Konten dari Pengguna

Membangun Asa dalam World Cerebral Palsy Day

wahyu andrianto
Aktivitas: Anggota Aktif World Association for Medical Law, Dosen Tetap FHUI, Konsultan Hukum Kesehatan
9 Oktober 2024 16:09 WIB
·
waktu baca 9 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari wahyu andrianto tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
World Cerebral Palsy Day atau Hari Cerebral Palsy Sedunia diperingati setiap tanggal 6 Oktober. Hari peringatan ini ditujukan untuk semua anak yang menderita cerebral palsy. Tahun 2024 ini, tema Hari Cerebral Palsy Sedunia adalah “Uniquely CP.” Tema ini merayakan keunikan dan semangat para penyandang Cerebral Palsy (CP), dengan menonjolkan individualitas dan pengalaman unik mereka. World Cerebral Palsy Day merupakan inisiatif global yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran tentang Cerebral Palsy (CP) dan mengadvokasi hak-hak mereka yang terdampak oleh kondisi tersebut.
ADVERTISEMENT
Cerebral Palsy (CP) merupakan kelainan atau kerusakan pada otak yang bersifat non-progresif, terjadi pada saat proses tumbuh kembang anak yang mana kelainan atau kerusakan tersebut dapat terjadi pada saat di dalam kandungan (prenatal), selama proses melahirkan (perinatal), atau setelah proses kelahiram (postnatal). Cerebral Palsy (CP) disebut sebagai salah satu dari 3 (tiga) kelainan yang paling umum dalam menyebabkan cacat seumur hidup, selain autisme dan retardasi mental. Adanya kerusakan atau cedera pada otak mengakibatkan gangguan pada perkembangan gerak maupun postur tubuh sehingga dapat pula menghambat pergerakan aktivitas seorang anak. Cedera otak secara sederhana dapat diartikan sebagai keadaan dimana terdapat kerusakan pada jaringan otak, namun bila dikaji secara lebih mendalam dari sudut faktor penyebab, maka makna di dalam kata cedera otak akan mengandung banyak aspek yang cukup luas.
ADVERTISEMENT
Cerebral Palsy (CP) dapat menimbulkan penyebab gangguan sikap (postur), kontrol gerak, gangguan kekuatan otot yang biasanya disertai gangguan neurologis berupa kelumpuhan, spastik, gangguan basal ganglia, cerebellum, dan kelainan mental. Anak dengan Cerebral Palsy (CP) pada dasarnya memiliki kualitas hidup yang lebih rendah jika dibandingkan dengan anak yang tidak memiliki riwayat Cerebral Palsy (CP). Menurut Brunner dan Suddarth, kata cerebral merupakan otak, sedangkan palsy adalah kelumpuhan, kelemahan, atau kurangnya pengendalian otot dalam setiap pergerakan atau bahkan tidak dapat terkontrol. Gangguan motorik yang dapat terjadi pada penderita Cerebral Palsy (CP) sering disertai dengan gangguan sensasi, persepsi, kognitif, komunikasi, dan perilaku. Gangguan motorik tersebut disebabkan oleh kerusakan yang tidak progresif pada perkembangan otak. Umumnya, Cerebral Palsy (CP) akan menunjukkan beberapa macam gangguan klinis dari kerusakan korteks serebral atau kerusakan subkortikal yang terjadi selama awal tahun kehidupan.
ADVERTISEMENT
Pada tahun 1853 seorang ahli bedah ortopedi asal Inggris, William John Little, dikenal sebagai orang pertama yang mempelajari Cerebral Palsy (CP) dan mendefinisikan penyakit tersebut. Saat itu, Little menemukan anggota tubuh bayi yang baru lahir mengalami kekakuan yang kemudian disebut sebagai Cerebral Palsy (CP). Little menggambarkan penyakit tersebut sebagai spastic diplegia. Sepanjang masa kanak-kanaknya, Little menderita beberapa penyakit yang kemudian menginspirasinya untuk mengubah penyakit tersebut menjadi penelitian studinya dengan tujuan untuk memahami lebih lanjut terkait penyakit yang dideritanya dan membantu anak-anak lain yang turut mengalami penyakit serupa dengan Little.
Obstetrical Society Of London menjadi tempat Little menyampaikan presentasi mengenai definisi serta konsep dari Cerebral Palsy (CP) pada pertama kali di tahun 1861. Little mengemukakan bahwa kelumpuhan otak dapat disebabkan oleh kurangnya oksigen serta cedera pada otak. Little juga menambahkan bahwa anak-anak dengan Cerebral Palsy (CP) memiliki luka pada sistem saraf yang dapat mengakibatkan spastisitas atau otot kaku. Menurut Little, penyebab spastisitas dan kelumpuhan seringkali disebabkan oleh kerusakan otak selama masa bayi, terlebih khususnya pada bayi dengan kelahiran prematur dan perinatal asphyxia atau kekurangan oksigen yang terjadi pada sebelum persalinan, selama persalinan, dan setelah proses persalinan. WHO (World Health Organization) mendefinisikan perinatal asphyxia sebagai kegagalan dalam pengaturan pernapasan saat lahir. Cerebral Palsy (CP) yang ditemukan oleh Little saat itu dikenal sebagai Little’s Disease atau cerebral palaysis.
ADVERTISEMENT
Centers for Disease Control and Prevention, mengklasifikasikan Cerebral Palsy (CP) menjadi beberapa macam tipe: a. Spastic Cerebral Palsy (Cerebral Palsy (CP) jenis spastic merupakan Cerebral Palsy (CP) terbanyak serta paling umum dialami anak. Spastic Cerebral Palsy (CP) ditandai dengan otot dan pergerakan yang terlihat kaku dan disertai dengan tremor hemiparesis. Hemiparesis adalah kondisi pada saat salah satu sisi tubuh, mulai dari kepala sampai dengan kaki, mengalami kelemahan sehingga sulit untuk digerakkan); b. Dyskinetic Cerebral Palsy (Dyskinetic Cerebral Palsy (CP) merupakan tipe Cerebral Palsy (CP) kedua terbanyak setelah spastic Cerebral Palsy (CP) dan merupakan tipe Cerebral Palsy (CP) terbanyak pada anak. Gangguan gerakan yang utama serta sering timbul secara bersamaan pada tipe ini adalah distonia dan koreoathetosis. Gangguan distonia adalah gambaran klinis yang terdiri dari gerakan yang berulang-ulang dan berpola seperti memutar anggota tubuh. Sementara koreoathetosis adalah gambaran klinis berupa gerakan involunter serta gabungan dari gerakan chorea dan athetosis. Gerakan chorea melibatkan kontraksi otot secara tidak teratur dan cepat, termasuk otot-otot pada wajah, ekstremitas proksimal serta jari kaki dan jari tangan. Sedangkan athetosis terlihat seperti gerakan menggeliat. Gerakan-gerakan tersebut dapat disebabkan oleh emosi, stres, dan penyakit komorbid atau penyakit penyerta); c. Ataxic Cerebral Palsy (Ataxic Cerebral Palsy (CP) merupakan jenis Cerebral Palsy (CP) yang langka. Ataxic Cerebral Palsy (CP) mempengaruhi kemampuan dalam mempersepsikan kedalaman jarak (depth perception) dan keseimbangan tubuh); d. Mixed Type of Cerebral Palsy, menggabungkan 2 (dua) atau lebih masalah pada gerakan, termasuk: 1) Hyperkinetik, yaitu gerakan volunteer dan involunter secara berlebihan; 2) Hypokinetic, yaitu gerakan menjadi lambat; 3) Dyskinetic; yaitu ketidakmampuan dalam mengendalikan gerakan; 4) Dystonia, yaitu gerakan involunter dan postur yang abnormal; 5) Spastic, yaitu peningkata ketegangan otot, kaku, dan gerakan yang terlihat canggung; dan 6) Non-spastic, yaitu penurunan tonus otot.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan derajat keparahannya, Cerebral Palsy (CP), dapat dibagi ke dalam 3 (tiga) bagian, yaitu: a. Cerebral palsy ringan (10%), yaitu anak masih dapat melakukan pekerjaan atau aktivitas sehari-hari yang mana hanya membutuhkan sedikit bantuan khusus dari orang lain; b. Cerebral palsy sedang (30%), yaitu anak memiliki keterbatasan dalam melakukan aktivitas sehingga membutuhkan beberapa bentuk bantuan, seperti fisioterapi, alat brace, dan lainnya; c. Cerebral palsy berat (60%), yaitu anak sama sekali tidak dapat melakukan aktivitas fisik. Bentuk bantuan seperti terapi fisioterapi sedikit sekali menunjukkan kegunaannya pada anak dengan cerebral palsy tingkat berat.
Eva Bower menyatakan bahwa terdapat beberapa faktor yang menyebabkan seorang anak mengalami Cerebral Palsy (CP). Ada pada 3 (tiga) fase waktu yang paling berisiko, yaitu sebagai berikut: Sebelum Lahir (prenatal), Saat Lahir (perinatal), Sesudah Lahir (postnatal).
ADVERTISEMENT
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan Cerebral Palsy (CP) pada masa prenatal adalah sebagai berikut: a. Ibu terkena infeksi (Infeksi virus rubella dan cytomegalovirus pada ibu meningkatkan risiko hambatan perkembangan pada otak bayi di minggu 12 sampai dengan 20); b. Perilaku Ibu (Apabila dalam kehidupannya sehari-hari ibu mengonsumsi obat-obatan, merokok, meminum minuman keras, ataupun mengalami depresi serta memiliki tekanan darah tinggi, hal tersebut dapat merusak janin baik fisik maupun mental); c. Masalah gizi (Ibu hamil merupakan golongan yang termasuk rawan terhadap masalah gizi, sehingga harus memperhatikan status gizinya karena status gizi ibu sebelum dan selama hamil dapat mempengaruhi pertumbuhan janin yang tengah dikandung).
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan Cerebral Palsy (CP) pada masa perinatal adalah sebagai berikut: a. Kekurangan oksigen dan pendarahan otak pada bayi (Gawat janin adalah kondisi yang menandakan bahwa janin kekurangan oksigen selama kehamilan atau pada saat persalinan. Adapun yang perlu mendapatkan perhatian dalam hal ini adalah denyut jantung janin, mekonium (feses pertama bayi) dalam air ketuban, dan pemeriksaan darah janin); b. Prematuritas (Bayi yang lahir secara prematur memiliki kemungkinan menderita pendarahan otak yang lebih banyak daripada bayi cukup bulan, hal ini dikarenakan pembuluh darah, enzim, faktor pembekuan darah dan lainnya pada bayi yang terlahir secara prematur masih belum terbentuk dengan sempurna); c. Ikterus atau penyakit kuning (Ikterus neonatus atau penyakit kuning merupakan kondisi umum pada bayi baru lahir yang mengacu pada warna kulit dan bagian putih mata disebabkan oleh terlalu banyaknya bilirubin dalam darah); d. Meningitis purulenta (Meningitis adalah peradangan pada meninges, yaitu lapisan atau membran tipis yang berfungsi untuk melindungi dan menutupi otak dan sumsum tulang belakang. Pada kebanyakan kasus, meningitis disebabkan oleh bakteri maupun virus, serta pada penyakit-penyakit tertentu).
ADVERTISEMENT
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan Cerebral Palsy (CP) pada masa postnatal adalah sebagai berikut: a. Infeksi selaput otak (Pada dasarnya anak sangat rentan dengan penyakit, seperti terkena penyakit tenginggitis dan ensefalitis yang dapat dialami pada tahun pertamanya. Penyakit tersebut dapat menyerang selaput otak anak yang mana akan menimbulkan gangguan pada perkembangan otaknya); b. Kejang demam (Salah satu penyakit yang dapat timbul pada anak akibat kejang adalah Cerebral Palsy (CP). Selain Cerebral Palsy (CP), anak turut pula dapat mengalami development delay (keterlambatan pertumbuhan) yang meliputi motoric delay, speech delay (keterlambatan bicara), dan cognitive delay (keterlambatan kognitif). Kemungkinan lain terjadinya kelumpuhan, epilepsi, kelainan perilaku, dan keterlambatan mental juga dapat dialami oleh anak yang terkena kejang). c. Trauma kepala (Trauma kepala yang berujung kepada cedera otak adalah salah satu bentuk cedera otak non-degeneratif yang disebabkan oleh benturan, pukulan, ataupun hentakan mendadak pada kepala atau suatu luka tembus di kepala yang dapat mengganggu fungsi otak normal).
ADVERTISEMENT
Tatalaksana atau Terapi Cerebral Palsy (CP) adalah sebagai berikut: a. Fisioterapi (Terapi dasar dalam cerebral palsy yang dapat dilakukan anak adalah fisioterapi. Fisioterapi mulai dapat berikan pada anak di usia pertama kehidupan setelah menegakkan diagnosis. Semakin cepat dilakukan fisioterapi pada anak di tahap dini, maka akan lebih baik pula hasil dari terapi tersebut); b. Medikamentosa (Medikamentosa, yaitu pengobatan dengan pemberian obat pada pasien. Pemberian obat dapat berupa menggunakan pil, tablet, kapsul, sirup, atau secara injeksi melalui suntikan maupun infus. Pada umumnya, pemberian obat-obatan seperti diazepam, baclofen, dantrolene, dan tizanidine digunakan pada terapi lini pertama untuk mengobati kekakuan dan otot yang overaktif); c. Bedah Ortopedi (Pembedahan ortopedi seringkali menjadi rekomendasi ketika otot anak mengalami kekakuan serta abnormalitas bentuk yang cukup parah sehingga membuatnya kesulitan berjalan dan bergerak, bahkan sampai dengan menimbulkan rasa nyeri. Tujuan dilakukannya bedah ortopedi adalah untuk memperbaiki fungsi, penampilan, serta perubahan bentuk pada kaki); d. Terapi Okupasi (Terapi okupasi berfokus pada mengoptimalkan fungsi tubuh bagian atas, memperbaiki postur tubuh dan memaksimalkan pergerakan anak. Terapi okupasi dapat dilakukan pada saat anak memasuki usia 2 (dua) tahun. Melalui terapi okupasi, anak dibantu dalam melakukan aktivitas dasar sehari-hari, seperti makan, berpakaian, dan mandi secara mandiri); e. Ortotik (Perangkat ortotik seperti braces dan splints menggunakan kekuatan eksternal untuk memperbaiki kelainan otot. Penggunaan bracing pada penderita Cerebral Palsy (CP) bertujuan untuk mengurangi beban aksial, menjaga stabilitas, memperbaiki postur tubuh, pencegahan dan koreksi deformitas serta memposisikan anggota gerak dalam fungsi yang lebih fungsional); f. Terapi Wicara (Terapi wicara bertujuan untuk memaksimalkan kemampuan komunikasi anak, baik dalam hal bicara ataupun gestur, sehingga anak mampu melakukan komunikasi dengan orang lain secara mandiri).
ADVERTISEMENT
Terkait dengan penanganan Cerebral Palsy (CP), penulis menyarankan agar Pemerintah dapat menyediakan pengobatan atau terapi yang pembiayaannya dapat diakses oleh penderita Cerebral Palsy (CP). Pemerintah menyediakan palliative home care terhadap pasien Cerebral Palsy (CP) dalam stadium terminal yang pengobatannya tidak lagi menghasilkan kesembuhan agar pasien Cerebral Palsy (CP) dapat hidup secara mandiri dan tidak bergantung sepenuhnya kepada orang tua atau perawat.
Sumber foto: https://pixabay.com/id/photos/otak-tangan-abu-abu-abu-abu-otak-4961452/