Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.1
Konten dari Pengguna
Peran Intensi Anak Muda untuk Bonus Demografi
3 November 2021 13:50 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Wawan Prasetyo tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
"Kalian pemuda kalau tidak punya keberanian, sama saja dengan ternak karena fungsinya hanya peternak diri" - Pramoedya Ananta Toer
Siapa yang tidak mengenal negara Korea Selatan dan Jepang? Keduanya merupakan negara yang sukses mengoptimalkan bonus demografi sebagai anugerah. Lihatlah keduanya hari ini menjadi negara yang memiliki kemajuan dari segi ilmu pengetahuan, teknologi hingga budaya. Jika mendengar merek peralatan elektronik hingga kendaraan, tentu negara Jepang yang muncul di kepala. Karyanya mampu bersaing dengan produk terkemuka Amerika hingga Eropa. K-Pop dan drama Korea juga mendapat tempat istimewa bagi penggemar Indonesia dan seluruh dunia. Jepang dan Korea Selatan perlu kita jadikan panutan dalam rangka menyambut bonus demografi.
ADVERTISEMENT
Badan Pusat Statistik baru-baru ini merilis Hasil Sensus Penduduk 2020 yang mana menunjukkan jumlah penduduk usia produktif (15–64 tahun) mencapai angka 70,72%. Angka yang besar dan mengandung potensi kemajuan apabila mampu dioptimalkan. Ditambah lagi Indonesia memiliki komposisi penduduk milenial (24–39 tahun) sebesar 25,87% atau 1 dari 4 penduduk Indonesia merupakan generasi milenial!
Jika secara kolektif dijumlahkan dengan Gen Z (8–23 tahun) persentasenya mencapai 53,81%! "Pasukan" yang mampu menerobos berbagai pintu-pintu kesuksesan dalam upaya menyambut bonus demografi.
Angka hanyalah angka. Bonus demografi seperti pedang bermata dua. Apabila penduduk usia produktif tidak mendapatkan fasilitas yang mendukung sebagai upaya menyiapkan manusia yang unggul, maka bonus demografi menjadi bencana. Dan itu merupakan tanggung jawab pemerintah.
ADVERTISEMENT
Anak muda hari ini harus lebih banyak "jemput bola". Bukan hanya menunggu "umpan" dari pemerintah. Tetapi harus lebih banyak mengambil inisiatif dalam upaya mengembangkan kualitas diri. Fondasi awal bagi anak muda adalah menemukan atau menumbuhkan intensi yang dimiliki. Seorang ahli, Bandura (1986), menyatakan bahwa intensi merupakan suatu kebulatan tekad untuk melakukan aktivitas tertentu sebagai upaya menghasilkan keadaan tertentu di masa mendatang. Intensi merupakan faktor motivasi yang mampu mempengaruhi perilaku individu. Kerja keras individu dalam mencoba atau mempelajari hal baru merupakan indikator dari sebuah intensi.
Anak muda hari ini hidup dalam abundance era, era keberlimpahan dan kebanjiran akses informasi. Banyak sekali kita temukan informasi-informasi di meja-meja digital yang dapat dimanfaatkan dalam upaya pengembangan diri. Akses tersebut perlu dibarengi dengan suatu kebulatan tekad, yaitu intensi sebagai indikator mencapai keberhasilan.
ADVERTISEMENT
Tengoklah bagaimana anak-anak muda yang kemudian menjadi berhasil berkait intensi yang mereka seriusi di bidang masing-masing. Isyana Sarasvati sebagai musisi, para founder startup Gojek, Tokopedia, Bukalapak. Ada pula Alamandha Santika yang sukses membangun sekolah jagoan teknologi, Binar Academy.
Hari ini kita hidup di era yang serba cepat. Menuntut setiap dari kita cepat berpikir dan tepat bertindak. Jangan sampai hal tersebut menjadi alasan untuk tidak mengambil peran lebih banyak dan lebih luas dalam upaya mensukseskan bonus demografi.
Pak Gita Wirjawan pada kanal youtube Endgame miliknya dalam satu episode pernah berutopia bahwa dangdut Indonesia akan mendunia dengan semangat "Dangtutisasi". Kita juga harus berutopia. Kalau hari ini keberhasilan bonus demografi Korea Selatan dan Jepang adalah hal yang menjadi panutan buat kita. Maka setelah tahun 2045, lebih banyak anak muda Indonesia yang mendunia. Semakin banyak "Gojek-Gojek" lain dan karya anak bangsa yang mendunia. Sutradara dan pemain film Indonesia memenangi Oscar, Ilmuwan Indonesia meraih nobel, insan muda Hatta yang berkoperasi menjadi cooperator dunia.
ADVERTISEMENT
Bonus demografi sudah ada di depan mata, kita juga semakin hari semakin dikejar perubahan. Bayangkan jika kita tidak berlari, berlari dalam arti meningkatkan kualitas diri dengan pengetahuan dan keterampilan. Anak muda adalah kumpulan-kumpulan semangat yang berkolektif dalam satu wilayah geografis dan satu semangat nasionalisme Indonesia. Menjadikan bonus demografi sebagai hadiah dirgahayu 100 tahun kemerdekaan Indonesia pada tahun 2045 adalah kado terindah untuk bangsa ini. Kita mulai dengan kebulatan tekad menumbuhkan intensi dalam setiap bidang yang kita gemari, yang sekiranya mampu meningkatkan kualitas diri.
Suatu hari nanti, percayalah. Kita anak muda Indonesia menjadi kebanggaan dan mendapat gelar "pahlawan bonus demografi".