Konten dari Pengguna

Koperasi Mahasiswa sebagai Ruang Aktualisasi Anggota

Wawan Prasetyo
Koordinator lembaga pelatihan di Yayasan Hasnur Centre. Guru Ekonomi di SMA Global Islamic Boarding School dan pegiat inkubator bisnis UMKM dan Koperasi di Wetland Box Incubator. Menulis di beberapa platform.
3 November 2021 19:38 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Wawan Prasetyo tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
https://unsplash.com/photos/O-8uehnvlM8?utm_source=unsplash&utm_medium=referral&utm_content=creditShareLink
zoom-in-whitePerbesar
https://unsplash.com/photos/O-8uehnvlM8?utm_source=unsplash&utm_medium=referral&utm_content=creditShareLink
ADVERTISEMENT
"Darah muda darahnya para remaja" kata Rhoma Irama. Masa-masa haus akan pengalaman dan senang mencoba hal-hal baru.
ADVERTISEMENT
Darah muda yang dimaksud adalah mahasiswa yang tiba di gerbang perkuliahan disambut dengan suguhan "kesempatan" dan "peluang" untuk mengeksplorasi dan mengaktualisasikan diri lebih jauh. Suguhan itu dengan meriah disambut oleh berbagai organisasi mulai dari himpunan mahasiswa hingga unit kegiatan mahasiswa. Khususnya Koperasi Mahasiswa (KOPMA).
KOPMA merupakan laboratorium pengembangan anak muda dalam bidang perkoperasian yang menjalankan dua identitas sebagai badan organisasi dan operasional bisnis. Dua identitas yang dimiliki KOPMA yaitu sebagai Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) yang menjadi ruang belajar dan aktualisasi diri, sedangkan yang satunya sebagai badan usaha untuk mengelola operasional bisnis.
Aktualisasi diri dalam sebuah teori hierarki kebutuhan yang digagas oleh Abraham Maslow menempatkannya pada level tertinggi kebutuhan tiap orang. Artinya, aktualisasi diri berperan penting dalam meningkatkan eksistensi mahasiswa.
ADVERTISEMENT
Mahasiswa mendapatkan kredit khusus sebagai ujung tombak penerus estafet masa depan koperasi. KOPMA sebagai inkubator pengembangan diri harus berada di garda terdepan mewadahi mahasiswa sebagai anggota koperasi untuk mengolah potensi yang mereka miliki.
John Ropke (2003), menegaskan bahwa kunci keberhasilan dan perkembangan koperasi dipengaruhi oleh faktor pengelola, pelayanan, permodalan, partisipasi anggota dan pembinaan pemerintah. Ditambahkan oleh Jajang (2004), bahwa kunci keberhasilan koperasi terletak pada partisipasi anggota. Artinya anggota koperasi memiliki peranan penting sebagai pengembang usaha koperasi sekaligus sebagai evaluator untuk mengukur keseriusan bisnis yang digarap oleh koperasi.
Teori di atas memberikan penguatan bahwa maju mundurnya koperasi akan sangat bergantung dengan partisipasi anggota. Partisipasi anggota akan sangat bergantung pada "asupan" apa yang dinikmati dan "pengalaman" seperti apa yang membuat mereka memiliki standar belajar yang tinggi.
ADVERTISEMENT
Lebih lanjut, anggaplah mahasiswa sebagai calon anggota merupakan seorang tamu. Sudah selayaknya tamu disuguhkan sajian yang berkualitas sehingga menjadi daya tarik bagi mahasiswa untuk bergabung di dalamnya. Selain itu perlu adanya jaminan dan pelayanan excellent kepada calon anggota yang berorientasi pada pengembangan dan aktualisasi diri.
Pada rentang tahun 2018 hingga 2020 saya aktif di KOPMA dan ingin memberikan contoh "sajian" yang sudah dijalankan KOPMA Bumi Siliwangi Universitas Pendidikan Indonesia , yaitu Inkubator Bisnis Mahasiswa (IBM). Program ini bertujuan mengajak anggota untuk melek berwirausaha mulai dari menanamkan entrepreneurship-mindset hingga pelatihan kewirausahaan. Sejauh perjalanannya, ditemukan banyak kekurangan mulai dari proses hingga evaluasi program.
Pengurus belum mampu menjadi jembatan antara anggota dengan mentor bisnis, investor serta variabel pendukung lainnya. Selain itu, tim lobi dan birokrasi KOPMA juga belum andal dan cekatan, hal ini dapat dilihat dari minimnya kegiatan channelling yang dilakukan antar KOPMA maupun organisasi progresif yang lain. Perlu kiranya KOPMA belajar banyak dari inkubator yang sudah eksis seperti InnoCircle Initiative di Purwokerto dan Siger Innovation Hub di Lampung.
ADVERTISEMENT
Fasilitas lain yang dijalankan yaitu komunitas public speaking yang disediakan KOPMA. Hal tersebut akan menjadi daya tarik bagi calon anggota jika narasi yang disampaikan berupa garansi bahwa setiap anggota akan mendapat hak yang sama untuk belajar public speaking dari pemula hingga menjadi profesional.
Dua kegiatan di atas adalah sedikit contoh dari "peluang" dan "kesempatan" yang sempat disinggung diawal. KOPMA perlu mengidentifikasi dan mengambil langkah serius bagaimana kemudian KOPMA didesain sebagai laboratorium pengembangan minat, bakat dan potensi mahasiswa dalam rangka menjadi individu yang bertumbuh.
Tentu, pengurus harus lebih sering "nongkrong" untuk membuka banyak jalan yang progresif. Belajar wawasan perkoperasian yang lebih segar, berjejaring dengan lembaga maupun komunitas kreatif, membuat ekosistem belajar antara pengurus dan anggota sehingga terbuka lah jalan kolaborasi dan kemungkinan kerja sama.
ADVERTISEMENT
Kuncinya adalah keinginan untuk terus belajar, mulai dari kemampuan berjejaring dan berkolaborasi hingga mengoptimalkan partisipasi anggota koperasi. Saya yakin dan optimis bahwa KOPMA mampu menjadi ruang belajar untuk aktualisasi bagi mahasiswa.