Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.5
20 Ramadhan 1446 HKamis, 20 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna
Mikroplastik, Bahaya Tersembunyi dalam Infus
17 Maret 2025 14:51 WIB
·
waktu baca 6 menitTulisan dari wahyu andrianto tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Penggunaan infus medis sangat luas di seluruh dunia dan di Indonesia. Pasar infus global diperkirakan mencapai USD 13.9 miliar pada tahun 2024 dan diproyeksikan akan mencapai USD 29.6 miliar pada tahun 2034, dengan tingkat pertumbuhan tahunan gabungan (CAGR) sebesar 8% dari tahun 2025 hingga 2034. Pasar ini terus berkembang karena meningkatnya populasi lansia, prevalensi penyakit kronis, dan kemajuan dalam teknologi medis. Infus digunakan untuk berbagai keperluan, termasuk mengatasi kekurangan cairan (dehidrasi berat akibat sakit atau aktivitas berlebihan), gangguan pencernaan (seperti diare berat atau perdarahan saluran cerna), dan kondisi lain yang memerlukan pemberian cairan atau obat secara langsung ke pembuluh darah. Pemasangan infus dapat dilakukan di rumah sakit, klinik, dan bahkan di rumah, terutama untuk pasien yang memerlukan pengobatan suntik secara berkala.
ADVERTISEMENT
Secara sederhana, mikroplastik adalah partikel plastik yang sangat kecil, berukuran kurang dari 5 milimeter (mm). Ukuran ini kira-kira sebesar biji wijen atau bahkan lebih kecil, hingga mencapai skala mikrometer (sepermiliar meter). Mikroplastik tidak diproduksi dalam ukuran tersebut, melainkan terbentuk dari degradasi atau pemecahan potongan plastik yang lebih besar menjadi fragmen-fragmen kecil akibat berbagai faktor seperti paparan sinar matahari, gesekan, tekanan, atau proses kimiawi. Selain itu, beberapa jenis mikroplastik juga diproduksi secara sengaja dalam ukuran kecil untuk keperluan industri tertentu (misalnya, microbeads dalam produk kosmetik, meskipun penggunaannya sudah banyak dibatasi).
Keberadaan mikroplastik dalam cairan infus medis dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Mikroplastik dapat berasal dari pelepasan partikel dari bahan kantong infus itu sendiri. Kantong infus medis umumnya terbuat dari bahan plastik seperti Polyvinyl Chloride (PVC), polypropylene (PP), atau ethylene-vinyl acetate (EVA). Mikroplastik yang ditemukan dalam cairan infus seringkali berukuran sangat kecil, bahkan di bawah 100 mikrometer (µm). Beberapa penelitian melaporkan adanya partikel dengan ukuran hingga beberapa nanometer (nm), meskipun identifikasi dan analisis partikel nano plastik lebih kompleks. Selama proses pembuatan, penyimpanan, dan penggunaan kantong infus, partikel-partikel kecil plastik dapat terlepas dari bahan tersebut melalui gesekan, tekanan, degradasi dan proses sterilisasi.
ADVERTISEMENT
Gesekan antara lapisan kantong infus, atau antara kantong dengan permukaan lain selama transportasi dan penanganan, dapat menyebabkan pelepasan mikroplastik. Tekanan yang diberikan pada kantong infus selama proses pengisian atau saat cairan infus diberikan kepada pasien juga dapat memicu pelepasan partikel. Seiring waktu, terutama jika terpapar suhu ekstrem atau sinar ultraviolet (meskipun dalam kondisi penyimpanan yang terkontrol seharusnya minimal), bahan plastik dapat mengalami degradasi dan melepaskan partikel-partikel kecil. Beberapa metode sterilisasi yang digunakan untuk kantong infus dan isinya, seperti sterilisasi dengan panas atau radiasi, juga berpotensi menyebabkan pelepasan mikroplastik.
Mikroplastik dapat berasal dari kontaminasi mikroplastik selama proses produksi atau pengemasan kantong infus. Meskipun fasilitas produksi perangkat medis memiliki standar kebersihan yang tinggi, risiko kontaminasi mikroplastik dari lingkungan sekitar tetap ada. Partikel mikroplastik yang ada di udara atau pada peralatan produksi (misalnya, dari pakaian pekerja, debu, atau komponen mesin yang terbuat dari plastik) berpotensi mencemari cairan infus atau bagian dalam kantong infus sebelum disegel. Proses pengemasan juga dapat menjadi sumber kontaminasi jika tidak dilakukan dengan sangat hati-hati.
ADVERTISEMENT
Karena infus diberikan langsung ke dalam pembuluh darah vena pasien, mikroplastik yang terkandung dalam cairan infus memiliki jalur masuk secara langsung ke dalam sistem peredaran darah. Cairan infus, yang mungkin mengandung partikel mikroplastik, dialirkan melalui selang dan jarum atau kateter yang dimasukkan langsung ke dalam pembuluh darah vena pasien. Mikroplastik tidak perlu melewati sistem pencernaan atau pernapasan untuk masuk ke dalam tubuh. Begitu mikroplastik masuk ke dalam aliran darah, partikel-partikel ini akan ikut bersirkulasi ke seluruh tubuh seiring dengan peredaran darah. Darah membawa oksigen dan nutrisi ke semua organ dan jaringan, dan dalam kasus ini, juga membawa serta mikroplastik.
Keberadaan partikel asing seperti mikroplastik dalam aliran darah dan jaringan dapat memicu respons dari sistem kekebalan tubuh. Sel-sel imun tubuh (misalnya makrofag) dapat menyerang dan menghilangkan partikel-partikel ini, sehingga menyebabkan peradangan (inflamasi) lokal atau sistemik. Selain inflamasi, mikroplastik juga berpotensi memicu respons imun adaptif, di mana tubuh menghasilkan antibodi untuk melawan partikel asing tersebut. Reaksi imun yang berkepanjangan atau berlebihan dapat berpotensi merusak jaringan sehat. Mikroplastik memiliki permukaan yang luas dan dapat menyerap (adsorb) bahan kimia berbahaya lainnya dari lingkungan sekitarnya, baik selama proses produksi maupun setelah masuk ke dalam tubuh. Jika mikroplastik yang terkontaminasi ini masuk ke dalam tubuh melalui infus, maka berpotensi melepaskan zat-zat berbahaya tersebut ke dalam jaringan tubuh.
ADVERTISEMENT
Hingga saat ini, belum ada regulasi yang secara spesifik mengatur mengenai batas aman mikroplastik dalam perangkat medis, termasuk kantong infus. Sebagian besar regulasi untuk perangkat medis saat ini fokus pada keamanan bahan, sterilisasi, dan kinerja produk secara keseluruhan, tetapi belum secara eksplisit menetapkan batasan untuk kontaminan mikroplastik.
Mengingat potensi bahaya mikroplastik dalam kantong infus medis bagi kesehatan pasien dan belum adanya regulasi yang memadai, maka harus segera diambil beberapa langkah sebagai berikut. Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dan Kementerian Kesehatan harus memprioritaskan penyusunan serta pemberlakuan regulasi mengenai batas aman mikroplastik dalam perangkat medis, khususnya kantong infus. Regulasi ini mencakup standar deteksi, pengukuran, dan batasan maksimal kandungan mikroplastik yang diperbolehkan. Pemerintah harus mengalokasikan sumber daya yang memadai untuk mendukung penelitian lebih lanjut mengenai dampak mikroplastik terhadap kesehatan manusia, terutama melalui jalur infus. Penelitian ini mencakup studi jangka panjang, identifikasi mekanisme toksisitas, dan risiko spesifik untuk kelompok rentan. BPOM dan Kementerian Kesehatan harus memperketat pengawasan terhadap proses produksi kantong infus medis untuk memastikan standar kualitas dan meminimalkan risiko kontaminasi mikroplastik. Hal ini termasuk audit rutin, pengujian kualitas produk, dan penerapan praktik manufaktur yang baik (GMP) yang berfokus pada pencegahan kontaminasi partikulat.
ADVERTISEMENT
Industri medis memiliki tanggung jawab untuk berinvestasi dalam penelitian dan pengembangan bahan alternatif yang lebih aman untuk kantong infus, yang tidak melepaskan atau minimal melepaskan mikroplastik. Hal ini dapat mencakup pengembangan polimer baru, penggunaan pelapis khusus, atau desain produk yang inovatif. Perusahaan harus meningkatkan transparansi terkait bahan yang digunakan dalam pembuatan kantong infus dan proses produksinya. Informasi yang jelas mengenai potensi pelepasan mikroplastik dan langkah-langkah pencegahan yang diambil harus tersedia bagi tenaga kesehatan dan regulator. Industri harus mengadopsi dan menerapkan praktik terbaik dalam desain, manufaktur, dan pengemasan untuk meminimalkan risiko kontaminasi mikroplastik. Ini termasuk penggunaan teknologi filtrasi yang lebih baik dan lingkungan produksi yang terkontrol.
Bahaya tersembunyi mikroplastik dalam infus medis bukanlah isu yang bisa ditunda. Setiap tetes infus yang masuk ke tubuh pasien berpotensi membawa serta partikel-partikel plastik yang dapat menimbulkan dampak kesehatan jangka pendek maupun jangka panjang. Tanpa regulasi yang jelas dan tindakan pencegahan yang efektif, resikonya adalah mengorbankan kesehatan pasien.
ADVERTISEMENT
Timnas Indonesia akan menghadapi Australia di Ronde 3 Kualifikasi Piala Dunia 2026. Laga yang digelar di Sydney Stadium, Kamis (20/3), sekaligus menjadi debut Patrick Kluivert sebagai pelatih Garuda. Mampukah Indonesia mencuri poin dari tuan rumah?