Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.9
Konten dari Pengguna
Konstruksi Peran Gender dan Kesetaraan Gender pada Masyarakat di Perkotaan
27 Oktober 2023 16:59 WIB
Tulisan dari Najwa Manar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Sosialisasi gender adalah sebuah tendensi bagi kedua gender untuk diperlakukan secara berbeda. Laki-laki dibesarkan untuk memiliki peran gender sebagai laki-laki dan perempuan dibesarkan untuk memiliki peran gender sebagai perempuan (Nurwahyuni, 2015). Secara umum, orang tua di Indonesia mengajarkan perbedaan peran antara anak laki-laki dan perempuan, baik secara langsung, maupun secara tidak langsung. Seperti yang diungkapkan seorang penulis (Meece & Daniels, 2007):“Children have already learned a great deal about gender roles before they enter school”. Anak laki-laki akan dimintai tolong dalam hal-hal tertentu saja, bahkan seringkali tidak diberi tanggung jawab dan dibiarkan bermain. Sementara anak perempuan, mereka dimintai tolong untuk mengerjakan pekerjaan rumah seperti mencuci piring, mengepel, dan menyapu.
ADVERTISEMENT
Kepercayaan tradisional tentang peran gender masih dipegang oleh banyak individu dalam masyarakat sebagai standar atau norma sosial atau standar baku. Inilah mengapa hal ini menjadi masalah. Dengan menjadikannya sebagai satu-satunya standar bagi semua orang, peran tersebut dapat membuat beberapa orang merasa dibatasi karena mereka tidak cocok atau tidak nyaman dengan peran tersebut (Angelina & Arianto, 2022).
International Women’s Day, yang dirayakan pada tanggal 8 Maret setiap tahunnya, menjadi momen penting untuk memeriksa bagaimana konstruksi peran gender mempengaruhi masyarakat urban saat ini dan bagaimana kita dapat bergerak maju menuju kesetaraan gender.
Bagaimana konstruksi peran gender terbentuk?
Konstruksi peran gender bukanlah konsep yang bersifat bawaan, melainkan hasil dari sosialisasi yang dimulai sejak dini. Keluarga, pendidikan, media, dan budaya adalah faktor-faktor utama yang membentuk konsep ini. Sejak bayi, anak-anak diberi warna biru atau merah muda, mainan yang sesuai dengan jenis kelamin mereka, dan diarahkan menuju peran yang dianggap sesuai oleh masyarakat. Seperti yang diungkapkan oleh Sandra Lipsitz Bem, seorang psikolog terkenal, dalam bukunya "The Lenses of Gender: Transforming the Debate on Sexual Inequality" (1993), konsep ini diinternalisasi oleh individu sejak usia dini, mempengaruhi pola pikir dan perilaku mereka sepanjang hidup.
ADVERTISEMENT
Dampak konstruksi peran gender terasa pada setiap individu, mulai dari perkembangan anak hingga karier mereka. Penelitian oleh Eagly dan Wood (2012) dalam artikel "Social Role Theory of Sex Differences and Similarities" menunjukkan bahwa konsep ini membatasi pilihan pendidikan, karier, dan hobi individu (Eagly & Wood, 2016). Perempuan sering diberi kesulitan ketika ingin memasuki dunia pemimpin (Tabassum & Nayak, 2021).Hal ini terjadi karena masih banyak yang percaya bahwa perasaan emosional dan lembut pada perempuan tidak cocok untuk menjadi pemimpin. Dalam sebuah buku, ada yang menyarankan laki-laki untuk bekerja yang menggunakan fisik dan menyarankan perempuan untuk bekerja di bidang yang berkaitan dengan perawatan. Stereotip ini berdampak pada kesempatan individu untuk berkembang dalam karier yang mereka minati, membatasi pertumbuhan ekonomi dan perkembangan pribadi.
ADVERTISEMENT
Ketidaksetaraan Gender pada Masyarakat Perkotaan
Ketidaksetaraan gender yang dipicu oleh konstruksi peran gender memiliki dampak serius pada masyarakat urban. Di banyak lingkungan perkotaan, perempuan masih menghadapi hambatan untuk mengakses pendidikan yang setara, posisi kepemimpinan, dan kesempatan ekonomi yang sama. Dalam pekerjaan, laki-laki sering mendapatkan upah yang lebih tinggi 43% dibandingkan dengan perempuan (Rahman, 2022), dan mereka cenderung kurang mewakili di posisi manajemen tingkat atas.
Selain itu, ketidaksetaraan gender menghasilkan dampak yang lebih dalam terkait dengan kekerasan gender, pengaturan keluarga yang tradisional, dan ketidaksetaraan dalam tanggung jawab rumah tangga (Daulay, 2017). Penelitian yang dilakukan oleh UN Women dalam "Progress of the World's Women 2015-2016: Transforming Economies, Realizing Rights" menunjukkan bahwa perempuan sering mendapat tekanan untuk menjalankan peran tradisional sebagai pengasuh dan merawat keluarga, bahkan ketika mereka memiliki aspirasi karier yang kuat.
ADVERTISEMENT
Dalam pandangan masyarakat saat ini, perempuan diperbolehkan untuk mencari nafkahnya sendiri, tetapi harapan dari masyarakat pada perempuan untuk tetap mengurus pekerjaan rumah tetap muncul di wkatu yang sama (Putri & Anzari, 2021; Zuhdi, 2019).
International Women’s Day
International Women’s Day 2023 adalah momen penting untuk merenungkan konstruksi peran gender dan mempromosikan kesetaraan gender. Melalui peringatan ini, berbagai kampanye dan acara diselenggarakan untuk meningkatkan kesadaran akan ketidaksetaraan gender dan mendorong tindakan positif dalam mengatasi isu-isu ini.
Momentum ini penting bagi kita untuk memahami bahwa perjuangan kesetaraan gender tidak hanya tanggung jawab perempuan. Semua individu, baik laki-laki maupun perempuan, serta masyarakat, pemerintah, dan lembaga-lembaga, perlu berperan dalam mengakhiri konstruksi peran gender yang menghambat kemajuan individu dan kelompok. Pendidikan yang inklusif dan mendukung peran laki-laki sebagai sekutu dalam perjuangan ini sangat penting.
ADVERTISEMENT
Kesimpulan
Konstruksi peran gender adalah konsep sosial yang memengaruhi masyarakat urban saat ini dengan berbagai cara. Dalam kaitannya dengan Hari Perempuan Internasional 2023, kita harus berkomitmen untuk mengubah cara kita memandang dan mendukung kesetaraan gender. Melalui pendidikan, kesadaran, dan tindakan yang berkelanjutan, kita dapat membantu menghapuskan konstruksi peran gender yang merugikan dan menciptakan masyarakat yang lebih adil, inklusif, dan setara. Kunci utama adalah memahami bahwa kesetaraan gender adalah hak asasi manusia yang harus diperjuangkan oleh semua kalangan untuk mencapai perubahan positif yang mendalam dalam masyarakat urban dan di seluruh dunia.