Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Ida Fiqriah, Kapten Pilot Perempuan Pertama Garuda Indonesia
14 April 2017 8:49 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:18 WIB
ADVERTISEMENT
Untuk pertama kalinya maskapai penerbangan nasional Garuda Indonesia miliki kapten pilot perempuan pertama. Dia adalah Ida Fiqriah. Wanita yang berusia 41 tahun ini mengawali karirnya sebagai penerbang sejak masih menempuh studi di PLP Curug, kini menjadi Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia (STPI) yang terletak di Tangerang, Banten.
ADVERTISEMENT
“Awal mula jadi penerbang saya dulu itu lulus SMA, saya melamar sekolah kedinasan di Curug. Saat itu disana belajar dua tahun, gelarnya Diploma II penerbang. Saat training pertama kali saya menggunakan pesawat Sundonwer C-23 Dan Viper Dakota 28,” ujar Ida saat ditemui di Gedung Garuda City Center, Tangerang, Kamis (13/4).
Pada tahun 2008, setelah lulus di PLP Curug, Ida mencoba melamar sebagai penerbang di Garuda Indonesia. Karirnya di maspakai yang tergabung dalam sky team tersebut dimulai sejak tahun 1999 sebagai FO (First Officer atau Co-pilot). Saat itu pesawat pertama yang ia terbangkan di Garuda adalah mulai dari Boeing B737-300/400/500, dan wide body Airbus A330-300/200.
“Saya seleksi di Garuda Indonesia, tahun 1998 saya dinyatakan lolos sebagai penerbang,” kata Ida.
ADVERTISEMENT
Momen yang paling berkesan buat Ida adalah ketika ia pertama kali menerbangkan pesawat saat menempuh pendidikan di Curug. Ketika ia menerbangkan pesawat di Garuda ia mengaku itu sudah menjadi hal yang biasa. Bahkan ia tidak lagi merasa canggung karena sudah di bekali dengan berbagai ilmu.
“Kita sudah dikasi pembekalan. Jadi ketika kita diberi pesawat yang sesungguhnya sudah tidak kaget. Kalau untuk excitingnya itu waktu pertama kali terbang di Curug. Karena itu adalah mungkin pertama kali terbang, mungkin orang lain pernah terbang sebagai penumpang. Seingat saya belum pernah waktu itu. Jadi itulah pertama kali saya terbang. Yang menakjubkan buat saya adalah besi bisa terangkat dengan daya mesin, oh ternyata aku terbang ya gitu,” kata Ida sambil tertawa.
ADVERTISEMENT
Kepada kumparan (kumparan.com) ia bercerita keinginannya untuk menjadi seorang penerbang, timbul ketika ia lulus dari bangku Sekolah Menengah Atas. Sebagai anak pertama dari empat bersaudara, saat itu ia berpikir sederhana, yaitu bagaimana caranya menemukan sekolah yang memiliki program beasiswa, lulusannya mudah diserap dan dibutuhkan banyak orang. Dan ia sangat bersyukur karena pilihannya tersebut didukung penuh oleh kedua orang tuanya yang berprofesi sebagai guru sekolah dasar.
“Orangtua membebaskan pilihan kepada anak-anaknya, selama anaknya bertanggung jawab atas pilihannya. Setiap orangtua pasti khawatir kepada anaknya-anaknya. Tapi mereka yakin ke anak-anaknya, anaknya bisa bertanggung jawab dan bisa berbuat baik," katanya.
Perempuan keturunan Betawi ini mengaku tidak memiliki tokoh spesial yang menjadi inspirasinya. Ia hanya mengidolakan para instrukturnya yang telah melatih dan mengajarinya untuk menjadi seorang penerbang.
ADVERTISEMENT
“Belum punya satu figure yang confirm gitu. Kalau sosok idola yaitu instruktur penerbang. Aku ambil sisi baik dari setiap kaptennya. Karena kita bisa melihat bagaimana dia menerbangkan pesawat, bagaiamana dia berinteraksi dengan sekitarnya,” katanya.