Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Konten dari Pengguna
Wahai Diplomat, Bekerjalah dengan Passion
4 Juli 2018 21:25 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:07 WIB
Tulisan dari wendibudi raharjo tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Foto diambil dari https://www.flickr.com/photos/iyyaka/8405507256
Adalah tuntutan alam zaman now kepada diplomat Indonesia untuk memiliki kompetensi dan pengetahuan tinggi yang konon harus diatas rata-rata umumnya pegawai pemerintah.
ADVERTISEMENT
Ini supaya dirinya punya skill yang relevan dan serba bisa alias palbis atau "paling bisalah" kata anak jaman milenial.
Dan agar ilmunya selalu nyambung dengan kebutuhan dan tantangan era revolusi industri 4.0 yang gemuruh dengan sikut menyikut persaingan global dan teknologi. Serta tetap mampu memberikan kontribusi bagi kemajuan negara.
Realita itulah yang telah menggerakkan Wakil Menlu A.M. Fachir untuk menyambangi dan memberikan wejangan bertajuk “Make Yourself Relevant” kepada diplomat yang sedang Sekolah Staf Dinas Luar Negeri Angkatan ke-61 pada minggu pertama pendidikan akhir Juni lalu di Pusdiklat Kemlu Jakarta.
Di kalangan diplomat, sekolah tersebut dikenal dengan “Sesdilu” yang boleh dikatakan merupakan kawah candradimuka tingkat lanjut untuk para diplomat muda yang telah penempatan pertama di Perwakilan RI di luar negeri.
ADVERTISEMENT
Mengikuti Sesdilu di jaman 4.0 ini tentunya sangat berbeda dengan ketika di jaman old. Para diplomat yang mengikuti Sesdilu itu ibarat mobil yang masuk bengkel perawatan berkala.
Layaknya mobil, mereka akan di-upgrade dan di-tune up untuk memperoleh reparasi kompetensi dan injeksi fitur-fitur baru untuk peningkatan keahlian berdiplomasi. Supaya mampu menjawab berbagai tuntutan terkini.
Maka dari itu “Make Yourself Relevant” kata Wakil Menlu A.M. Fachir adalah motivator bagi diplomat muda Kemlu untuk selalu meningkatkan relevansi dirinya dalam setiap kebutuhan pekerjaan. Sehingga menjadi pribadi yang selalu updated dan tidak terjerumus sebagai diplomat jadul apalagi kicep.
Menjadi diplomat yang palbis atau kekinian maka keberadaannya akan selalu diperhitungkan untuk menggapai keberhasilan berbagai program diplomasi Indonesia. Baik yang dikerjakan oleh Kemlu maupun instansi pemerintah lainnya.
ADVERTISEMENT
Nah, supaya tetap eksis dan nyambung, diplomat tidak boleh bosan-bosannya untuk selalu belajar, banyak membaca dan mengembangkan keterampilan khusus, seperti menulis, piawai membuat berita dan video story di medsos.
Ini tidak lain agar peranannya selalu dibutuhkan dan tidak expendables, apalagi ketika diperlukan untuk membantu kinerja sesama instansi pemerintah.
Kompetensi yang kuat akan pula membuat diplomat mudah memadukan program kerja Kemlu dengan program kerjasama luar negeri instansi pemerintah lainnya, termasuk luwes dalam menggabungkan sumber daya bersama. Terlebih di zaman sekarang yang mana koordinasi masih jadi ganjalan.
Foto diambil dari http://www.creative-commons-images.com/highway-signs/d/diplomat.html
Pikiran luas (broad-minded) juga menjadi kebutuhan agar merangsang lahirnya berbagai ide dan invosi yang wow dan merambah luas tidak hanya sebatas lingkup pekerjaan di Kemlu. Inovasi atau mantra-mantra baru yang menembus batas-batas sektoral menuju keberhasilan diplomasi Indonesia.
ADVERTISEMENT
Dan demi mendatangkan manfaat bagi masyarakat melalui terjalinnya kerjasama yang berimbang dan menguntungkan bagi kita dengan berbagai negara sahabat.
Diplomat yang seperti itu akan selalu berpikir bahwa tiada waktu tanpa menghasilkan kontribusi yang konkrit, terukur dan bisa dinikmati oleh masyarakat.
Kontribusi itu bisa bermacam-macam, mulai dari mendapatkan pasar ekspor produk-produk Indonesia, menggaet investor untuk datang ke Indonesia, mendatangkan lebih banyak wisatawan asing ke Indonesia, hingga membuka lebih banyak kucuran beasiswa bagi mahasiswa kita, dan banyak lagi.
Budaya kerja yang berorientasi hasil oleh karena itu membutuhkan kegairahan personal atau passion yang kuat dalam diri diplomat terhadap kerjaannya.
Bekerja dengan passion maka hasil kerjanya akan senantiasa berkualitas.
Tidak ketinggalan, hasil kerjanya pun akan menjadi warisan atau legacy yang awet, dikenang, dan dikembangkan oleh generasi berikutnya.
ADVERTISEMENT
Lingkungan kerja, sistem dan regulasi kerja yang nyaman, membangun dan aspiratif juga menentukan. Itu menjadi faktor pelengkap guna mendorong terciptanya semangat dan budaya untuk maju dan berkembang.
Meminjam tagline Yamaha, seorang diplomat akan “Semakin Di Depan” jika berhasil mewujudkan itu semua. Dia akan terus eksis dan dibutuhkan dalam setiap kerja besar diplomasi luar negeri menuju kemakmuran dan kemajuan bangsa.