Mengapa Hutan Arjuno Begitu Penting?

Konten Media Partner
13 Oktober 2019 15:46 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Repro lukisan Festival Arjuno
zoom-in-whitePerbesar
Repro lukisan Festival Arjuno
ADVERTISEMENT
Pegunungan Arjuno-Welirang-Ringgit terbakar hebat kali ini. Siapa yang peduli?
Oleh M. Asad
ADVERTISEMENT
SUDAH menjadi kebiasaan di sebagian kita, baru menyadari adanya kesalahan tatkala hal buruk terjadi. Itulah kenapa penyesalan datangnya belakangan. Sesal tiba, setelah petaka itu tiba, yang akhirnya membuat semuanya tanpa guna.
Sudah menjadi kebiasaan pula di sebagian kita untuk bisa mengambil pelajaran dari setiap hal buruk terjadi. Kendati pun dari setiap peristiwa menyimpan sejuta hikmah, toh nyatanya kecil dari sebagian kita bisa mengambil pelajaran itu. Walhasil, peristiwa yang sama terus terulang. Hingga berulang-ulang.
Sudah menjadi kebiasaan di sebagian kita, menganggap kecil persoalan serius. Sekalipun apa yang dianggap kecil, akan membawa dampak yang lebih besar. Dan ketika itu terjadi, ujungnya adalah sesal yang datang belakangan.
Sudah menjadi kebiasaan di sebagian kita, kurang atau bahkan tidak cermat memandang persoalan. Padahal, cermat memandang persoalan merupakan kunci.untuk mencari jalan keluarnya. Hingga ke akar persoalannya.
ADVERTISEMENT
***
Pegunungan Arjuno-Welirang (sengaja saya sebut pegunungan karena ada banyak jajaran gunung) untuk ke sekian kalinya kembali terbakar.
Sayangnya, jika dibandingkan dengan rangkaian kebakaran yang terjadi sepanjang musim kemarau saat ini, ini merupakan yang terparah.
Pihak UPT Tahura (Taman Hutan Raya) R. Soerjo dan Perhutani bukannya tanpa upaya. Tapi, terjangan angin disertai cuaca yang begitumasih menyengat membuat mereka seolah tak berdaya. Api terus membakar kawasan hutan ini bertubi-tubi.
Merujuk data Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional (LAPAN), setidaknya terdapat 12 titik api yang kini menghanguskan ratusan, atau bahkan ribuan hektare lahan di pegunungan Arjuno-Welirang.
Sampai saat ini, kabakaran masih terus berlangsung.
Terhitung dalam sepekan ini, si jago merah sudah menghabiskan hampir separo hutan di Gununh Ringgit. Api yang bermula dari lembah antara Ringgit-Arjuno, kian bergerak turun, menjauhi daerah puncak. Bukan karena berhasil dijinakkan, melainkan lahan di sekitar puncak sudah habis lebih dulu.
ADVERTISEMENT
Jejaknya pun bisa disaksikan dari Jalan Raya Surabaya-Malang. Garis api yang terus menjalar, melingkari punggung gunung memperkuat kesan betapa parahnya kebakaran kali ini.
Hampir semua bagian gunung dari deretan pegunungan Arjuno, Welirang, Ringgit, Lincing, Anjasmoro, dilahap habis si jago merah.
Celakanya, meski kebakaran yang berlangsung cukup parah, nyaris tidak terdengar satu pernyataan pun dari otoritas setempat yang bisa dimaknai bahwa ini merupakan peristiwa penting untuk segera ditangani.
Alih-alih menunjukkan komitmen untuk bersama-sama mengatasi peristiwa ini, Pemkab Pasuruan justru tetap sibuk “berpesta” merayakan hari jadi kabupaten.
Pasuruan adventure off-road tahun 2019
Yang mencolok, adalah gelaran jip offroad Arjuno, yang mengambil rute hingga ke bagian dalam hutan Gunung Arjuno.
Meski sudah diagendakan sejak lama, menggelar acara “main-main” di Arjuno adalah kebangeten. Betapa tidak, kegiatan ini digelar saat para relawan tengah berjibaku berupaya memadamkan api.
ADVERTISEMENT
Pemkab, utamanya panitia hari jadi seolah tidak memiliki sense of crisis atas musibah kebakaran yang terjadi di Arjuno-Ringgit. Padahal, jilatan api, kepulan asap, tampak nyata di depan mata.
Membatalkan kegiatan, bisa jadi tidak mungkin. Tetapi, mengubah rute paling tidak masih memungkinkan untuk dilakukan. Apalagi, ada force majeur yang bisa menjadi alasannya.
Tahu kenapa hutan Arjuno-Welirang begitu penting dan selayaknya mendapat perhatian lebih untuk diselamatkan?
Karena ia tempat bergantung hidup sebagian besar masyarakat Jawa Timur. Arjuno-Welirang adalah catchment area untuk memasok air bagi kebutuhan warga di Jatim.
Tahun 1999 lalu, sekitar 15,3 juta penduduk Jatim tinggal di sekitar Kali Brantas yang berhulu di Arjuno. Keberadaan Brantas juga mampu menjadikan Jatim sebagai lumbung padi nasional dengan kontribusi 25 persen hasil panen nasional melalui irigasi dari Kali Brantas.
ADVERTISEMENT
Belum lagi soal kebutuhan air minum. Sebagian besar usaha air minum, entah dalam bentuk kemasan atau curah, mengandalkan pasokan airnya dari cacthment Arjuno.
Bayangkan jika hutan disana habis terbakar hingga membuat sistem hidrologi terganggu?
Begitulah kita. Sebagian dari kita memang tak pernah menganggap kebakaran hutan sebagai peristiwa besar sebelum merasakan dampak besarnya.
Seperti yang terjadi saat ini. Sebagian dari kita, menganggap kebakaran hutan Arjuno adalah hal biasa. Bukan masalah serius.
Mungkin, mungkin saja mereka ini baru akan sadar betapa seriusnya peristiwa ini setelah Arjuno tak lagi mampu menyimpan air. Dan, itu berarti ancaman kekeringan semakin menjadi-jadi. Kalau ini mungkin agak lama.
Yang lebih dekat, mereka ini mungkin baru akan percaya ketika Arjuno, Welirang, atau Ringgitnya memuntahkan lahar dinginnya sisa abu dari lahan yang terbakar.
ADVERTISEMENT
Mungkin berlebihan. Tapi, mungkin juga tidak. Karena kita punya pengalaman. Pengalaman kejadian banjir bandang antara 2007-2008 silam.