Tempat Prostitusi Berkedok Warung Kopi di Probolinggo Disegel

Konten Media Partner
29 Agustus 2019 10:41 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tempat Prostitusi Berkedok Warung Kopi di Probolinggo Disegel
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Tempat prostitusi berkedok warung kopi di Klerkeran Desa Klampokan, Kecamatan Besuk, Kabupaten Probolinggo, ditutup petugas Satuan Polisi Pamong Praja (PP) Kabupaten Probolinggo, Rabu (28/8). Penutupan warung 'esek-esek' ini dipastikan permanen dan dijamin tak akan buka kembali.
ADVERTISEMENT
Warung kopi milik SY (33 tahun) itu ditutup oleh petugas dengan cara memasang banner penyegelan. Langkah terakhir ini dilakukan setelah pemilik warung tidak mau menaati sejumlah peringatan dan didapati menyediakan wanita pekerja seks.
“Peringatan tersebut tidak dihiraukan oleh pemilik warung. Meskipun sudah kami razia beberapa kali. Sehingga kami bersama dengan petugas yang lainnya menutup tempat ini,” kata Mashudi, Kasi Operasi dan Pengendalian (Opsdal) Satpol PP Kabupaten Probolinggo, Rabu (28/8).
Ia juga menjamin warung di Klerkeran tersebut tidak akan beroperasi lagi. Pemilik warung pun sudah menandatangani surat pernyataan di atas materai.
“Kalau kembali beroperasi, maka kami (Satpol PP) bersama dengan perangkat desa lainnya sepakat untuk membongkar tempat yang sudah disegel ini,” kata Mashudi.
ADVERTISEMENT
Warung kopi remang-remang di Klerkeran sudah beroperasi sejak tahun 80-an. Tempat itu sering kali dirazia oleh Satpol PP, mau pun Polres Probolinggo. Namun, pemiliknya selalu lolos dari jeratan hukum. Bahkan, peringatan petugas diabaikan. Begitu hari ini dirazia, besoknya beroperasi lagi.
“Tempat bekas lori tebu tersebut mendapatkan protes dari masyarakat dan para tokoh desa. Tadi sudah tanda tangan. Lagi pula, saya jamin kalau tempat ini, tidak akan buka dan tidak akan pernah beroperasi lagi sampai hari kiamat,” tegas Kepala Desa Klampokan, Doni Sandi.
SY, selaku pemilik, mengaku kalau dirinya terpaksa menyewa tempat untuk dijadikan bisnis esek-esek. Dalihnya adalah terdesak untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari dan tidak ada faktor lain.
“Hanya karena kebutuhan sehari-hari, untuk makan dan yang lainnya. Kalau wanitanya cuma ada dua orang saja, sekali main cuma Rp 70 sampai Rp 100 ribu,” ujar wanita asal Kecamatan Tiris, Kabupaten Probolinggo, itu.
ADVERTISEMENT