Konten dari Pengguna

Tantangan Regulasi dalam Penanganan Kanker Kelenjar Getah Bening

wahyu andrianto
Aktivitas: Anggota Aktif World Association for Medical Law, Dosen Tetap FHUI, Konsultan Hukum Kesehatan
9 Desember 2024 10:17 WIB
·
waktu baca 8 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari wahyu andrianto tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
“Ketimpangan antara perkembangan ilmu pengetahuan dan kerangka hukum yang ada menciptakan ketidakpastian bagi pasien, tenaga medis, tenaga kesehatan dan pemangku kepentingan lainnya dalam mewujudkan keadilan kesehatan bagi seluruh masyarakat.”
ADVERTISEMENT
Kanker kelenjar getah bening, atau yang lebih dikenal dengan istilah limfoma, adalah jenis kanker yang menyerang sistem limfatik. Sistem limfatik merupakan bagian dari sistem kekebalan tubuh yang berfungsi untuk melawan infeksi. Kelenjar getah bening adalah bagian penting dari sistem limfatik yang berfungsi menyaring cairan limfa dan menghasilkan sel darah putih untuk melawan infeksi. Pada kondisi normal, sel-sel dalam tubuh tumbuh dan berkembang secara terkendali. Namun, pada penderita kanker kelenjar getah bening, sel-sel limfosit (sejenis sel darah putih) mengalami perubahan dan tumbuh secara tidak terkendali. Sel-sel ini kemudian membentuk benjolan pada kelenjar getah bening dan menyebar ke bagian tubuh lainnya. Secara umum, kanker kelenjar getah bening dibagi menjadi dua jenis utama yaitu Limfoma Hodgkin dan Limfoma Non-Hodgkin.
ADVERTISEMENT
Limfoma Hodgkin adalah jenis kanker yang menyerang sistem limfatik, yaitu bagian dari sistem kekebalan tubuh yang berfungsi melawan infeksi. Kanker ini ditandai dengan pertumbuhan sel-sel abnormal dalam kelenjar getah bening, yang kemudian menyebar ke bagian tubuh lainnya. Sampai dengan saat ini, penyebab Limfoma Hodgkin belum diketahui secara pasti. Namun, beberapa faktor risiko dapat meningkatkan kemungkinan seseorang terkena penyakit ini. Limfoma Hodgkin sering terjadi pada orang dewasa muda dan orang tua terutama yang mempunyai sistem kekebalan tubuh yang lemah. Oleh karena itu, penderita HIV/AIDS lebih rentan. Paparan bahan kimia tertentu, seperti pestisida, dapat meningkatkan risiko terkena Limfoma Hodgkin. Selain itu, riwayat keluarga atau faktor keturunan juga berperan. Anggota keluarga yang pernah menderita Limfoma Hodgkin dapat meningkatkan risiko terhadap keturunan atau angota keluarga lainnya. Pengobatan limfoma Hodgkin akan disesuaikan dengan stadium penyakit, jenis limfoma, dan kondisi kesehatan pasien. Beberapa pilihan pengobatan yang umum dilakukan antara lain adalah kemoterapi (pengobatan dengan menggunakan obat-obatan untuk membunuh sel kanker), radioterapi (pengobatan dengan menggunakan radiasi untuk membunuh sel kanker), terapi target (pengobatan yang menggunakan obat-obatan untuk menyerang sel kanker secara spesifik), dan transplantasi sel induk (penggantian sel sumsum tulang yang rusak dengan sel induk yang sehat). Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko terkena Limfoma Hodgkin, antara lain adalah menjaga sistem kekebalan tubuh tetap kuat dengan mengonsumsi makanan sehat, berolahraga secara teratur, dan mendapatkan cukup istirahat; menghindari paparan bahan kimia berbahaya yang berpotensi menyebabkan kanker; serta melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin, khususnya deteksi dini terhadap kanker.
ADVERTISEMENT
Limfoma Non-Hodgkin adalah sekelompok kanker yang berasal dari sistem limfatik, yaitu jaringan yang berfungsi sebagai bagian dari sistem kekebalan tubuh. Sistem limfatik terdiri dari kelenjar getah bening, limpa, timus, tonsil, dan sumsum tulang. Pada Limfoma Non-Hodgkin, sel-sel limfosit (sejenis sel darah putih) tumbuh secara tidak terkendali dan membentuk tumor di kelenjar getah bening atau jaringan limfatik lainnya. Faktor penyebab Limfoma Non-Hodgkin mirip dengan Limfoma Hodgkin. Limfoma Non-Hodgkin terdiri dari beberapa jenis antara lain Limfoma Folikular (jenis yang umum, tumbuh lambat dan seringkali tidak bergejala pada awalnya), Diffuse Large B-Cell Lymphoma (jenis yang agresif, tumbuh cepat dan menyebar dengan cepat), Mantle Cell Lymphoma (jenis yang sering terjadi pada pria lanjut usia), dan Marginal Zone Lymphoma (jenis yang sering terkait dengan infeksi kronis, seperti infeksi lambung oleh bakteri Helicobacter pylori). Pengobatan Limfoma Non-Hodgkin mirip dengan Limfoma Hodgkin, tetapi ada alternatif pengobatan tambahan yang berupa imunoterapi, yaitu pengobatan yang merangsang sistem kekebalan tubuh untuk melawan sel kanker.
ADVERTISEMENT
Menurut data Globocan pada tahun 2018, jumlah kasus kanker kelenjar getah bening di Indonesia adalah 35.490, dengan 7.565 pasien meninggal dunia. Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan berbagai kebijakan untuk mengatasi masalah kanker, termasuk kanker kelenjar getah bening. Salah satu kebijakan Pemerintah adalah melalui Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Program ini memberikan akses yang lebih luas bagi masyarakat untuk mendapatkan pengobatan kanker, termasuk kanker kelenjar getah bening. Namun, cakupan manfaat dan prosedur klaim yang kompleks masih menjadi tantangan. Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (PTM) juga merupakan program Pemerintah dalam penanganan kanker kelenjar getah bening. Program ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya deteksi dini dan gaya hidup sehat untuk mencegah kanker. Selain itu, Pemerintah bekerja sama dengan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) untuk meningkatkan kesadaran masyarakat, memberikan dukungan kepada pasien kanker, dan melakukan penelitian melalui Program Kemitraan Pemerintah dengan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Pemerintah Indonesia telah melakukan berbagai upaya untuk mengatasi masalah kanker kelenjar getah bening, tetapi masih banyak tantangan yang dihadapi. Meskipun ada JKN, akses terhadap pengobatan kanker, terutama di daerah terpencil, masih terbatas. Perbedaan kualitas fasilitas pelayanan kesehatan antara daerah perkotaan dan pedesaan juga menjadi masalah. Selain itu, biaya pengobatan kanker kelenjar getah bening, termasuk obat-obatan dan prosedur medis, masih tinggi dan menjadi beban bagi pasien. Hal ini ditambah lagi dengan mayoritas pasien kanker kelenjar getah bening baru terdiagnosis pada stadium lanjut, sehingga peluang kesembuhannya menjadi lebih kecil.
ADVERTISEMENT
Regulasi dalam penanganan kanker kelenjar getah bening memiliki peran yang krusial. Regulasi yang baik dan efektif dapat memastikan bahwa pasien mendapatkan akses yang adil dan merata terhadap pengobatan yang berkualitas, serta mendorong pengembangan penelitian dan inovasi dalam bidang ini. Salah satu fungsi dari regulasi adalah mewujudkan standarisasi pelayanan kesehatan. Regulasi menetapkan pedoman praktik klinis yang jelas bagi tenaga medis dalam mendiagnosis, merawat, dan memantau pasien kanker kelenjar getah bening. Hal ini memastikan bahwa pasien mendapatkan penanganan yang sesuai dengan standar. Regulasi mensyaratkan fasilitas pelayanan kesehatan untuk memenuhi standar agar dapat memberikan pelayanan onkologi. Hal ini menjamin kualitas pelayanan kesehatan dan pelayanan medis serta keselamatan pasien. Oleh karena itu, regulasi melindungi hak-hak pasien, seperti hak untuk mendapatkan informasi, hak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dan pelayanan medis sesuai standar, serta hak atas privasi. Meskipun regulasi memiliki peran penting dalam penanganan kanker kelenjar getah bening, tetapi masih terdapat celah dan ketidakjelasan dalam peraturan. Permasalahan umum yang sering ditemui adalah regulasi yang kurang spesifik. Regulasi yang ada terlalu umum dan tidak memberikan pedoman yang spesifik mengenai standar pelayanan untuk pasien kanker kelenjar getah bening. Hal ini dapat menyebabkan perbedaan kualitas pelayanan di berbagai fasilitas pelayanan kesehatan. Regulasi juga tidak membedakan jenis limfoma yang beragam, sehingga protokol pengobatan dan pemantauan yang diterapkan menjadi kurang optimal. Kanker kelenjar getah bening (limfoma) memiliki berbagai jenis dengan karakteristik, perkembangan, dan respons terhadap pengobatan yang berbeda-beda. Membuat regulasi yang terlalu spesifik untuk setiap jenis limfoma sangatlah kompleks dan memakan waktu. Namun, di sisi lain, tanpa pedoman yang jelas dan spesifik, kualitas pelayanan untuk pasien kanker kelenjar getah bening dapat bervariasi antar satu fasilitas pelayanan kesehatan dengan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya.
ADVERTISEMENT
Beberapa negara sering disebut sebagai contoh baik dalam penanganan kanker, termasuk kanker kelenjar getah bening. Amerika Serikat merupakan salah satu negara terdepan dalam bidang kesehatan, termasuk dalam penanganan kanker kelenjar getah bening. Sistem kesehatan Amerika Serikat yang kompleks, didukung oleh penelitian yang ekstensif dan teknologi medis canggih, telah menghasilkan kemajuan signifikan dalam penanganan berbagai jenis kanker, termasuk limfoma atau kanker kelenjar getah bening. Terdapat beberapa lembaga yang berperan dalam penanganan kanker kelenjar getah bening. Food and Drug Administration (FDA) merupakan lembaga yang bertanggung jawab dalam mengatur persetujuan obat-obatan baru, termasuk obat-obatan kemoterapi untuk kanker. Proses persetujuan di FDA sangat ketat, bertujuan untuk memastikan bahwa obat-obatan yang beredar aman dan efektif. Centers for Medicare & Medicaid Services (CMS) merupakan lembaga yang mengelola program asuransi kesehatan Pemerintah, seperti Medicare dan Medicaid. CMS menetapkan standar perawatan untuk berbagai jenis penyakit, termasuk kanker, dan menentukan cakupan layanan yang akan dibiayai. National Cancer Institute (NCI) merupakan sebuah institusi yang menjadi bagian dari National Institutes of Health (NIH) dan berfokus pada penelitian kanker. NCI mendanai penelitian dasar dan klinis, serta mengembangkan pedoman pengobatan untuk berbagai jenis kanker. Joint Commission adalah organisasi independen yang menetapkan standar untuk kualitas dan keselamatan pasien di rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya. Rumah sakit yang diakreditasi oleh Joint Commission harus memenuhi standar yang telah ditetapkan, termasuk standar untuk penanganan kanker. Penanganan kanker kelenjar getah bening di Amerika Serikat mengikuti pedoman yang ditetapkan oleh organisasi seperti NCI dan American Society of Clinical Oncology (ASCO).
ADVERTISEMENT
Sebagai akhir pemaparan maka penulis menarik beberapa kesimpulan sebagai berikut. Kanker kelenjar getah bening menuntut penanganan yang cepat dan tepat. Namun, regulasi yang belum jelas dalam penanganan penyakit ini berpotensi menghambat upaya untuk memberikan pelayanan kesehatan yang optimal bagi pasien. Ketimpangan antara perkembangan ilmu pengetahuan dan kerangka hukum menciptakan ketidakpastian bagi pasien, tenaga medis, tenaga kesehatan, dan pemangku kepentingan lainnya. Regulasi yang jelas dan komprehensif bukan hanya sekadar tuntutan, melainkan kebutuhan mendesak untuk mewujudkan keadilan kesehatan bagi seluruh masyarakat. Regulasi yang tidak jelas dalam penanganan kanker kelenjar getah bening menimbulkan sejumlah dampak negatif, mulai dari perbedaan kualitas pelayanan di berbagai fasilitas kesehatan, keterlambatan diagnosis, hingga tingginya biaya pengobatan. Hal ini tidak hanya merugikan pasien, tetapi juga membebani sistem kesehatan nasional.
ADVERTISEMENT
Sumber foto: https://pixabay.com/id/photos/kanker-koran-kata-kaca-pembesar-389921/