Konten dari Pengguna

Regulasi yang Adaptif dalam Brain-Computer Interface (BCI)

wahyu andrianto
Aktivitas: Anggota Aktif World Association for Medical Law, Dosen Tetap FHUI, Konsultan Hukum Kesehatan
31 Desember 2024 10:15 WIB
·
waktu baca 8 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari wahyu andrianto tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
“Brain-Computer Interface (BCI) menawarkan terobosan medis yang signifikan. Namun, untuk mewujudkan potensi ini secara optimal dan bertanggung jawab, kehadiran regulasi yang adaptif dan komprehensif adalah krusial. Keseimbangan antara inovasi dan etika, serta perlindungan hak dan privasi pasien, harus menjadi prioritas utama dalam pengembangan dan penerapan teknologi BCI.”
ADVERTISEMENT
Bidang kesehatan mengalami transformasi yang pesat berkat kemajuan teknologi. Dari penemuan antibiotik hingga pencitraan resonansi magnetik (MRI), inovasi teknologi telah mengubah cara mendiagnosis, mengobati, dan mencegah penyakit. Beberapa tren utama yang mendorong transformasi ini antara lain adalah Digitalisasi Rekam Medis, Telemedicine, Kecerdasan Buatan (AI), Robotika, dan Teknologi Genomik. Dalam konteks inilah, Teknologi Brain-Computer Interface (BCI) muncul sebagai salah satu inovasi yang menjanjikan.
BCI (Brain-Computer Interface) adalah sistem yang memungkinkan komunikasi langsung antara otak dan perangkat eksternal, seperti komputer atau mesin. Secara sederhana, BCI memungkinkan kita mengendalikan perangkat dengan pikiran. Cara kerja BCI umumnya melibatkan beberapa tahapan yaitu pengukuran aktivitas otak (aktivitas listrik otak direkam menggunakan elektroda. Elektrode ini dapat ditempatkan di kulit kepala (EEG), di dalam otak (implants), atau menggunakan metode non-invasif lainnya seperti MEG (Magnetoencephalography) atau NIRS (functional Near-Infrared Spectroscopy), pemrosesan sinyal (sinyal otak yang direkam kemudian diproses untuk menghilangkan noise dan mengekstrak fitur-fitur yang relevan), klasifikasi sinyal (algoritma pembelajaran mesin digunakan untuk menerjemahkan fitur-fitur sinyal otak ke dalam perintah atau aksi), dan kontrol perangkat (perintah yang diterjemahkan kemudian digunakan untuk mengendalikan perangkat eksternal). BCI memiliki potensi besar untuk merevolusi penanganan berbagai masalah kesehatan, terutama yang berkaitan dengan gangguan saraf dan disabilitas.
ADVERTISEMENT
Salah satu aplikasi BCI yang menjanjikan adalah dalam memulihkan fungsi motorik yang hilang akibat cedera atau penyakit. BCI memungkinkan individu yang kehilangan anggota tubuh untuk mengendalikan prostetik (anggota tubuh buatan) hanya dengan pikiran mereka. Sinyal otak yang biasanya digunakan untuk menggerakkan anggota tubuh yang hilang ditangkap oleh sensor BCI dan diterjemahkan menjadi gerakan pada prostetik. BCI dapat membantu pasien lumpuh akibat stroke, cedera tulang belakang, atau penyakit saraf lainnya untuk mendapatkan kembali sebagian kendali atas gerakan mereka. Misalnya, BCI dapat digunakan untuk mengaktifkan stimulasi otot yang tepat, memungkinkan pasien untuk melakukan gerakan yang sebelumnya tidak mungkin.
Locked-In Syndrome (LIS) adalah kondisi neurologis yang langka di mana seseorang sepenuhnya sadar dan terjaga, tetapi tidak dapat bergerak atau berkomunikasi secara verbal karena kelumpuhan hampir seluruh otot tubuh, kecuali gerakan mata vertikal dan berkedip pada beberapa kasus. Kondisi ini disebabkan oleh stroke batang otak, cedera traumatis otak, atau penyakit neurodegeneratif. BCI menawarkan harapan bagi penderita LIS dan kondisi serupa lainnya untuk memulihkan sebagian kemampuan berkomunikasi mereka. Penelitian terbaru menunjukkan kemajuan signifikan dalam menerjemahkan aktivitas otak langsung menjadi kata atau kalimat, meskipun masih dalam tahap awal pengembangan.
ADVERTISEMENT
Selain restorasi fungsi motorik dan komunikasi, BCI juga menawarkan potensi besar dalam memulihkan fungsi sensorik yang hilang akibat cedera atau penyakit. BCI untuk pemulihan penglihatan bekerja dengan menstimulasi korteks visual, bagian otak yang bertanggung jawab untuk memproses informasi visual. Stimulasi ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu implan elektroda di korteks visual dan stimulasi optik melalui implan retina atau saraf optik. Implan elektroda di korteks visual dilakukan dengan menanam elektrode secara langsung di korteks visual dan distimulasi untuk menghasilkan fosfen (sensasi melihat titik cahaya). Dengan mengendalikan pola stimulasi, diharapkan dapat menciptakan persepsi visual yang lebih kompleks, bahkan gambar sederhana. Stimulasi optik melalui implan retina atau saraf BCI dapat digunakan untuk mengobati depresi dengan melakukan stimulasi area otak yang terkait dengan mood dan emosi, misalnya, prefrontal cortex. Stimulasi ini dapat membantu mengatur aktivitas saraf di area tersebut dan mengurangi gejala depresi.optik, untuk mengirimkan sinyal visual ke otak. BCI menawarkan potensi untuk mengatasi pemulihan pendengaran pada kasus yang lebih kompleks, misalnya kerusakan pada saraf pendengaran atau pusat pendengaran di otak. BCI dapat bekerja dengan Stimulasi langsung korteks auditori, dimana elektroda dapat ditanam di korteks auditori untuk menghasilkan persepsi suara. BCI untuk pemulihan sentuhan bertujuan untuk mengembalikan sensasi sentuhan pada orang yang kehilangan kemampuan merasakan sentuhan, misalnya akibat cedera saraf perifer atau amputasi.
ADVERTISEMENT
BCI menawarkan pendekatan inovatif untuk mengobati berbagai gangguan neurologis dan mental dengan memodulasi aktivitas otak secara langsung. Bagi penderita epilepsi, BCI dapat digunakan untuk mendeteksi dini aktivitas otak yang menandakan akan terjadinya kejang epilepsi. Ketika BCI mendeteksi sinyal-sinyal ini, ia dapat memberikan intervensi. Bagi orang yang mengalami tremor, BCI dapat mendeteksi sinyal otak yang terkait dengan tremor dan memberikan stimulasi atau feedback untuk mengurangi atau menghentikan tremor. BCI dapat digunakan untuk mengobati depresi dengan melakukan stimulasi di area otak yang terkait dengan mood dan emosi, misalnya, prefrontal cortex. Stimulasi ini dapat membantu mengatur aktivitas saraf di area tersebut dan mengurangi gejala depresi.
BCI mempercepat pemulihan setelah stroke atau cedera otak. Stroke dan cedera otak dapat menyebabkan berbagai disabilitas, termasuk masalah motorik, sensorik, kognitif, dan bahasa. Rehabilitasi merupakan bagian penting dari proses pemulihan, dan BCI menawarkan pendekatan inovatif untuk meningkatkan efektivitas rehabilitasi. BCI dapat digunakan untuk membantu pasien stroke memulihkan fungsi tangan atau kaki mereka. Misalnya, pasien dapat menggunakan BCI untuk mengendalikan orthosis (alat bantu gerak) atau robot yang membantu mereka melakukan gerakan-gerakan tertentu. BCI dapat digunakan untuk melatih perhatian, memori, dan fungsi kognitif lainnya. Misalnya, pasien dapat menggunakan BCI untuk bermain game yang dirancang khusus untuk melatih fungsi kognitif tertentu.
ADVERTISEMENT
Dalam pengembangan dan penerapan BCI, keamanan dan efektivitas merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan dan harus diprioritaskan. Prosedur bedah untuk menanam elektroda di otak harus dilakukan dengan sangat hati-hati untuk meminimalkan risiko infeksi, pendarahan, kerusakan jaringan otak, atau komplikasi lainnya. Perangkat keras BCI, termasuk elektroda, kabel, dan prosesor, harus dirancang dan diuji secara ketat untuk memastikan keandalan, ketahanan, dan biokompatibilitasnya. Material yang digunakan harus aman bagi tubuh dan tidak menyebabkan reaksi alergi atau peradangan. Perangkat lunak yang digunakan untuk memproses sinyal otak dan mengendalikan perangkat eksternal harus bebas dari bug dan kesalahan yang dapat menyebabkan malfungsi atau interpretasi sinyal yang salah. Keamanan siber juga penting untuk mencegah akses yang tidak sah ke sistem BCI. Efek samping penggunaan BCI dalam jangka panjang, seperti perubahan jaringan otak di sekitar elektroda, efek stimulasi listrik pada otak, dan potensi risiko kesehatan lainnya, harus dipelajari dan dipantau dengan cermat. Data aktivitas otak yang direkam oleh BCI merupakan informasi yang sangat pribadi dan sensitif. Perlindungan data ini dari akses yang tidak sah sangat penting. Regulasi dan protokol yang ketat harus diterapkan untuk memastikan privasi pasien. Untuk memastikan keamanan dan efektivitas BCI, beberapa langkah penting perlu dilakukan. Penelitian dan pengembangan BCI harus dilakukan dengan metodologi yang ketat dan mengikuti standar etika yang tinggi. Uji klinis yang terkontrol dengan baik diperlukan untuk mengevaluasi keamanan dan efektivitas BCI sebelum diterapkan secara luas. Regulasi dan standar yang jelas diperlukan untuk mengatur pengembangan, produksi, dan penggunaan BCI. Ini termasuk standar untuk keamanan perangkat, privasi data, dan prosedur klinis. Setelah BCI dipasarkan, pengawasan pasca pemasaran yang ketat diperlukan untuk memantau keamanan dan efektivitasnya dalam penggunaan sehari-hari dan mengidentifikasi potensi masalah atau efek samping. Pengembangan dan penerapan BCI membutuhkan kolaborasi antara berbagai disiplin ilmu, termasuk ahli saraf, insinyur, ilmuwan komputer, ahli etika, dan profesional kesehatan lainnya.
ADVERTISEMENT
Teknologi BCI terus berkembang dengan pesat, dengan munculnya metode baru, perangkat baru, dan aplikasi baru secara berkala. Regulasi yang kaku akan cepat usang dan tidak relevan dengan perkembangan teknologi terkini. Teknologi BCI masih relatif baru dan kompleks. Masih banyak hal yang belum diketahui tentang potensi dan risikonya dalam jangka panjang. Regulasi yang terlalu preskriptif dapat menghambat eksplorasi dan inovasi yang diperlukan untuk memahami dan mengembangkan teknologi ini secara optimal. BCI dapat digunakan dalam berbagai konteks, mulai dari penelitian, pengobatan, hingga aplikasi konsumen. Setiap konteks memiliki kebutuhan dan risiko yang berbeda, sehingga regulasi yang fleksibel diperlukan untuk mengakomodasi perbedaan-perbedaan ini. Penggunaan BCI menimbulkan berbagai implikasi etis yang kompleks, seperti privasi data otak, otonomi pasien, dan potensi penyalahgunaan. Regulasi yang fleksibel diperlukan untuk mengatasi isu-isu etis ini dengan bijaksana dan bertanggung jawab.
ADVERTISEMENT
Salah satu tantangan signifikan dalam regulasi BCI adalah kurangnya pemahaman yang mendalam tentang teknologi ini di kalangan pembuat kebijakan. Kompleksitas BCI, baik dari segi teknis, etis, maupun sosial, belum sepenuhnya dipahami, sehingga dapat menghambat pembuatan regulasi yang efektif dan tepat sasaran. Tanpa pemahaman yang memadai tentang bagaimana BCI bekerja, potensi manfaatnya, dan risiko yang terkait, pembuat kebijakan dapat membuat regulasi yang tidak efektif atau bahkan kontraproduktif. Regulasi tersebut mungkin terlalu ketat dan menghambat inovasi, atau terlalu longgar dan menimbulkan risiko bagi keamanan dan privasi pasien. Kurangnya pemahaman dapat menyebabkan alokasi sumber daya dan prioritas yang salah. Misalnya, dana penelitian mungkin dialokasikan untuk area yang kurang penting, atau isu-isu krusial seperti privasi data dan etika mungkin diabaikan. Pembuat kebijakan perlu mengevaluasi bukti ilmiah dan klinis untuk membuat keputusan yang tepat tentang regulasi BCI. Tanpa pemahaman yang memadai tentang teknologi ini, mereka kesulitan dalam memahami dan menafsirkan data penelitian, yang dapat mengarah pada keputusan yang salah. Kurangnya pemahaman dapat menghambat komunikasi yang efektif antara ilmuwan, insinyur, dokter, dan pembuat kebijakan. Hal ini menyulitkan proses konsultasi dan pengambilan keputusan yang berbasis bukti. Jika regulasi BCI dibuat tanpa pemahaman yang memadai tentang teknologi ini, hal ini dapat menimbulkan ketidakpercayaan publik.
ADVERTISEMENT
Potensi BCI untuk mentransformasi ranah kesehatan tidak dapat disangkal. Namun, tanpa kerangka regulasi yang kuat dan adaptif, potensi ini berisiko berubah menjadi mimpi buruk. Privasi data otak yang sangat sensitif, potensi penyalahgunaan teknologi, dan isu aksesibilitas yang tidak merata merupakan tantangan nyata yang harus segera diatasi. Urgensi regulasi yang adaptif tidak bisa ditunda lagi. Dibutuhkan kolaborasi lintas disiplin antara ilmuwan, regulator, ahli etika, dan masyarakat untuk merumuskan regulasi yang efektif dan relevan, memastikan bahwa BCI digunakan untuk kebaikan umat manusia.
Sumber foto: https://pixabay.com/id/photos/kecerdasan-buatan-otak-memikirkan-3382521/