Konten dari Pengguna

Halal Bihalal sebagai Cermin Refleksi Diri bagi Pendidik

Wardokhi -
Dosen Tetap Universitas Pamulang FEB Program Studi Akuntansi Perpajakan D4 dan Praktisi
13 April 2025 10:59 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Wardokhi - tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Oleh: Wardokhi
Dosen Program Studi Akuntansi Program Sarjana Terapan
Setiap kali bulan Syawal tiba, ada satu tradisi khas yang tak pernah absen dari kalender kegiatan, terutama di lingkungan akademik: momen Halal Bi Halal. Bagi banyak orang, ini mungkin sekadar ajang kumpul-kumpul biasa, namun bagi saya, seorang pendidik, momen ini menyimpan makna yang jauh lebih dalam baik dari sisi religius, filosofis, maupun edukatif.
ADVERTISEMENT
Momen untuk Merenung sebagai Pendidik
Sebagai pendidik, kita sering kali terjebak dalam rutinitas mengajar, menilai, dan melakukan penelitian, sehingga tak jarang kita lupa untuk merenungkan peran kita di luar ruang kelas. Halal Bi Halal, dalam konteks ini, menjadi ruang yang membuka kesempatan bagi kita untuk memeriksa diri, memperbaiki kesalahan, dan membuka diri untuk saling memahami. Tradisi ini mengingatkan saya bahwa pengajaran sesungguhnya dimulai dari sikap kita sebagai pribadi, bukan hanya dari materi yang kita sampaikan.
Sumber: Dok Pribadi, momen saling bersalaman
Membangun Kebersamaan dalam Dunia Pendidikan
Terkadang, dunia pendidikan terlalu sibuk dengan urusan akademik tugas mengajar, ujian, dan penelitian hingga kita melupakan pentingnya kerjasama dan kebersamaan di antara sesama pendidik. Halal Bi Halal adalah waktu yang tepat untuk menumbuhkan kembali rasa kebersamaan itu. Pendidikan tak bisa berjalan baik tanpa adanya hubungan yang harmonis antar pendidik. Momen ini mengingatkan kita bahwa keberhasilan sebagai pendidik juga ditentukan oleh hubungan yang kuat di luar kelas, antara rekan sejawat, dan dengan mahasiswa.
ADVERTISEMENT
Kesempatan untuk Mereset Hubungan
Seringkali dalam keseharian kita terjebak dalam rutinitas yang membuat kita lupa untuk memperbaiki hubungan interpersonal. Halal Bi Halal memberi kesempatan untuk mereset hubungan tersebut. Dalam suasana yang penuh kehangatan dan keikhlasan, momen ini memungkinkan kita untuk memaafkan dan dipahami, serta melupakan kebencian dan kekecewaan yang tersembunyi. Ini adalah pengingat bahwa di dunia pendidikan, hubungan antar manusia jauh lebih penting daripada sekadar pencapaian akademik.
Keteladanan dalam Tindakan
Halal Bi Halal mengajarkan saya tentang pentingnya keteladanan dalam dunia pendidikan. Sebagai pendidik, kita tidak hanya mengajarkan pengetahuan, tetapi juga nilai-nilai moral dan etika. Saat kita berinteraksi dengan penuh ketulusan dalam tradisi ini, kita memberi contoh yang lebih dalam tentang kemanusiaan tentang saling memaafkan, pengertian, dan menghargai satu sama lain. Nilai-nilai ini tidak dapat diajarkan melalui buku atau ujian, tetapi melalui tindakan nyata dalam kehidupan sehari-hari.
ADVERTISEMENT
Menghargai Kesederhanaan dalam Profesi
Momen Halal Bi Halal juga mengingatkan saya tentang pentingnya kesederhanaan dalam menjalani profesi ini. Sebagai pendidik, kita sering kali dihormati karena jabatan atau posisi kita, namun penghormatan tersebut akan memudar jika tidak disertai dengan sikap rendah hati dan pengertian. Dalam tradisi ini, saya belajar bahwa penghargaan sejati datang dari seberapa tulus kita menghargai orang lain, tanpa memandang status atau jabatan.
Sumber: Dok. Pribadi Momen Halal Bi Halal
Halal Bi Halal Sebagai Ruang Refleksi
Halal Bi Halal bukan hanya sebuah perayaan. Ia adalah ruang jeda yang kita ciptakan di tengah hiruk-pikuk rutinitas untuk menurunkan ego dan menyapa dengan hati. Momen ini mengajarkan kita bahwa, seberapa pun tinggi jabatan atau pencapaian seseorang, semua itu tak akan berarti tanpa hubungan yang harmonis dengan sesama. Dalam dunia pendidikan, ini adalah pelajaran penting: karakter dan etika tak kalah penting dari kompetensi dan pengetahuan.
ADVERTISEMENT
Budaya Silaturahmi dalam Konteks Akademik
Dari sudut pandang awam, Halal Bi Halal adalah bentuk nyata dari budaya Indonesia yang luhur dalam membangun silaturahmi dengan cara yang santun dan kolektif. Tradisi ini bukan hanya sekadar formalitas maaf-memaafkan, tetapi juga tentang merawat hubungan antarindividu dengan kesadaran emosional. Tanpa disadari, kegiatan ini juga merupakan “pendidikan karakter” dalam bentuk yang paling natural dan mengajarkan kita untuk menghargai perasaan orang lain.
Sinergi dalam Dunia Akademik
Di dunia akademik, Halal Bi Halal menjadi simbol sinergi. Momen ini menjadi waktu di mana para dosen yang biasanya sibuk dengan tugas mengajar, menilai, dan penelitian, berkumpul dalam suasana yang egaliter. Tidak ada sekat antara dosen senior dan junior, struktural dan fungsional, yang ada hanyalah manusia yang saling menyapa, saling menguatkan, dan saling mendoakan.
ADVERTISEMENT
Halal Bi Halal: Lebih dari Ritual, Lebih dari Sekadar Tradisi
Halal Bi Halal bukanlah ritual kosong. Ia adalah jembatan untuk membangun kembali semangat bekerja, menyelaraskan tujuan, dan memperbaharui niat. Momen ini mempertemukan hati yang mungkin sempat lelah dan menguatkan kembali tekad kita bahwa sebagai pendidik, kita ada bukan hanya untuk bekerja, tetapi juga untuk mengabdi dan memberi arti.
Refleksi Stoikisme dalam Halal Bi Halal
Jika kita melihatnya dari sudut pandang Stoikisme, tradisi Halal Bi Halal memberikan ruang nyata untuk melatih prinsip-prinsip yang diajarkan oleh filsafat kuno ini yaitu mengendalikan diri dan menerima dengan lapang dada. Stoikisme mengajarkan kita untuk mengelola emosi dan tidak membiarkan perasaan seperti kemarahan atau dendam menguasai diri. Halal Bi Halal adalah waktu yang tepat untuk melepaskan perasaan negatif dan menggantinya dengan kebajikan.
ADVERTISEMENT
Mengelola Emosi, Menerima Ketidaksempurnaan, dan Merawat Relasi adalah prinsip-prinsip Stoik yang hadir dalam setiap momen Halal Bi Halal. Ini adalah latihan untuk fokus pada saat ini, melepaskan masa lalu, dan menjalani hidup dengan hati yang lebih tenang dan penuh pengertian.
Kesimpulan: Halal Bi Halal sebagai Momen Pembelajaran yang Terus Berlanjut
Pada akhirnya, Halal Bi Halal adalah kesempatan untuk kembali ke sumber yang lebih dalam, menyambung kembali apa yang sempat terputus, dan memperbaiki apa yang belum sempurna. Sebagai pendidik, kita harus terus belajar dan berkembang. Momen ini, meskipun sederhana, memiliki makna yang sangat besar dalam perjalanan kita, baik sebagai pendidik maupun sebagai manusia.