonomi menjadi isu yang semakin signifikan dan memiliki dampak yang mendalam terhadap kesehatan mental. Tekanan ekonomi merupakan kondisi di mana individu atau rumah tangga merasa kesulitan untuk memenuhi kebutuhan finansial dasar mereka, seperti makanan, tempat tinggal, perawatan kesehatan, dan pendidikan. Kekhawatiran terus-menerus tentang uang, membayar tagihan, dan mencukupi kebutuhan dapat menyebabkan tingkat stres dan kecemasan yang tinggi. Perasaan putus asa, tidak berdaya, dan kehilangan harapan akibat masalah keuangan dapat memicu atau memperburuk depresi. Stres finansial seringkali mengganggu pola tidur, menyebabkan insomnia atau tidur yang tidak nyenyak. Tekanan ekonomi dapat menyebabkan konflik dan ketegangan dalam hubungan keluarga dan perkawinan. Masalah keuangan seringkali menjadi sumber utama pertengkaran.
ADVERTISEMENT
Frugal living adalah sebuah filosofi dan gaya hidup yang berfokus pada pengelolaan sumber daya secara bijaksana dan efisien untuk mencapai tujuan hidup yang lebih bermakna. Lebih dari sekadar berhemat atau mengurangi pengeluaran, frugal living melibatkan kesadaran penuh dalam setiap keputusan finansial dan penggunaan sumber daya, dengan tujuan untuk memaksimalkan nilai yang diperoleh dari setiap upaya. Frugal living Melibatkan pembuatan anggaran yang jelas, pelacakan pengeluaran, dan evaluasi apakah setiap pembelian benar-benar dibutuhkan serta memberikan nilai yang sepadan. Keputusan pembelian didasarkan pada kebutuhan dan prioritas, bukan impuls atau tekanan sosial. Individu yang menerapkan frugal living cenderung lebih menghargai pengalaman, hubungan, dan pertumbuhan pribadi daripada sekadar mengumpulkan barang-barang material yang berlebihan.
Frugal living sejalan dengan prinsip-prinsip keberlanjutan lingkungan. Dengan mengurangi konsumsi yang berlebihan, individu secara tidak langsung mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan. Hal ini bisa tercermin dalam tindakan seperti memilih produk yang tahan lama, memperbaiki barang yang rusak daripada membeli baru, mengurangi penggunaan plastik, mendukung produk lokal dan etis, serta menghemat energi dan air.
ADVERTISEMENT
Masalah keuangan tidak hanya berdampak dan meresap ke dalam pikiran serta emosi, memicu serangkaian respons psikologis yang negatif. Ketika individu menghadapi kesulitan finansial, otak mereka seringkali memproses situasi ini sebagai ancaman terhadap kebutuhan dasar seperti makanan, tempat tinggal, dan keamanan. Persepsi ini memicu respons stres, yang melibatkan pelepasan hormon seperti kortisol dan adrenalin. Jika tekanan keuangan berlanjut tanpa ada solusi yang jelas, individu dapat merasa tidak berdaya dan kehilangan kendali atas hidup mereka. Kekhawatiran terus-menerus tentang uang dan bagaimana cara memenuhi kebutuhan dapat membebani kapasitas kognitif seseorang. Pikiran menjadi terfokus pada masalah finansial, mengganggu kemampuan untuk berkonsentrasi pada tugas lain, membuat keputusan yang rasional, atau menikmati aktivitas sehari-hari. Beban kognitif yang berlebihan ini dapat menyebabkan kelelahan mental dan penurunan kinerja.
ADVERTISEMENT
Beban utang, terutama utang yang menumpuk dengan bunga tinggi, dapat menjadi sumber tekanan psikologis yang besar. Individu merasa terperangkap dan terus-menerus dikejar oleh kewajiban pembayaran. Rasa malu, bersalah, dan putus asa seringkali menyertai beban utang yang berlebihan. Bahkan, penelitian menunjukkan adanya korelasi antara tingkat utang yang tinggi dengan peningkatan risiko depresi dan bunuh diri. Di era media sosial, individu terus-menerus terpapar dengan gaya hidup orang lain yang tampak lebih mewah dan sukses secara finansial. Perbandingan sosial ini dapat memicu perasaan iri hati, rendah diri, dan tidak puas dengan kondisi keuangan sendiri. Tekanan untuk "tampil" sukses secara finansial dapat memperburuk stres dan kecemasan, bahkan jika kondisi keuangan sebenarnya masih tercukupi.
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2023 tentang Kesehatan, dalam beberapa ketentuannya mengatur mengenai kesehatan mental dan upaya untuk mewujudkannya. Pasal 4 UU Kesehatan menegaskan bahwa setiap orang memiliki hak atas kesehatan, yang meliputi kesehatan mental. Pasal 13 Ayat (2) UU Kesehatan menyatakan bahwa upaya kesehatan yang komprehensif dan terintegrasi mencakup berbagai aspek, termasuk kesehatan jiwa (istilah lain untuk kesehatan mental). Pasal 158 UU Kesehatan secara khusus mengatur tentang kesehatan jiwa dengan berbagai ketentuan mengenai hak pasien, tujuan pelayanan, tanggung jawab pemerintah, upaya pencegahan, pengobatan, rehabilitasi, dan perlindungan hak ODGJ.
ADVERTISEMENT
Negara dan masyarakat memiliki peran penting dalam mendukung frugal living sebagai bagian dari upaya promosi kesehatan mental. Negara memiliki tanggung jawab untuk menyediakan edukasi dan meningkatkan literasi keuangan masyarakat. Hal ini termasuk mengajarkan prinsip-prinsip pengelolaan keuangan yang sehat, manfaat menabung, dan pemahaman tentang frugal living sebagai pilihan gaya hidup yang positif. Program-program edukasi ini dapat diintegrasikan ke dalam kurikulum pendidikan formal maupun melalui kampanye publik. Negara dapat mengeluarkan kebijakan yang mendukung konsumsi yang lebih bijak dan berkelanjutan.
Negara dapat menyediakan atau mendukung layanan konseling keuangan yang terjangkau bagi masyarakat. Layanan ini dapat membantu individu dan keluarga dalam menyusun anggaran, mengelola utang, dan mengadopsi praktik frugal living yang sesuai dengan kondisi mereka. Negara dapat mempromosikan gaya hidup berkelanjutan yang secara alami sejalan dengan prinsip frugal living, seperti penggunaan transportasi publik, bersepeda, berkebun di rumah, dan mengurangi sampah. Kampanye-kampanye ini dapat menyoroti manfaat ganda, yaitu baik untuk lingkungan maupun untuk kesehatan mental (melalui pengurangan stres dan peningkatan rasa memiliki terhadap lingkungan).
ADVERTISEMENT
Masyarakat dapat membangun norma sosial yang tidak terlalu menekankan pada konsumerisme berlebihan dan lebih menghargai gaya hidup sederhana serta bijaksana. Hal ini dapat dimulai dari lingkungan keluarga, teman, dan komunitas. Masyarakat dapat memberikan dukungan kepada bisnis dan organisasi yang mengedepankan praktik berkelanjutan, etis, dan tidak mendorong konsumsi berlebihan.
Frugal living bukan sekadar gaya hidup hemat, melainkan sebuah pendekatan proaktif yang berkontribusi signifikan terhadap kesehatan mental. Dengan mengurangi tekanan finansial dan mendorong kesadaran dalam pengelolaan sumber daya, frugal living sejalan dengan semangat Undang-Undang Kesehatan yang menjamin hak setiap warga negara atas kesehatan, termasuk kesehatan mental.
Sumber foto: https://pixabay.com/id/photos/koin-kalkulator-anggaran-1015125/