Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Terima kasih Lebanon, Telah Turut Menyelamatkan Warga Kami
12 Juli 2018 0:15 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:07 WIB
Tulisan dari wendibudi raharjo tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Foto dokumen KBRI Beirut
“Sejak kapan Lebanon menjadi tujuan kerja TKW kita di Timur Tengah. Belum pernah kudengar sebelumnya”, gumamku saat pertama kali mempelajari negara yang akan menjadi tempat penugasan pertamaku di luar negeri.
ADVERTISEMENT
Tapi cukup kaget ketika pertama menginjakkan kaki di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Beirut, Lebanon pada awal Mei 2013, saya langsung mendapati banyak mbak-mbak dan ibu-ibu sesama warga bangsa sedang duduk santai dan tidur-tiduran di selter darurat di basement satu dan lobi kantor.
Tidak ketinggalan, bayi pun turut tenggelam menyumbang keriuhan di antara mereka yang semuanya tampak sedang tidak sabar, layaknya menunggu datangnya sesuatu.
Kata seorang rekan kerja di situ, jumlah mereka bisa mencapai ratusan setiap kali masuk ke selter atau penampungan darurat di KBRI Beirut.
Bagaimana bisa? Ya bisa. Lebanon memang bukan tujuan mbak-mbak dan ibu-ibu kita yang bekerja sebagai domestic worker di Timur Tengah. Lebanon kelimpahan ribuan warga negara Indonesia dari Suriah sejak pertengahan 2011, ketika terompet perang saudara di Suriah mulai mengaum seantero negeri.
ADVERTISEMENT
Mbak-mbak dan ibu-ibu itu semua adalah warga negara Indonesia (WNI) yang bekerja sebagai Tenaga Kerja Wanita (TKW), atau pekerja migran (domestic worker) di Suriah, negeri tempat berdiamnya Masjid Agung Umayyah yang populer di kalangan Muslim Tanah Air.
Namun celakanya, mereka menjadi pengungsi dari amukan perang saudara di Suriah. Mereka harus dievakuasi dan dipulangkan ke Indonesia. Tambah disayangkan, kira-kira pada tahun 2012 mereka tidak dapat dipulangkan langsung dari Suriah karena ditutupnya bandara Damascus.
Mereka terpaksa harus diungsikan dulu ke Lebanon sebelum bisa dipulangkan ke Indonesia.
Lebanon, sebagai negara tetangga yang berbatasan langsung dengan Suriah, akhirnya pun bergegas dijadikan sebagai transit point bagi pemulangan WNI dari Suriah. Bandara Internasional Rafiq Hariri di Beirut menjadi tempat embarkasi mereka menuju Tanah Air.
ADVERTISEMENT
Eratnya persahabatan Indonesia dan Lebanon yang terbangun sejak lama, turut membantu kesuksesan pemulangan dengan diberikannya visa tinggal selama 30 hari bagi warga kita dengan cuma-cuma alias gratis dari Pemerintah Lebanon. Dari sini saja pengeluaran negara dapat dihemat dan bisa lebih digunakan untuk pembelian tiket pesawat yang biayanya tidak kecil.
Warga kita pun dibolehkan masuk ke wilayahnya untuk ditampung di “rumahnya” di KBRI Beirut sebelum diterbangkan ke Indonesia.
Akan tetapi, perjalanan mereka mengungsi dari Suriah masuk ke Lebanon tidaklah mudah. Setelah berhasil dievakuasi oleh KBRI Damascus dari titik-titik hot zone di seantero Suriah dan dikumpulkan di selter di KBRI Damascus, mereka kemudian harus menempuh perjalanan berjam-jam yang melelahkan dengan bus menuju perbatasan Suriah-Lebanon di Masna’a.
ADVERTISEMENT
Di Masna’a lah kita dari KBRI Beirut lalu bertemu rekan-rekan KBRI Damascus untuk serah terima pengantaran dan pengurusan visa dan entry permit mereka di kantor imigrasi Masna’a atau General Security Office. Sejam lamanya mereka menunggu di bus untuk semua urusan tersebut selesai.
Dari pos perbatasan Masna’a mereka kembali merasakan perjalanan selama dua jam untuk sampai tiba di selter KBRI Beirut di Baabda. Baabda merupakan wilayah elite di Beirut karena disitulah letak Istana Presiden Lebanon. Dan KBRI Beirut berada persis di belakang istana.
Tidak jarang pula musim dingin turut menyelimuti penjemputan warga kita di perbatasan. Pemulangan mereka tidak dapat dicegah ketika segala sesuatunya telah siap. Meskipun di kala rintikan salju, bahkan di saat terpaan Badai Yohan yang kala itu melanda Lebanon pada tahun 2015 dan memaksa ditempuhnya rute penjemputan yang hampir mendekati perbatasan Lebanon-Israel.
ADVERTISEMENT
Di sepanjang jalan, mereka pun harus melalui pos-pos pemeriksaan keamanan oleh militer Lebanon, namun alhamdulillah selalu dilewati dengan lancar jaya.
Saat penjemputan malam hari dikala terpaan Badai Yohan bulan Februari 2015. Foto dokumen KBRI Beirut
Selama di selter, mbak-mbak TKW haruslah self-help, melayani dirinya sendiri mulai dari memasak makanan, mencuci pakaian, hingga membersihkan selter secara berkelompok.
Memang mereka memiliki masa stay 30 hari di Lebanon, akan tetapi jika bisa segera pulang mengapa tidak. Itulah mengapa, ketika tiket pesawat berhasil diperoleh, mereka akan langsung diterbangkan sesegeranya. Namun realitanya, tidaklah selalu mudah untuk mendapatkan tiket pesawat berjumlah banyak apalagi dalam sekali flight.
Aneka hiburan sederhana juga mereka nikmati untuk mengusir rasa bosan. Berolahraga, nonton bareng film Indonesia, mendengarkan ceramah agama yang dikemas dengan jenaka oleh para staf KBRI Beirut, cukup berhasil menghilangkan kejenuhan mereka, apalagi ketika tiket pesawat belum kunjung di-issued karena fully booked atau harga sedang tinggi.
ADVERTISEMENT
Tatkala hari penerbangannya ke Tanah Air tiba, mereka pun tidak kuasa menahan syukur. Rasa gembira campur sedih tak terelakkan. Mereka happy dan pulang tetapi mereka gundah karena terpaksa pulang sebelum berakhirnya masa kerja dan dengan gaji yang tidak utuh.
Namun, semua itu menjadi luluh demi nyawa diri yang jauh lebih berharga dan bisa dengan selamat berkumpul dengan sanak keluarga di kampung halaman.
Kini, tentunya di antara mereka ada yang mungkin kembali bekerja di negara yang aman di Timur Tengah atau ke Hong Kong, Taiwan, atau bahkan memilih kerja di Indonesia. Semoga mereka sukses dan baik-baik saja.
Terlepas itu semua, sudah barang tentu negara akan selalu hadir untuk mereka, untuk warganya yang lemah dan membutuhkan tangan negara demi perlindungan di negeri orang dan perbaikan hidup yang lebih baik.
ADVERTISEMENT
Menjadi suatu kebanggaan bagi kita semua yang pernah mengabdi di KBRI Beirut dan merasakan langsung solidaritas dari Pemerintah dan rakyat Lebanon yang menyumbang keberhasilan pemulangan para WNI kita dari Suriah. Dari solidaritas itulah tidak kurang dari 3000-an WNI berhasil dipulangkan.