Sekolah, Sampah, dan Proyek Penguatan Pelajar Pancasila

Wahyudi Hamarong
Bekerja sebagai ASN guru di SMA Negeri 1 Pamboang Kabupaten Majene sejak tahun 2005. Hobbi membaca buku sejak kecil dan mulai konsen menulis artikel, cerpen dan berbagai jenis tulisan lainnya.
Konten dari Pengguna
8 April 2023 12:12 WIB
·
waktu baca 7 menit
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Wahyudi Hamarong tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Pengelolaan sampah plastik di sekolah menjadi meja dan kursi. (Foto: Dokumen Penulis)
zoom-in-whitePerbesar
Pengelolaan sampah plastik di sekolah menjadi meja dan kursi. (Foto: Dokumen Penulis)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sepagi ini penulis sudah di sekolah berbaur dengan guru dan para siswa lainnya. Mereka bergegas dengan kesibukan masing-masing. Beberapa guru menerima siswa di pintu gerbang sambil menyalami satu demi satu. Sementara guru yang lain mengontrol kelas perwalian sambil bersiap-siap untuk mengajar sesuai jadwal.
ADVERTISEMENT
Begitupun juga siswa, ada yang bertugas menyapu dan mengatur meja-kursi yang belum teratur sementara yang lain mengangkut sampah di tempat pembuangan akhir. Selebihnya bercanda satu sama lain sambil menunggu guru yang akan masuk mengajar.
Penulis sepagi ini masih sama dengan rutinitas yang kemarin. Sebagai Wakil Kepala Sekolah Urusan Kesiswaan salah satu tugas yakni berkeliling mengontrol kebersihan kelas dan memastikan para siswa sudah mulai dengan aktivitas belajar baik dalam kelas maupun di luar kelas.
Ketika berkeliling, penulis selalu tutup hidung ketika melewati area tempat pembuangan sampah. Semua sampah mulai dari kertas, bungkus mi instan, plastik gelas mineral, dan daun kering bertumpuk jadi satu.
Seperti pagi ini, baunya sangat menyengat karena guyuran hujan semalam belum lagi dengan lalat yang beterbangan. Banyak siswa yang mengeluhkan dengan bau itu karena tidak bisa fokus belajar. Apalagi sejak sampah ini dilarang dibakar karena pernah sampai membakar gunung di sebelahnya. Waktu itu, bujang sekolah sempat diinterogasi polisi sebagai terduga pelaku pembakaran.
ADVERTISEMENT
Penulis penasaran dengan persoalan sampah ini dan mulai berselancar dengan gawai untuk mendapatkan gambaran sampah di negara kita ini. Apakah fakta-fakta kecil sampah di sekolah sesungguhnya mewakili sajian sampah di beberapa kota di Indonesia.
Data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), membeberkan volume timbulan sampah Indonesia pada 2022 mencapai 19,45 juta ton. Angka tersebut lebih menurun 37,52% dari 2021 sebanyak 31,13 juta ton.
Dari jenisnya, mayoritas timbulan sampah nasional pada 2022 berupa sampah sisa makanan dengan proporsi 41,55 persen. Kemudian sampah plastik berada di urutan kedua dengan proporsi 18,55 persen. Sebanyak 13,27 persen sampah di Indonesia pada 2022 berupa kayu/ranting, 11,04 persen sampah karton, dan sampah logam 2,86 persen.
ADVERTISEMENT
Ada pula 2,54 persen sampah kain, sampah kaca 1,96 persen, sampah karet/kulit 1,68 persen, dan 6,55 persen sampah jenis lainnya. Sementara berdasarkan provinsinya, timbulan sampah terbanyak pada tahun yang sama terbanyak dari Jawa Tengah, yakni 4,25 juta ton atau 21,85 persen dari total timbulan sampah nasional. Timbulan sampah selanjutnya yakni DKI Jakarta 3,11 juta ton, Jawa Timur 1,63 juta ton, dan Jawa Barat 1,11 juta ton.
Kembali ke persoalan sampah di sekolah. Dalam berbagai rapat, para guru mengangkat masalah ini sebagai topik persoalan yang belum menemukan solusi yang tepat.
Memang mengemuka untuk mengangkut sampah ini setiap minggu bekerja sama dengan dinas pengelolaan sampah di kabupaten tapi bujetnya juga tidak kecil sementara anggaran yang tersedia di sekolah tidak mencukupi. Di sisi lain pembakaran sampah menimbulkan polusi asap dan bisa saja sewaktu-waktu terjadi kebakaran seperti sebelumnya.
ADVERTISEMENT
Dalam sebuah rapat program oleh kepala sekolah dipaparkan bahwa sekolah penulis terpilih sebagai salah satu sekolah penggerak pada jenjang sekolah menengah. Penjelasan-penjelasan berikutnya berupa paparan seperti apa itu sekolah penggerak, Kurikulum Merdeka, dan bagaimana implementasi dalam proses pembelajaran.
Dari sekian penjelasan-penjelasan tentang hal ini maka satu yang special dari berbagai kurikulum sebelumnya yakni Proyek Penguatan Pelajar Pancasila.
Hal fundamental dari program ini antara lain (1) Pelajaran berbasis projek akan menjadi kebiasaan-kebiasaan di sekolah, (2) Projek penguatan Profil Pelajar Pancasila dimaknai sebagai ruang mengurangi beban belajar di kelas (intrakurikuler), (3) Alokasi waktu untuk satu mata pelajaran terbagi menjadi dua, intrakurikuler dan kokurikuler (projek penguatan Profil Pelajar Pancasila) agar beban ajar guru tidak berkurang. Jadi, Projek Profil Pelajar Pancasila adalah unit pembelajaran terintegrasi, bukan tematik.
ADVERTISEMENT
Adapun persiapan untuk penerapan di kelas sebelum proyek ini dilaksanakan antara lain mengatur pengelolaan jam pelajaran dan kolaborasi; mengatur alokasi jam mengajar agar tetap sama; menyiapkan sistem dari perencanaan hingga penilaian; menyiapkan sistem pendokumentasian projek untuk dapat digunakan sebagai portofolio; berkolaborasi dengan narasumber pengayaan projek seperti masyarakat, komunitas, universitas, dan praktisi.
Proyek Penguatan Pelajar Pancasila salah satunya bertema Gaya Hidup Berkelanjutan. Gaya hidup berkelanjutan merupakan program yang dapat membangun kesadaran, menggali potensi diri terhadap lingkungan sekitar, serta memberdayakan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki dalam menjaga dan memelihara lingkungan sekolah.
Contoh aplikasi dari tema ini bebas dipilih oleh siswa dengan masukan-masukan dari guru sebagai fasilitator. Misalnya, pengolahan sampah, gaya hidup sehat, mobilitas berkelanjutan, penghijauan, dan masih banyak lagi.
ADVERTISEMENT
Untuk mengatasi persoalan sampah di sekolah maka melalui Proyek Penguatan Pelajar Pancasila dengan topik Gaya Hidup Berkelanjutan itu bisa dengan memilih tema pengolahan sampah. Pada kegiatan pertama yakni pengenalan, fasilitator menjelaskan tentang maksud proyek pengenalan pelajar Pancasila terutama pada subtopik Gaya Hidup Berkelanjutan.
Secara terstruktur langkah-langkah yang dapat dilakukan sebagai kegiatan awal yakni pengenalan. Fasilitator dari guru menjelaskan tentang maksud proyek pengenalan pelajar Pancasila terutama pada subtopik Gaya Hidup Berkelanjutan. Untuk selanjutnya dapat mengikuti tahapan di bawah ini.
Kegiatan pertama, siswa menambah wawasan tentang lingkungan dan gambaran awalnya melalui fasilitator, narasumber, dan literatur bacaan, dan link internet yang berhubungan dengan lingkungan.
Siswa juga mengidentifikasi berbagai persoalan lingkungan di sekitarnya. Dalam pelaksanaannya, fasilitator membagi bahan bacaan tentang lingkungan dan dari bacaan tersebut siswa memberikan kesimpulan tentang lingkungan sekolah dan permasalahannya.
ADVERTISEMENT
Kegiatan kedua, melalui kegiatan ini siswa berusaha menumbuhkan sikap sadar dan peduli terhadap lingkungan serta menginisiasi peran dan tanggung jawab dalam memelihara lingkungan sekolah. Dalam pelaksanaannya, siswa mendapatkan pengetahuan dari narasumber tentang kesadaran tentang lingkungan sekolah, refleksi tentang materi serta beberapa model permainan sebagai bentuk semangat dan motivasi.
Kegiatan ketiga, siswa dipandu untuk mengenal cara memelihara lingkungan sekolah, tentang asal limbah dan jenis-jenis limbah. Pemandunya bisa saja guru sebagai fasilitator atau narasumber yang kompeten. Kegiatan ini juga diikuti dengan diskusi dan refleksi untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa.
Kegiatan keempat, siswa dapat mengetahui dampak limbah atau sampah yang terdapat di dalam lingkungan sekolah serta dapat merasakan langsung apa efek dari limbah yang tidak ditanggulangi dengan baik.
ADVERTISEMENT
Sekaligus pada bagian ini siswa dapat memberikan solusi terhadap cara menanggulangi limbah sampah tersebut. Kegiatan ini dilaksanakan pemberian materi, diskusi siswa tentang dampak limbah atau sampah yang terdapat di dalam lingkungan sekolah.
Kegiatan kelima, siswa dapat mengetahui tentang berbagai inovasi dan teknologi penanganan sampah. Dalam pelaksanaannya, fasilitator atau narasumber memberikan materi tentang inovasi dan teknologi dalam pengelolaan sampah.
Siswa dapat menemukan inovasi dan teknologi dalam pengelolaan sampah. Siswa mendiskusikan tentang inovasi dan teknologi pengelolaan sampah. Kegiatan ini juga diiisi dengan diskusi siswa tentang inovasi dan teknologi dalam pengelolaan sampah.
Kegiatan keenam, pembelajaran bertujuan agar siswa mengetahui bagaimana cara pembuatan pupuk dari limbah organic, cara pembuatan ecobrik dari limbah anorganik.
ADVERTISEMENT
Dalam pelaksanaannya, fasilitator atau narasumber memberikan materi tentang cara pembuatan pupuk organic, cara mengolah limbah anorganik (ekobrik) dengan membaca berbagai artikel yang berhubungan dengan kedua jenis limbah ini yang selanjutnya diikuti dengan penugasan.
Kegiatan 7-13. Kegiatan ini berupa praktikum siswa dalam bentuk aksi nyata yakni pengumpulan sampah di sekolah sekaligus memilah sampah organic dan anorganik dengan durasi waktu 8 jam pelajaran (kegiatan 7 dan 8). Selanjutnya terdapat kegiatan pencacahan sampah organic dengan durasi waktu 6 jam pelajaran (kegiatan 9).
Pada kegiatan selanjutnya yakni pengomposan dengan durasi waktu 3 jam pelajaran (kegiatan 10). Selanjutnya memotong-motong limbah/sampah anorganik dengan durasi 6 jam pelajaran. Pada kegiatan berikutnya yakni mengisi sampah anorganik ke dalam botol dengan durasi 6 jam pelajaran (Kegiatan 13).
ADVERTISEMENT
Selanjutnya, membuat karya dari ecobrik (kegiatan 14). Kegiatan terakhir yakni refleksi dan tindak lanjut. Pada kegiatan ini siswa merefleksikan pengalaman belajar mereka berkaitan dengan pengetahuan dan keterampilan yang didapatkan sepanjang kegiatan ini berlangsung.
Melalui kegiatan ini dengan durasi waktu 108 jam pelajaran, diharapkan efektif dan mampu mengatasi (mengurangi) kuantitas sampah di sekolah beserta efek negative yang ditimbulkan. Sekaligus membarikan pengetahuan, wawasan dan kesadaran siswa untuk lebih peduli terhadap panaganan sampah di sekolah. Hal ini dapat penulis gambarkan sebagai berikut.
ADVERTISEMENT