Konten dari Pengguna

Urgensi Politik Gagasan

Polinus Waruwu
Penulis Merupakan Alumni Universitas Darma Agung Medan
26 Juni 2024 18:45 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Polinus Waruwu tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi: Politik Gagasan (Pixaby.com/Leonhard_Niederwimmer
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi: Politik Gagasan (Pixaby.com/Leonhard_Niederwimmer
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Politisi yang memutuskan memproduksi ide dan pemilih yang memutuskan untuk mengonsumsi ide dan gagasan tersebut. Selayaknya demokrasi semakin bertumbuh dan praktek demokrasi transaksional kian hari semakin terkikis.
ADVERTISEMENT
Pesta demokrasi bukan sekedar arena perburuan kekuasaan tetapi upaya pendistribusian keadilan. Mengedepankan gagasan untuk merawat Indonesia sebagai kepentingan jangka panjang dibanding kepentingan seseorang (conflict of interest).
Situasi dan kondisi politik kita jauh tergerus dari nilai-nilai demokrasi. Dimana, pemilu merupakan mekanisme untuk melahirkan pemimpin yang berintelektual dan bermoralitas berujung sekedar mobilitas untuk melanggengkan kekuasaan elit. Suatu keniscayaan memang demokrasi saat ini, menjadi anak yang tak dapat bertumbuh di tangan orang tua yang salah.
Untuk itu, perlu mencari obat penawar (antidote) supaya politik demokrasi tidak menjadi musibah akibat lahirnya pemimpin yang kakostokrasi dari mekanisme pemilu yang tidak berdasarkan politik gagasan.
Politik gagasan (politics of idea) merupakan siklus politik yang di bangun atas dasar ide yang out of the box tentang kemajuan dan kesejahteraan. Politik ini menghindari praktik yang merusak marwah pemilu sebagai pilar demokrasi untuk menghasilkan pemerintahan akal melalui pemerintahan orang. Sehingga esensi politik demokrasi dapat terwujud dalam upaya menjamin ketersediaan ruang bagi setiap warga negara untuk berekspresi dan mengartikulasikan hak-hak politiknya tanpa represi dan intimidasi.
ADVERTISEMENT

Karakter Politisi Saat Ini

Bangsa ini harus sesegera mungkin merevitalisasi politik gagasan supaya politik demokrasi kita tidak berangsur-angsur mundur dari khittahnya. Peran para politisi menjadi sangat vital untuk memformulasikan politik yang berbasis ide dan gagasan. Akan tetapi masih banyak politisi yang tidak peduli betapa urgensinya penyakit demokrasi kita akibat politik yang tidak beretika dan substantif.
Politisi yang berpaham nasionalis akan terus berikhtiar menjaga bertumbuhnya demokrasi dengan menggaungkan politik ide. Sedangkan mereka yang berpaham kapitalis terus berupaya melalui pengorbanan yang terbatas dapat memperoleh keuntungan yang signifikan bagi kepentingan pribadi dan kelompoknya.
Dalam pertarungan politik yang berlangsung dalam arena demokrasi Indonesia terdapat dua jenis politisi yang kita temui. Politisi tersebut bermentalitas kapitalis di antaranya:
ADVERTISEMENT
Pertama, kapital ekonomi (finansial). Mereka yang membudayakan demokrasi transaksional atau jual beli suara. Finansial menjadi tolak ukur untuk menggaet suara rakyat sehingga esensi politik sebagai pertarungan gagasan hancur lebur. Dalam praktik demokrasi transaksional ini, suara rakyat tidak menjadi simbol aspirasi melainkan komoditas yang di tukar dengan uang atau barang seperti sembako.
Para politisi ini menjadi demagog yang agitator. Alih-alih berada di garis aspirasi rakyat padahal semua itu dilakukan demi kepentingan sepihak. Mereka mempunyai jargon untuk memberikan janji manis agar dipilih rakyat bahkan dengan eksitensi politiknya sering mengatas namakan rakyat untuk mengeruk keuntungan.
Fenomena ini sangat di sayangkan karena para politisi berinisiatif untuk mempraktekkan aktivitas tersebut. Seharusnya mereka menjadi garda terdepan untuk memutus rantai kemunduran demokrasi. Akan tetapi politisi yang bermentalitas kapital ekonomi memanfaatkan situasi ekonomi masyarakat rendah sekedar untuk meningkatkan eletabilitas dan popularitas.
ADVERTISEMENT
Kedua, kapital budaya (keahlian dan kecerdasan). Sangat jarang kita temukan para politisi yang bermentalitas seorang pemikir yang mengedepankan ide dan gagasan. Misalkan para politisi pendahulu sperti Sutan Syahrir sebagai tokoh politikus bersih yang melahirkan bangsa ini berpolitik dengan gagasan jelas dan matang. Mungkin ada intrik dalam politik yang mereka jalankan, tetapi gagasan tetap dipelihara dalam suasana berdemokrasi.
Karena para politisi seyogyanya mendesain suatu gagasan yang substantif untuk kemajuan bangsa. Politisi yang memahami akan identitasnya sebagai individu yang berpikir rasional, tentu tidak berorientasi pada pemikiran yang praktis, sempit dan instan. Harus memiliki idealisme Bonum Commune yang mampu di raih lewat perjuangan progresif dan murni.

Gagasan Politik

Dalam sistem politik demokrasi gagasan menjadi pembuluh darah yang tidak bisa di tiadakan. Seberapa fundamental dan efesien gagasan itu di bangun akan menjadi tolak ukur kualitas dari politik yang dilaksanakan.
ADVERTISEMENT
Gagasan dalam berpolitik manjadi mercusuar untuk menakhodai bangsa ini berlabuh ke dermaga kejehateraan dan kemakmuran. Politik gagasan dapat menawarkan ide masa depan yang mampu dijalankan. Jangan berbicara menyentuh awan yang tidak berpijak pada bumi.
Iden dan gagasan menjadi garis landasan (baseline) untuk program-program selanjutnya. Nuansa politik bermartabat menjadi landasan utama untuk mencerdaskan rakyat tanpa strategi finansial. Sehingga rakyat menjadi cerdas tentang esnsi politik yang sama sekali tidak berbasis materialisme.
Sebelum penulis akhiri ada bagian yang perlu dipertanyakan, apakah para politisi mampu melahirkan politik gagasan dalam perhelatan pemilu yang akan datang? Kita berharap semoga masih ada politikus berhati nurani yang berpikir kritis sehingga kontesta pemilu kita menjadi politik yang demokratis.
ADVERTISEMENT