Ngobrol Bareng Gubernur Terpilih Khofifah Indar Parawansa

Konten Media Partner
25 Juli 2018 11:56 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ngobrol Bareng Gubernur Terpilih Khofifah Indar Parawansa
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Khofifah Indar Parawansa, saat berada di rumahnya di kawasan Jemursari, Surabaya. Foto: M Asad Asnawi.
ADVERTISEMENT
Jawa Timur akhirnya punya pemimpin baru. KPU setempat menetapkan pasangan Khofifah Indar Parawansa-Elistianto Dardak sebagai pasangan gubernur dan wakil gubernur terpilih pilgub Jatim untuk masa bhakti 2018-2023.
Khofifah menumbangkan dominasi Saifullah Yusuf yang pada dua Pilgub sebelumnya menjegalnya. Kini, sambil menunggu jadwal pelantikan, alumni FISIP UNAIR Surabaya itu, telah menyiapkan sejumlah agenda untuk masa kepemimpinan lima tahun ke depan. Apa saja itu?
Berikut petikan obrolan jurnalis wartabromo.com, dengan gubernur terpilih, Khofifah Indar Parawansa di kediamannya di kawasan Jemursari, Surabaya, Jawa Timur.
Laporan: M. Asad Asnawi
WartaBromo : Apa kabar Bu Khofifah?
ADVERTISEMENT
KHOFIFAH : Alhamdulillah baik. Ini tamu gak selesai-selesai. Pada datang terus. Sampai-sampai, ada seorang ibu-ibu yang datang sendirian naik bis ke sini. Kalau ditolak kan tidak mungkin. Jauh-jauh mereka datang, sudah susah nyewa kendaraan untuk datang rombongan.
WartaBromo : Dengan tamu yang hampir tidak ada jeda, bagaimana Bu Khofifah mengatur waktu, antara istirahat, menemui tamu, dan juga memantau proses rekapitulasi yang sedang berjalan?
KHOFIFAH : Saya yang membatasi diri saya. Mengatur sendiri. Jadi, setiap dua jam sekali, saya harus masuk ke dalam. Itu harus. Saat di dalam itu pula, saya memantau, menelepon sana-sini untuk memantau proses perhitungan. Untuk istirahat, sejak pemungutan suara, tidur saya tidak lebih dari dua jam.
ADVERTISEMENT
WartaBromo : Hasil perhitungan cepat kali ini menempatkan Bu Khofifah sebagai pemenang Pilgub kali ini. Bagaimana tanggapan Bu Khofifah? Apakah sudah ada telopon atau sekadar ucapan selamat dari rival?
KHOFIFAH : Biasa saja. Bagi saya, ini adalah amanah yang harus saya jalankan dengan baik. Saya mohon doanya. (Khofifah tersenyum). Mmm, mungkin saja beliau telepon, tapi pas saya lagi sibuk terima tamu. Jadi kan tidak dengar (Khofifah kembali tersenyum).
WartaBromo : Dua kali gagal di Pilgub, apa yang membuat Bu Khofifah maju untuk kali ketiga? Padahal, dalam waktu yang sama, Ibu juga menjabat sebagai Menteri Sosial?
ADVERTISEMENT
KHOFIFAH : Ini pertanyaan lama yang terus diulang-ulang. Saya bukan orang yang mencari kekuasaan. Tapi, bagaimana bekerja untuk umat. Dulu, saya pernah diajak Umroh sama Gus Dur (Mantan Presiden keempat Abdurrahman Wahid, Red) bersama rombongan 9 orang. Saat di Multazam, saya sempat tanya, doa apa yang Gus Dur panjatkan? Lalu dijawab minta rezeki yang banyak. Saya tanya lagi untuk apa? Lalu dijawab oleh beliau untuk umat agar tidak terperangkap dengan kemiskinan. Dan doa yang sama beliau panjatkan ketika berada di Madinah.
Pengalaman saya di Kementerian Sosial, setidaknya bisa menjadi bekal bagaimana upaya pengentasan kemiskinan itu bisa terus didorong. Ini pula yang mendorong saya untuk kembali ke jalan itu (maju di Pilgub).
ADVERTISEMENT
WartaBromo : Jawa Timur merupakan daerah yang dinamis, dengan segala persoalan yang melingkupinya. Setelah dilantik, apa yang pertama Bu Khofifah lakukan?
KHOFIFAH : Ada banyak sebenarnya persoalan. Pendidikan, kemiskinan, ketimpangan sosial menjadi salah satu prioritas untuk ditangani. Karena data yang kami punya, ketimpangan-ketimpangan itu terus meningkat.
Untuk ini, saya sudah bentuk tim navigasi yang komposisinya dari berbagai latar belakang berbeda. Anggotanya 15 orang lebih. Salah satu tugasnya adalah menginventarisasi semua problem-problem yang ada di masyarakat. Kemiskinan, pendidikan, infrastuktur dan lain sebagainya. Jadi saya memang ingin menarik semua energi positif yang ada di Jawa Timur.
Ke depan, setelah pelantikan, tim navigasi ini akan kita arahkan sebagai tim transisi. Makanya, tadi juga ada rombongan dari teman-teman kampus. Ini yang kedepan akan coba kami sambungkan, bagaimana antara pemerintah dan pihak kampus terjalin sinergi, tidak jalan sendiri-sendiri. Karena sampean tahu, untuk persoalan IPM (Indeks Pembangunan Manusia) Jawa Timur misalnya, terendah dari provinsi di Jawa. Kaget kan? Ini yang perlu Anda ketahui. IPM kita, lebih rendah loh dibanding Provinsi Banten. Itu data 2017 loh.
ADVERTISEMENT
WartaBromo : Satu hal yang juga kerap menjadi polemik di daerah-daerah adalah sektor pendidikan. Termasuk di dalamnya adalah soal status GTT (guru tidak tetap). Bagaimana Bu Khofifah menanggapi ini?
KHOFIFAH : Begitu, satu yang terpenting bahwa kita harus berpikir soal NKRI. Ketika semua didasarkan pada NKRI, maka, pola pikirnya adalah bagaimana mencari problem solving, mencari solusinya. Kalau soal GTT, memang harus ada promosi. Tidak semua sekolah boleh mengangkat GTT. Harus ada proporsinya. Misalnya, sekolah yang boleh mengangkat GTT itu seperti apa, berapa dibanding berapa. Harus juga ada standarnya. Tidak boleh ada GTT dengan gaji dibawah UMK, kan kayak gitu. Jadi, mulai dari perencanaan sampai rekrutmen gurunya harus sudah terkomunikasikan. Bisa jadi, antar daerah nanti tingkat kesejahteraannya berbeda. Yang terpenting, tidak boleh lebih rendah dari UMK.
ADVERTISEMENT
WartaBromo : Bagimana dengan program sekolah gratis?
KHOFIFAH : Kalau ada sekolah yang mampu memenuhi gaji GTT, berarti itu sekolah mampu. Jadi harus dibedakan. Tidak semua di-cover Pemprov, memang berapa duitnya Pemprov itu. Setelah itu dilihat kembali. Kita punya program Gistas, yakni sekolah gratis berkualitas. Dan semua ada itungannya. Yang gratis itu yang mana? 40 persen terbawah. Kalau kita gratiskan 100 persen, bukan hanya nggak ada duitnya, tapi juga tidak fair karena ada sekolah yang mampu. Wong wes berlebih-lebih kok disubsidi, kan tidak benar itu. APBD Provinsi itu cuma 1,49 dari total PDRB. Kecil itu.
Bagaimana kalau kita bikin kayak Supersemar (program beasiswa yang populer di era Soeharto, Red). Kita punya banyak perusahaan. Jadi, koorporasi-koorporasi itu nanti kita undang. Kita tanya satu-satu, mereka punya duit berapa untuk membantu meringankan biaya pendidikan anak-anak kita. Jadi mereka akan menjadi bapak asuh bagi anak-anak yang ingin sekolah lebih tinggi. Tapi tetep, acuannya adalah 40 persen yang tidak mampu itu.
ADVERTISEMENT
WartaBromo : Masyarakat Jatim hampir pasti bakal memiliki pemimpin baru. Nah, ada sejumlah persoalan yang belum mampu diselesaikan pemerintahan sebelumnya dan masih menjadi PR hingga kini. Sebut saja soal nasib para pengungsi Syiah di Sidoarjo, yang hingga kini belum bisa kembali ke rumahnya. Apa langkah Bu Khofifah soal ini?
KHOFIFAH : Saya sudah sungkem ke Mbah Mun (KH. Maimun Zubair, tokoh NU di Jawa Tengah). Pesan beliau, sing rukun, sing guyub. Beliau meminta agar saya membawa Jawa Timur lebih rukun. Semua elemen yang ada di dalam, diajak terlibat. Termasuk soal pengungsi Syiah di Sidoarjo. Saya sudah komunikasi dengan para pihak. Khususnya dengan “komandan-komandan” di Madura. Semua kami ajak diskusi untuk menyelesaikan persoalan ini. Kemarin sudah saya diskusikan. Tapi kan tidak bisa semua saya buka disini, hehehe.
ADVERTISEMENT
WartaBromo : Proses pelantikan ini kan masih lama. Kira-kira, Bu Khofifah mau ngapain sambil menunggu jadwal pelantikan itu tiba?
KHOFIFAH : Jangan ditanya seperti itulah. Banyak hal kan yang bisa dilakukan. Kayak saya ini pengangguran saja, hehehe…
WartaBromo : Setelah dilantik nanti, Bu Khofifah rencana tinggal dimana? Menempati Grahadi atau tetap di sini?
KHOFIFAH : Sepertinya tetap di sini. Anak-anak yang minta. Terutama anak nomor dua. Anak-anak tidak mau kalau saya pindah ke sana (Grahadi). Mungkin karena ini tanah warisan ya, jadi mungkin anak-anak lebih kuat hatinya kalau tetap di sini. Kan ini dulu kampung. Depan-depan situ dulu sawah-sawah. Jadi masih banyak pohon-pohon gitu.
ADVERTISEMENT