Soal Salam Lintas Agama, Ini Kata Warga Kota Probolinggo

Konten Media Partner
13 November 2019 10:47 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Soal Salam Lintas Agama, Ini Kata Warga Kota Probolinggo
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Himbauan soal salam lintas agama yang dicetuskan MUI Jatim, menjadi perbincangan hangat di Kota Probolinggo. Sebagian besar masyarakat menyayangkan statement tersebut, lantaran dianggap sebagai diskriminasi dan berpotensi memecah belah persatuan antar umat beragama.
ADVERTISEMENT
Generasi milenial setempat menganggap larangan salam lintas agama sebagai bentuk ketidak dewasaan Islam Indonesia. Khususnya dalam semangat kebangsaan dan merangkai kebhinekaan.
“Apalagi Indonesia sebagai negara muslim terbesar didunia. Harus menjadi percontohan toleransi bagi negara-negara lain,” kata salah satu warga Kota Probolinggo, Rahmad Soleh, Selasa (12/11/2019).
Mantan Pengurus DPD GMNI Jatim Periode 2016-2018 ini menilai, kekhawatiran Allah SWT akan murka jika mencampuradukkan salam, merupakan hal yang sangat berlebihan.
“Pengucapan salam lintas agama adalah bentuk saling menghormati antarumat beragama. Salam ini pulalah yang menjadi perekat antar agama yang satu dengan yang lain. Salam lintas agama juga bagian dari implementasi sila ‘Persatuan Indonesia’, butir ketiga Pancasila, dalam sendi-sendi kehidupan,” ujarnya.
Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kota Probolinggo, Abdul Halim mengatakan, sejauh ini pihaknya masih ragu akan pernyataan MUI Jatim itu.
ADVERTISEMENT
“Sebab itu kan dalam bentuk tausiah. Di manapun, jika hanya tausiah bisa. Perlu ada ketegasan dari MUI. Kalau memang dilarang ya dilarang, kalau tidak ya tidak, harus ada dasar-dasarnya,” katanya, dihubungi melalui sambungan selular.
Halim menyebut, sampai saat ini pihaknya selaku Ketua FKUB masih akan tetap menggunakan salam lintas agama. Untuk menghormati pemeluk agama lain. Hal itu sesuai dengan kaidah islam sebagai agama yang menghormati keberagaman.
“Namun seandainya di fatwa-kan, saya sendiri setuju. Secara pribadi saya juga mau menjaga keutuhan agama saya. Makanya harus ada ketegasan dari MUI soal ini. Jangan abu-abu, karena malah memicu polemik,” tandasnya.