Konten dari Pengguna

Edukasi Seks Bebas pada Remaja

Widaad Afiifah
Mahasiswi Program Studi Biologi, Universitas Diponegoro
23 Agustus 2024 14:14 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Widaad Afiifah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Mahasiswi KKN TIM II Undip Melaksanakan Edukasi Seks Bebas pada Remaja SMP N 1 Ampel (Dokumentasi Pribadi)
zoom-in-whitePerbesar
Mahasiswi KKN TIM II Undip Melaksanakan Edukasi Seks Bebas pada Remaja SMP N 1 Ampel (Dokumentasi Pribadi)
BOYOLALI – Sabtu, 27 Juli 2024, mahasiswi KKN TIM II Universitas Diponegoro Tahun 2024, Program Studi Biologi, Fakultas Sains dan Matematika (FSM), melakukan edukasi seks bebas pada remaja yang dilaksanakan pada hari Sabtu, 27 Juli 2024 dan bertempat di SMP Negeri 1 Ampel yang menyasar sebanyak 30 remaja putra dan putri. Edukasi ini berfokus pada remaja berusia 13 – 15 tahun yang telah mengalami fase pubertas.
ADVERTISEMENT
Masa remaja merupakan masa yang riskan bagi sesorang untuk melakukan seks bebas. Hal ini dikarenakan pada masa ini, individu remaja mengalami beberapa perubahan seperti, perubahan fisik (pertumbuhan dan perkembangan organ reproduksi), sosial, dan psikologis. Faktor emosi dan kelabilan mendominasi kondisi hormon pada remaja. Perkembangan remaja ini juga ditandai dengan ketertarikan remaja dengan lawan jenis. Ketertarikan yang melampaui batas dapat menjadi tahap awal terjadinya seks bebas yang merugikan bagi remaja. Berdasarkan data Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Indonesia, remaja yang telah melakukan seks bebas di usia 16-17 tahun ada sebanyak 60%, usia 14-15 tahun sebanyak 20%, dan pada usia 19 tahun sebanyak 20%.
Seks bebas pada remaja sebelum menikah baik kegiatan seksual melalui oral maupun penetrasi dapat menyebabkan remaja mengalami berbagai dampak kesehatan seperti kasus Human Immunodeficiency Virus (HIV)/Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS). Berdasarkan data Kementrian Kesehatan tahun 2023, kasus HIV pada anak usia 1-14 tahun mencapai angka 14.150. Angka ini terus mengalami peningkatan setiap tahunnya sekitar 700 – 1000 anak dengan HIV. Penyakit turunan seperti Sifilis (raja singa) juga mengalami peningkatan mulai lima tahun terakhir (2016-2022) dari 12.000 kasus menjadi 21.000 kasus dengan rata-rata penambahan setiap tahunnya mencapai 17.000 hingga 20.000 kasus.
ADVERTISEMENT
Adanya fenomena tersebut, menggambarkan bahwa edukasi seks bebas pada remaja menjadi hal yang sangat krusial bagi remaja. Ditinjau dari segi kesehatan, dampak seks bebas bagi remaja sangat mengerikan karena dapat berdampak pada kematian. Edukasi seks diharapkan menjadi hal yang lumrah dikalangan remaja dan bukan dianggap hal yang berkonotasi buruk. Hal ini dikarenakan edukasi seks bebas penting untuk dilakukan agar remaja dapat menghindari seks bebas yang akan berujung pada rusaknya masa depan bangsa.
Program kerja edukasi seks bebas diawali dengan seruan jargon bersama yang berbunyi “Seks Bebas Remaja??? No Sex Before Married”. Jargon ini diserukan untuk menanamkan jiwa kesadaran pada remaja bahwa seks bebas sebelum menikah dapat menimbulkan berbagai dampak negatif baik dari sisi sosial maupun kesehatan psikis dan seksual remaja tersebut. Dewasa ini, seks bebas pada remaja dapat berdampak pada kehamilan yang tidak direncanakan. Hal ini mengarah pada meningkatnya kasus pernikahan dini dan berujung pada dampak negatif lain seperti dropout dari sekolah, dampak sosial, psikis, kesehatan biologis yang merugikan remaja tersebut. Sesi program kerja dilanjutkan dengan pemaparan menggunakan media power point yang mencakup materi mengenai sajian data statistik terkait dengan remaja yang mengalami seks bebas di Indonesia, pengertian seks bebas, faktor penyebab sesorang melakukan seks bebas, dampak (sosial dan biologi terkait dengan penyakit menular seksual seperti HIV/AIDS) seks bebas, dan cara mengatasi gairah seseorang untuk melakukan seks bebas sebelum menikah.
ADVERTISEMENT
Program kerja diawali sesi pemaparan kemudian dilanjutkan sesi tanya jawab yang sangat interaktif karena banyaknya pendapat dari siswa/i terkait dengan seks bebas seperti dampak negatif yang ditimbulkan dari sisi kesehatan biologis. Edukasi ini juga memberikan doorprize bagi peserta yang berpartisipasi aktif. Kegiatan kemudian diakhiri dengan pembagian output/luaran program kerja berupa pemberian pin “free sex (danger), no sex before married” dan materi ringkasan mengenai seks bebas di kalangan remaja yang terintegrasi secara terpadu. Acara edukasi ini selesai pukul 09.00 WIB, dan ditutup dengan foto bersama. Program kerja ini dilaksanakan dengan harapan dapat meningkatkan pengetahuan dasar terkait seks bebas pada remaja.
Dokumentasi Program Kerja (Dokumentasi Pribadi)