Konten dari Pengguna

Mengurai Tantangan dan Permasalahan dalam Penanganan Diabetes di Indonesia

wahyu andrianto
Aktivitas: Anggota Aktif World Association for Medical Law, Dosen Tetap FHUI, Konsultan Hukum Kesehatan
18 November 2024 10:30 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari wahyu andrianto tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Beberapa hari yang lalu, tepatnya pada tanggal 14 November 2024, kita memperingati Hari Diabetes Sedunia. Tema Hari Diabetes Sedunia Tahun 2024 adalah "Diabetes dan Kesejahteraan" atau "Diabetes and Well-Being". Hal utama yang ingin disampaikan dari tema ini adalah diabetes tidak hanya memengaruhi kesehatan fisik seseorang, tetapi juga memberikan dampak yang signifikan terhadap kualitas hidup secara keseluruhan, termasuk kesejahteraan mental dan emosional. Banyak penderita diabetes mengalami kecemasan, depresi, atau gangguan mental lainnya akibat penyakit mereka. Diabetes dapat membatasi aktivitas sehari-hari, pekerjaan, dan hubungan sosial. Oleh karena itu, hidup dengan diabetes merupakan tantangan besar dan memengaruhi kesejahteraan seseorang. Oleh karena itu, dukungan bagi penderita diabetes adalah sesuatu hal yang mutlak sifatnya. Dukungan ini tidak hanya berupa perawatan medis, tetapi juga mencakup dukungan psikologis, sosial, dan emosional.
ADVERTISEMENT
Peringatan Hari Diabetes Sedunia dilakukan setiap tanggal 14 November. Hal ini untuk memperingati penemuan insulin oleh Frederick Banting dan Charles Best pada tanggal 14 November 1922. Penemuan insulin ini menjadi tonggak sejarah dalam pengobatan diabetes dan memberikan harapan baru bagi penderita diabetes di seluruh dunia. Insulin merupakan hormon penting dalam mengontrol kadar gula darah pada penderita diabetes.
Sebelum ditemukannya insulin, diabetes dikategorikan sebagai penyakit yang mematikan. Penderita diabetes tipe 1, misalnya, tidak dapat memproduksi insulin secara alami. Tanpa insulin, tubuh tidak dapat mengubah gula dalam darah menjadi energi, sehingga kadar gula darah menjadi tinggi dan menyebabkan berbagai komplikasi, bahkan kematian. Pada tahun 1921, seorang dokter muda Kanada bernama Frederick Banting, bersama dengan mahasiswa pascasarjana bernama Charles Best, mulai melakukan eksperimen di Universitas Toronto. Dengan dukungan dari ahli fisiologi John Macleod, Banting dan Best melakukan percobaan pada anjing. Mereka berhasil mengisolasi zat tersebut dari pankreas anjing dan menyuntikkannya pada anjing yang menderita diabetes. Hasilnya, kadar gula darah anjing itu menurun secara drastis dan kondisi kesehatannya membaik. Zat ini kemudian diberi nama insulin. Penemuan insulin merupakan tonggak sejarah dalam pengobatan diabetes. Untuk pertama kalinya, penderita diabetes memiliki harapan hidup lebih lama dan memiliki kualitas hidup yang lebih baik. Penemuan insulin ini membawa Banting dan Macleod meraih penghargaan Nobel pada tahun 1923. Meskipun Best berperan besar dalam penemuan ini, tetapi ia tidak termasuk dalam penerima penghargaan. Namun, kontribusinya tetap diakui dan dihormati oleh komunitas medis. Penemuan insulin memicu perkembangan riset di bidang endokrinologi dan metabolisme. Berkat penemuan ini, para ilmuwan mengembangkan berbagai terapi baru untuk mengelola diabetes, seperti obat-obatan oral, pompa insulin, dan sel pankreas buatan.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan data World Health Organization (WHO), diabetes dibagi menjadi Diabetes Melitus Tipe 1, Diabetes Melitus Tipe 2, Diabetes Gestasional, dan Diabetes tipe lainnya. Diabetes Melitus Tipe 1 disebabkan oleh kerusakan sel penghasil insulin di pankreas sehingga tubuh tidak dapat memproduksi insulin. Diabetes ini umumnya terjadi pada anak-anak atau remaja, dan dipengaruhi oleh faktor genetik. Gejala dari Diabetes Melitus Tipe 1 adalah sering haus, sering buang air kecil, penurunan berat badan drastis, lelah, dan mudah lapar. Dalam pengobatannya, penderita Diabetes Melitus Tipe 1 harus mengonsumsi insulin seumur hidup melalui suntikan atau pompa insulin. Diabetes Melitus Tipe 2 disebabkan karena tubuh tidak dapat menggunakan insulin secara efektif (terjadi resistensi insulin dalam) atau pankreas tidak menghasilkan insulin yang cukup. Diabetes ini disebabkan karena obesitas, kurang aktivitas fisik, riwayat keluarga diabetes (faktor keturunan), dan usia lanjut. Seringkali, Diabetes Melitus Tipe 2 tidak menunjukkan gejala yang khusus pada tahap awal, tetapi gejala yang umum adalah sering haus, sering buang air kecil, lelah, dan luka yang sulit sembuh. Diabetes Melitus Tipe 2 dapat dikendalikan dengan perubahan gaya hidup (pola makan sehat, olahraga teratur), obat-obatan oral, dan/atau insulin. Diabetes Melitus Tipe 2 inilah yang paling banyak diderita oleh masyarakat Indonesia. Diabetes Gestasional terjadi selama kehamilan, biasanya pada trimester kedua atau ketiga. Diabetes Gestasional disebabkan karena obesitas, riwayat keluarga diabetes, usia ibu tergolong tua pada saat hamil. Seringkali Diabetes Gestasional dapat menyebabkan komplikasi bagi ibu hamil dan bayi jika tidak terkontrol. Diabetes Gestasional dapat dikendalikan dengan diet dan olahraga, tetapi dalam beberapa kasus memerlukan insulin. Diabetes tipe lainnya merupakan kelompok diabetes yang tidak termasuk dalam tipe 1, 2, atau gestasional, yang disebabkan oleh mutasi pada gen tunggal.
ADVERTISEMENT
Jumlah penderita diabetes di Indonesia terus meningkat dan menjadi salah satu masalah kesehatan yang serius. Berdasarkan data dari International Diabetes Federation (IDF) pada tahun 2021, Indonesia menempati peringkat kelima negara dengan jumlah penderita diabetes terbanyak di dunia, yaitu sekitar 19,5 juta orang. Angka ini diperkirakan akan terus meningkat menjadi 28,6 juta pada tahun 2045. Peningkatan ini disebabkan oleh berbagai faktor, seperti perubahan gaya hidup yang tidak sehat, urbanisasi, dan faktor genetik.
Pemerintah Republik Indonesia telah menerbitkan beberapa Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia yang berhubungan dengan penanganan diabetes. Peraturan tersebut pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dan pelayanan medis bagi penderita diabetes, meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap diabetes, serta mendorong upaya pencegahan dan pengendalian diabetes. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2015 Tentang Penanggulangan Penyakit Tidak Menular merupakan payung hukum yang mengatur secara komprehensif mengenai penanggulangan Penyakit Tidak Menular (PTN), termasuk diabetes. Di dalamnya terdapat berbagai strategi dan program untuk mencegah dan mengendalikan Penyakit Tidak Menular (PTN). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan mengatur mengenai standar pelayanan kesehatan yang harus dipenuhi oleh setiap fasilitas kesehatan. Standar pelayanan kesehatan untuk diabetes juga diatur dalam peraturan ini. Selain Peraturan Menteri Kesehatan, juga terdapat Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran (PNPK) Tata Laksana Diabetes Melitus Tipe 2 Dewasa. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran (PNPK) merupakan acuan bagi tenaga medis dan tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan kepada penderita Diabetes Melitus Tipe 2 dewasa.
ADVERTISEMENT
Meskipun Pemerintah Republik Indonesia telah menerbitkan berbagai Peraturan Menteri Kesehatan untuk mengatasi permasalahan diabetes, tetapi dalam implementasinya masih menghadapi berbagai tantangan. Tidak semua tenaga medis dan tenaga kesehatan, terutama di daerah terpencil, memiliki pengetahuan yang memadai mengenai diabetes dan tata laksana penanganannya. Permasalahan ini ditambah lagi dengan banyaknya fasilitas kesehatan, terutama di daerah terpencil, kekurangan peralatan medis dan obat-obatan. Terkait dengan anggaran, keterbatasan anggaran yang dialokasikan untuk program pengendalian diabetes menghambat optimalisasi pelaksanaan program penaganan diabetes. Berbagai permasalahan tersebut semakin dipertajam dengan kurangnya koordinasi antara pemerintah pusat dan daerah, serta antara sektor kesehatan dengan sektor terkait lainnya (seperti pendidikan, sosial, dan ekonomi) dalam pelaksanaan program pengendalian diabetes. Dari sudut masyarakat, Masyarakat Indonesia belum memahami mengenai pentingnya pencegahan dan pengendalian diabetes, serta belum menyadari risiko komplikasi dari diabetes jika tidak ditangani dengan baik. Dibutuhkan waktu yang lama dan upaya yang berkelanjutan untuk mengubah pola makan dan gaya hidup masyarakat menjadi lebih sehat karena faktor sosial serta budaya mempengaruhi perilaku masyarakat.
ADVERTISEMENT
Hingga saat ini, Indonesia masih menghadapi tantangan besar dalam mengatasi tingginya angka penderita diabetes. Pemerintah Republik Indonesai memiliki peran penting dalam menyediakan akses yang lebih baik terhadap layanan kesehatan, meningkatkan kesadaran masyarakat, dan mendukung penelitian terkait diabetes. Masyarakat perlu lebih aktif dalam menerapkan gaya hidup sehat dan melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin. Kolaborasi antara berbagai sektor, seperti kesehatan, pendidikan, dan sosial, diperlukan untuk mengatasi permasalahan diabetes di Indonesia.
Sumber foto: https://pixabay.com/id/photos/diabetes-gula-darah-1724617/