Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.1
Konten dari Pengguna
Membangun Empati, Menanam Inovasi
6 Januari 2022 21:34 WIB
Tulisan dari Wawan Prasetyo tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
"Inovasi akan tercipta ketika kita mampu berempati" - Zulfikar Alimuddin
Hidup di era keberlimpahan menuntut kita menjadi individu yang perlu berinovasi. Melalui tulisan ini, konteks empati dan inovasi akan dikaitkan dengan Koperasi Mahasiswa (KOPMA).
ADVERTISEMENT
KOPMA merupakan laboratorium mahasiswa untuk mengeksplorasi potensi diri dalam upaya mencapai cita-cita yang diimpikan. KOPMA notabene memiliki agenda program kerja yang berorientasi pada pengembangan kapasitas anggota. Tentu dalam pergerakannya KOPMA memiliki tujuan yang mulia yaitu menyediakan ruang yang inklusif bagi setiap anggota untuk tumbuh dan berkembang. Inovasi dan relevansi adalah kunci untuk kemudian dapat menciptakan program yang bermakna dan berkelanjutan.
Inovasi merupakan bangunan kokoh yang disusun dari rasa empati yang solid. Dengan kata lain, empati merupakan embrio untuk melahirkan inovasi. Inovasi hadir sebagai alternatif solusi menuntaskan berbagai problematika dan hal tersebut dimulai dari rasa peduli untuk membantu individu maupun kelompok di masyarakat.
Rasa empati lahir karena adanya keresehan dengan kondisi KOPMA yang masih mempraktikkan pendekatan-pendekatan "masa lalu" dalam kegiatan bisnis dan organisasinya. Padahal, karakteristik anggota dan kebutuhannya sangat berbeda jika dibandingkan dengan masa kini. Sehingga KOPMA terlihat seperti zombie, tidak relevan dengan zaman dan seolah hidup segan mati tak mau.
ADVERTISEMENT
Bung Hatta (1971) dalam bukunya "Membangun Koperasi dan Koperasi Membangun" menyatakan bahwa:
Secara naluriah, orang-orang yang bergabung di koperasi adalah mereka yang ingin mendidik dan bekerja sama dengan orang lain. Sehingga sudah seharusnya anggota dan pengurus KOPMA "memproduksi" suatu kebaruan untuk memenuhi kebutuhan bersama. Tujuannya tidak lain untuk menciptakan nilai tambah dan kebermanfaatan melalui kegiatan berkoperasi.
Berikut sebuah perumpamaan bagaimana sesuatu dimulai dengan rasa empati. Aspal adalah bahan utama pembuat jalan yang diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Aspal tidak akan berubah menjadi jalan tanpa adanya rasa empati manusia untuk mengolahnya menjadi sarana yang bertujuan memudahkan hidup orang banyak.
ADVERTISEMENT
Begitu pula dengan melimpahnya informasi dan ilmu pengetahuan saat ini. Pengetahuan tersebut juga berasal dari Tuhan, yang mana kemudian dikembangkan oleh para ilmuwan. Dengan adanya rasa empati, pengetahuan tersebut dapat diolah menjadi suatu kebermanfaatan untuk mempermudah hidup manusia. Misalnya mesin-mesin, perkembangan teknologi, fasilitas hingga kebutuhan pengobatan.
KOPMA perlu membaca arah angin masa depan untuk menciptakan suatu inovasi yang dimulai dengan kesadaran dan konsistensi mencari pengetahuan dan menumbuhkan sikap empati. Karena pada dasarnya, empati dibangun dengan pengetahuan. Pengetahuan pula yang menjadi bahan bakar utama untuk berinovasi.
Selama ini kita sering merasa gelisah ketika belum mampu memberikan inovasi dalam sebuah organisasi. Kegelisahan tersebut kiranya hadir karena minimnya keinginan kita untuk "menambang" ilmu pengetahuan.
ADVERTISEMENT
Ketidakmauan untuk terus belajar merupakan sebab ketidakmampuan kita membuat suatu inovasi. Inovasi hanya akan tercipta jika ada rasa empati. Rasa empati dibangun dengan pengetahuan. Maka dari itu, KOPMA perlu membangun komitmen untuk terus belajar, memupuk empati dan membudayakan inovasi.
Koperasi Mahasiswa tidak akan maju jika tidak tumbuh rasa empati dalam hati anggota dan pengurusnya.