news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Nikmatnya Durian Kutai Barat dan Mandai, Si Kulit Cempedak Khas Kalimantan

Wahyuni
ASN, Penyuluh Sosial Pertama Dinas Sosial Prov. Kaltim
Konten dari Pengguna
18 Maret 2021 12:57 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Wahyuni tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Mandai goreng
zoom-in-whitePerbesar
Mandai goreng
ADVERTISEMENT
Setiap daerah memiliki buah-buahan yang berbeda, begitu pula di Pulau Kalimantan. Provinsi Kalimantan Timur sendiri yang memiliki luas wilayah daratan 127.267,53 km2, terkenal dengan berbagai jenis tanaman buah. Dua di antaranya adalah durian dan cempedak.
ADVERTISEMENT
Keduanya termasuk buah yang begitu digemari oleh banyak orang. Namun karena aromanya yang begitu tajam, ada sebagian orang yang tidak dapat menikmati kelezatan buah ini. Bahkan baru menciumnya saja mereka sudah mabuk.
Durian Kutai Barat
Saat ini di Samarinda “banjir” durian mulai berakhir. Penjual-penjual di pinggir jalan sudah jarang ditemui menuliskan durian Melak pada sebuah kardus dan meletakkannya dekat jualan mereka. Tulisan durian Melak merupakan penanda bahwa buah durian yang mereka jual berasal dari sebuah kecamatan di Kabupaten Kutai Barat.
Melak dapat ditempuh dari Samarinda dengan menggunakan transportasi darat dan air. Jika kita menempuh jalan darat, maka waktu yang dibutuhkan dari Samarinda ke Melak kurang lebih 8 jam dengan jarak sekitar 305 km. Sedangkan jika kita menyusurinya dengan kapal, maka dari Pelabuhan Sungai Kapal dan Barang Sungai Kunjang Samarinda ke Pelabuhan Melak diperlukan waktu tempuh kurang lebih 18 jam.
ADVERTISEMENT
Para pedagang buah durian Melak biasanya tidak hanya berasal dari Samarinda tapi banyak juga dari mereka yang berasal dari kota-kota di sekitarnya. Sebagian dari mereka adalah pedagang musiman yang hanya akan berjualan buah ketika musim durian telah datang.
Durian Melak biasanya dijual sudah dengan dengan harga borongan, tiga buah durian sudah diikat dan dibanderol harga Rp. 100.000,-. Jika kita beli satuan maka harga biasanya tergantung ukuran, antara Rp. 35.000,- sampai dengan Rp. 50.000,- per buah.
Sebenarnya penyebutan durian Melak tidaklah 100% benar, karena banyak juga daerah di Kabupaten Kutai Barat yang menghasilkan durian, seperti Long Iram, Nyuatan, Barong Tongkok dan Damai. Jadi, bisa saja tidak semua durian yang mereka jual murni berasal dari Melak, melainkan juga berasal dari daerah lain di Kutai Barat. Faktor iklim dan geografis Kutai Barat mempengaruhi keunggulan produk hortikultura ini.
ADVERTISEMENT
Asal muasal penyebutan durian Melak mungkin saja karena dahulu orang-orang hanya mengenal Melak, dan tidak mengenal daerah yang lain. Sehingga Kutai Barat diidentikkan dengan Melak dan sampai saat inilah nama itu melekat di masyarakat.
Meski demikian akhir-akhir ini masyarakat diimbau untuk lebih mengenalkan kata durian Kutai Barat daripada durian Melak. Penyebutan ini tentu saja lebih pas karena memang banyak daerah penghasil durian di Kabupaten Kutai Barat. Penyebutan ini diharapkan akan memberi dampak positif bagi daerah lainnya sebagai penghasil durian lokal.
Durian lokal di Kutai Barat sebagian tumbuh liar. Pohon durian biasanya tumbuh di hutan pinggiran sungai, pekarangan penduduk dan juga ladang.
Dalam artikel Bobby Lolowang, “Fakta di Balik Kenikmatan Durian Kubar yang Masyhur “ (2019, 31 Januari) disebutkan bahwa dilihat dari bentuknya, durian Kutai Barat memiliki berbagai macam bentuk, ada yang bulat, oval, segi belimbing, hingga persegi panjang. Durian Kutai Barat juga memiliki berbagai jenis, di antaranya adalah durian belimbing, durian buaya, durian bakul emas dan durian ketupat. Daging durian Kutai Barat yang paling menggoda untuk dinikmati adalah durian bakul emas, sesuai namanya warna durian ini kuning keemasan. Sedangkan durian yang aromanya paling harum adalah durian ketupat.
ADVERTISEMENT
Pada tahun 2019 Kabupaten Kutai Barat untuk pertama kalinya mengagendakan sebuah festival durian, dalam acara ini tidak hanya ada lomba makan durian, tapi juga lomba kuliner dengan cita rasa durian, bazar buah lokal dan beragam produk olahan durian.
Tahun 2020 Kabupaten Kutai Barat kembali berhasil mengadakan festival durian ii dengan meriah. Rencananya kegiatan ini akan dijadikan agenda rutin tahunan. Namun siapa sangka, tahun ini pandemi COVID-19 masih berlangsung, musim durian telah memasuki masa akhir panen, tidak ada tanda-tanda festival durian iii akan diadakan.
Cempedak alias Tiwadak
Musim durian biasanya akan diikuti dengan musim cempedak. Cempedak sepintas mirip seperti nangka. Namun cempedak biasanya lebih kecil, berbentuk lonjong dan ada kalanya bentuknya tidak beraturan. Kulitnya berwarna hijau kekuningan hingga kecoklatan dengan tekstur berbintik-bintik kasar dan tumpul. Yang khas adalah keharumannya, aroma cempedak sangat kuat seperti durian.
ADVERTISEMENT
Isi buah cempedak lebih kecil dan lembut dari nangka, licin dengan sedikit berserat. Warnanya ada yang kuning tua dan pucat. Jelas saja yang berwarna kuning tua lebih menggoda untuk dinikmati.
Orang Kalimantan menyebut cempedak dengan tiwadak. Umumnya tiwadak dijual satuan sesuai ukuran. Tiwadak dengan ukuran cukup besar dihargai sekitar Rp. 50.000,- per buah.
Cara Lain Menikmati Durian dan Cempedak
Di masyarakat Kalimantan sendiri pada umumnya durian tidak hanya dinikmati secara langsung. Durian diolah menjadi beberapa jenis masakan lainnya seperti lempok dan tempoyak.
Lempok ini mirip dengan dodol durian, memiliki cita rasa manis. Bahan yang diperlukan untuk membuat lempok, selain durian, tentu saja gula dan garam. Perlu waktu beberapa jam mengaduk bahan-bahan ini di atas kompor agar dapat menghasilkan tekstur yang kenyal dan tidak lengket.
ADVERTISEMENT
Sedangkan tempoyak adalah daging durian yang difermentasi. Cara membuatnya, daging durian dimasukkan dalam toples kedap udara dan diberi taburan garam. Ditutup rapat selama dua sampai tiga hari. Setelah itu tempoyak bisa langsung dinikmati dengan diolah menjadi sambal.
Lain durian, lain pula cempedak. Ketika musim cempedak seperti sekarang ini, penjual gorengan di Samarinda banyak yang menambahkan menu jualannya dengan sanggar cempedak. Sanggar cempedak adalah buah cempedak yang digoreng dengan campuran tepung terigu, garam, gula dan air. Resep ini sama halnya seperti kita membuat pisang goreng, hanya saja jenis buahnya yang berbeda.
Selain buahnya, biji cempedak bisa juga dinikmati dengan cara digoreng, direbus ataupun dibakar.
Uniknya, para penjual sanggar cempedak ada juga yang menjual kulit cempedak atau mandai. Mandai yang baru dibersihkan, cukup dijual dengan cara dikupas kulit luarnya hingga berwarna putih. Sedangkan mandai yang difermentasi, dijual dalam potongan kecil, direndam air garam dan dibungkus dalam kemasan plastik.
ADVERTISEMENT
Cara mengolah mandai cukup sederhana. Mandai dipotong sesuai selera, cuci bersih kemudian rendam dengan air garam kurang lebih 10 menit. Setelah itu, goreng dengan minyak panas sampai berwarna kecoklatan. Tiriskan, siap dinikmati sebagai lauk dengan nasi hangat dan sambal.
Sambal goreng mandai
Alternatif lainnya, mandai juga bisa diolah menjadi sambal goreng. Bahan dan cara pengolahannya mirip dengan sambal goreng pada umumnya. Mandai yang telah dicuci bersih dan direndam air garam, dipotong kecil-kecil lalu digoreng. Tumis bawang merah, bawang putih, cabe, dan tomat, setelah harum masukkan mandai yang telah digoreng. Beri garam dan gula, jika perlu tambahkan penyedap, daun salam, daun jeruk serta laos. Terus aduk hingga merata, jika telah harum, angkat dan siap dihidangkan.
ADVERTISEMENT
Bagi warga Kalimantan, tidak jarang mandai lebih diidamkan daripada buah cempedak itu sendiri. Menurut mereka mandai lebih enak daripada daging ayam ataupun sapi.
Nah, apakah anda tertarik untuk menikmati mandai? Silakan mencoba dan rasakan sensasinya.
Gambar buah cempedak. Sumber foto: Pixabay