news-card-video
6 Ramadhan 1446 HKamis, 06 Maret 2025
Jakarta
chevron-down
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna

Ketika Nilai Tertinggi Tak Menjamin Kelulusan: Menilik Ketimpangan Seleksi CPNS

Waliyadin
Dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Mahasiswa PhD di University of Canberra Australia
6 Maret 2025 10:12 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Waliyadin tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Tri Cahyaningsih salah satu peserta CPNS Kemenkumham tahun 2024 yang gagal meski nilai SKD tertinggi. (Instagram @kemenkumjateng)
zoom-in-whitePerbesar
Tri Cahyaningsih salah satu peserta CPNS Kemenkumham tahun 2024 yang gagal meski nilai SKD tertinggi. (Instagram @kemenkumjateng)
ADVERTISEMENT
Membaca berita gagalnya seorang buruh yang ikut peruntungan dalam gelaran seleksi CPNS terasa miris. Dia adalah Tri Cahyaningsih, buruh pabrik tekstil asal Boyolali dan lulusan SMA yang melamar CPNS Kemenkumham sebagai penjaga tahanan. Yang membuat sedih adalah karena dia kurang tinggi badan 0,5 cm dari syarat yang ditentukan. Nilai seleksi kompetensi dasar (SKD) yang bersangkutan sudah mencapai nilai maksimal bahkan meraih rekor dengan nilai SKD tertinggi di Jawa Tengah.
ADVERTISEMENT
Asa untuk bisa mengubah nasib menjadi lebih baik pun seakan pupus dan tidak tau kapan impian menjadi ASN akan terwujud. Seleksi CPNS meskipun telah dibuat seobjektif mungkin melalui tes berbasis komputer atau CAT nyatanya masih menyisakan ketidakadilan. Terlepas dari aturan yang sudah ditetapkan bahwa seorang calon pegawai negeri sipil yang bertugas menjaga tahanan harus memenuhi tinggi badan tertentu.
Pihak BKN telah menunjuk rumah sakit tertentu untuk menyeleksi kesehatan para peserta CPNS untuk melepaskan diri dari bias subjektivitas dari penyelenggara atau menghindari adanya permainan dari oknum tertentu. Tetapi apakah objektivitas dan integritas itu bisa benar-benar terjamin?
Seleksi CPNS tidak lepas dari manipulasi dan juga bias kepentingan. Banyak hal-hal diluar sepengetahuan BKN sebagai penyelenggara. Misalnya, formasi CPNS itu bisa dari awal di-setting supaya hanya orang-orang dalam yang bisa melamar. Artinya terkadang formasi CPNS itu bukan berdasarkan pada kebutuhan tetapi lebih pada kepentingan orang yang punya kuasa. Misalnya, seorang pejabat yang memiliki wewenang untuk menganalisis jabatan tidak benar-benar melakukan analisis secara jujur. Tetapi bisa juga mengakomodasi orang-orang dalam lingkaran kekuasaan untuk bisa masuk dan memenuhi syarat.
ADVERTISEMENT
Selain dari tahap administrasi, dalam seleksi kompetensi bidang (SKB) juga bisa dimainkan misalnya dengan mengakali supaya ada pihak-pihak tertentu yang akhirnya harus kalah karena ada orang dalam yang menyeleksi dengan cara saling lobi. Ada beberapa penguji wawancara dan praktik kerja yang akhirnya memberikan nilai yang lebih banyak dari pada peserta lain dengan alasan kedekatan. Praktik semacam itu jamak ditemui dan telah banyak peserta yang mencoba menggugat. Tetapi karena BKN hanya melihat secara objective nilai yang mereka terima dan tanpa mempedulikan praktik-praktik yang ada di belakangnya sehingga praktik curang semacam itu tidak terlihat.
Tapi memang begitulah, selain dari pada kuasa Tuhan untuk meluluskan seleksi CPNS ada juga campur tangan dari orang-orang yang punya kuasa. Tetapi apa yang saya sampaikan tentu juga bisa dibantah dan bisa dianggap tanpa memiliki bukti empiris. Tentu jika berpedoman pada angka-angka hasil tes, maka bukti empiris akan sulit didapatkan karena bukti yang sejati ada dalam hati dan integritas pihak-pihak yang punya kuasa tersebut.
ADVERTISEMENT
Kembali ke soal pegawai buruh yang gagal lulus CPNS padahal memiliki nilai SKD paling tinggi. Jadi, SKD itu jangan menjadi acuan terakhir bahwa seseorang mesti akan lulus dengan nilai SKD yang paling tinggi. Terbukti yang nilai SKD tertinggi bisa dikalahkan karena nilainya kurang dalam tes SKB. Sehingga, untuk bisa lulus CPNS harus benar-benar unggul dalam nilai SKD dan SKB nya. Tentu juga perlu melihat peluang yang ada, bagi sebagian jurusan atau kualifikasi pendidikan tertentu sangat sepi peminat, bahkan banyak yang kosong. Tetapi pada jurusan tertentu apalagi kualifikasi pendidikan yang masih rendah banyak sekali pendaftarnya. Mungkin inilah ketimpangan yang ada dalam seleksi CPNS. Pada formasi tertentu dengan syarat kualifikasi tertentu sangat mudah lulus karena tidak ada pesaing sehingga dengan nilai SKD yang rendah pun bisa lulus.
ADVERTISEMENT
Sedangkan dengan kualifikasi pendidikan yang masih dibawah tentu akan menghadapi saingan yang terlampau banyak. Sehingga tipsnya adalah cari jurusan kuliah yang jarang diminati sehingga ketika mendaftar CPNS tidak banyak saingannya. Atau raihlah gelar setinggi-tingginya sehingga ketika ada lowongan CPNS tidak banyak yang mendaftar. Namun saya kurang yakin juga.
Saran yang lain adalah mungkin perguruan tinggi perlu membuat jurusan khusus untuk CPNS yang kurikulumnya berisi latihan soal-soal CPNS. Kampus tidak perlu terlalu spesifik pada skill atau jurusan tertentu seperti yang ada seperti sekarang karena pada kenyataannya CPNS dituntut untuk serba bisa bahkan hal-hal yang di luar jurusan perkuliahannya. Tentu saran-saran tadi terkesan naif. Tetapi saya memberikan saran dengan gaya bahasa satire sehingga jangan dimaknai apa adanya.
ADVERTISEMENT
Jika tidak ingin terlalu kecewa, saya jadi teringat seorang teman yang menyarankan, jangan menggantungkan cita-cita terlalu besar menjadi ASN. Kalau ada pilihan yang lain upayakan dulu pilihan lain itu. Jika kita punya skills dan bisa berpotensi untuk menghasilkan uang dengan skills maka pilihlah itu. Misalnya, menjadi konten kreator. Menjadi konten kreator saat ini nampaknya lebih jauh sejahtera daripada menjadi ASN. Buktinya banyak juga ASN yang akhirnya resign dan memilih menjadi konten kreator.
Akhirnya, menjadi ASN atau PNS itu tidak semata-mata karena kita punya skills akademik yang bagus tetapi ada faktor-faktor lain yang tidak terlihat. Terlalu berambisi menjadi ASN terkadang justru berakibat pada kegagalan tetapi yang biasa-biasa saja terkadang lebih mudah menjadi ASN.
ADVERTISEMENT
Tetapi semua itu tidak bisa juga dipukul rata ya. Ada juga yang bekerja keras dan sangat berambisi kemudian menjadi ASN dan terbukti. Intinya, dalam segala hal perlu menahan diri untuk tidak berlebih-lebihan sehingga ketika menemui kegagalan tidak akan mengutuk kegagalan itu yang bisa berakibat buruk pada diri sendiri, misalnya depresi karena menyalahkan diri sendiri secara berlebihan. Diatas segala-galanya, manusia perlu berusaha tetapi takdir dan keputusan Tuhan itu mutlak adanya.