Belajar Sejarah Pentingkah?

widartik naningsih
Guru Sejarah di SMKN 3 Batu
Konten dari Pengguna
9 Februari 2022 13:24 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari widartik naningsih tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Dokumen pribadi "Situs Watu Dakon" di Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, Jawa Timur
zoom-in-whitePerbesar
Dokumen pribadi "Situs Watu Dakon" di Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, Jawa Timur
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ada sebagian orang mengatakan bahwa belajar sejarah itu membosankan karena hanya menghafal tahun saja, ada juga yang berkomentar belajar sejarah menjemukan karena sebatas mendengarkan cerita guru dan membuat mengantuk. Bahkan yang lebih parah lagi mengatakan bahwa belajar sejarah tidak penting dan membuang-buang waktu saja karena sebuah masa lalu tidak ada gunanya dalam hidup. Menariknya, ada lagi yang berani melecehkan sejarah itu pelajaran apa, tidak menarik, kurang elite, dan tidak menguntungkan untuk masa depan.
ADVERTISEMENT
Pada masa saya sekolah, sekitar tahun 1988 memang pelajaran sejarah itu cuma mendengarkan guru bercerita dan waktu itu belum ada handphone. Sedangkan, yang mempunyai pesawat televisi juga masih sedikit, sehingga siswa senang walau harus mendengarkan cerita.
Tanpa sengaja kita merasakan perasaan bahagia sambil berimajinasi bagaimana suasana peristiwa sejarah tersebut, membayangkan wajah-wajah tokohnya, dan tanpa sadar dalam hati langsung muncul perasaan cinta terhadap tanah air.
Betapa sederhana dan mudahnya ukuran bahagia saat itu. Tidak perlu mengeluarkan biaya banyak.
Seiring dengan berjalannya waktu dan dengan mudahnya kita memperoleh hiburan, baik dari televisi, internet, dan HP informasi atau hiburan apa saja yang kita inginkan langsung bisa dicari. Dengan tersedianya media-media secara digital berubahlah cara berpikir atau pola pandang masyarakat, terutama generasi muda zaman now terhadap mata pelajaran sejarah.
ADVERTISEMENT
Mereka tidak lagi senang mendengarkan cerita sejarah, lebih senang menonton drama Korea yang lagi trending banyak ditonton generasi tua dan muda dan menikmati konten-konten artis tanah air.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan segera mengubah metode pembelajaran sejarah dengan mengeluarkan Kurikulum 2013 di mana pendidik, terutama guru sejarah tidak perlu terlalu banyak bercerita dalam pembelajaran mereka. Guru diwajibkan untuk banyak berkreasi dengan mengunakan media secara digital, misalnya dengan menayangkan film sejarah, vidio dan gambar-gambar situs sejarah lokal, nasional dan situs sejarah dunia, dan siswa di ajak untuk berkunjung ke situs yang ada daerahnya.
Bagi sekolah mereka yang berada di sekolah kejuruan pelajaran sejarah digunakan untuk mengukur keahlian siswa sesuai kompetensinya, misalnya siswa jurusan animasi bisa diberi tugas untuk membuat cerita peristiwa sejarah melalui gambar animasi digital sehingga mereka semangat belajar sejarah. Lalu siswa tata busana bisa membuat model busana dengan memadukan busana khas Indonesia dengan busana modern dicampur hiasan-hiasan candi, rumah adat, tari-tarian daerah, dan tokoh sejarah misalnya.
ADVERTISEMENT
Belajar sejarah bisa sambil berwisata misalnya ke Candi Borobudur, Museum, Keraton Yogyakarta, situs Sangiran, dan masih banyak lagi yang lainnya. Dengan berkunjung ke tempat sejarah kita mendapatkan ilmu sekaligus refreshing. Bila kita berkunjung ke Museum Majapahit, Trowulan, Mojokerto, biasanya kita di ajak bermain edukasi penggalian situs sejarah sehingga pengunjung bisa bermain dan menarik minat untuk jadi arkeolog atau peneliti sejarah.
Selain itu, dengan menonton film dan vidio tentang peristiwa sejarah bisa membuat kita tahu apa yang sebenarnya terjadi pada saat itu, sehingga membuat kita bisa bersikap bijaksana dan menghargai jasa para pahlawan bangsa sekaligus mendapatkan hiburan.
Melalui pembelajaran sejarah kita bisa mendapatkan penghasilan yang lumayan menyenangkan, misalnya menjadi pemandu wisata sejarah, membuat film dokumenter sejarah lokal yang bisa dijual ke perusahaan televisi nasional dan daerah, kita bisa membuat cendera mata yang berkaitan dengan tempat wisata sejarah, seperti membuat gantungan kunci bentuk candi, arca, monumen, bisa juga membuat gambar para pahlawan yang semuanya itu dapat dijual baik secara langsung di tempat wisata bisa juga dijual secara online.
ADVERTISEMENT
Mempelajari sejarah bisa menumbuhkan perasaan nasionalisme atau perasaan cinta tanah air dan bangsa contoh dengan menonton film "Serangan Fajar," dengan mengunjungi candi kita dapat memahami bahwa nenek moyang bangsa Indonesia sudah menguasai ilmu pengetahuan yang cukup tinggi bayangkan pada zaman kerajaan Hindu – Buddha belum ada teknologi canggih, tapi mereka bisa membuat candi Borobudur yang semegah itu berdiri tegak menjulang tinggi tanpa ada yang miring. Mustahil dapat membuat yang seperti itu bila tidak menguasai ilmu perhitungan matematika secara tepat. Jadi nenek moyang kita adalah bangsa yang cerdas bukan bangsa bodoh seperti yang dikatakan bangsa lain ke kita.
Bung Karno pernah berpesan dengan istilah "JAS MERAH", artinya jangan sekali – sekali melupakan sejarah dan bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya. Kita yang hidup sekarang ini di alam kebebasan dan semuanya bisa kita raih, bahkan untuk menempuh pendidikan dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi, pemerintah sudah menyediakan beasiswa dengan sebutan KIP atau Kartu Indonesia Pintar. Keadaan yang seperti ini bukan sesuatu yang tiba-tiba kita dapatkan, semuanya ini karena perjuangan para pahlawan serta para pendahulu yang dengan rela mengorbankan jiwa dan raganya untuk memperjuangkan bangsa Indonesia dari belenggu penjajahan, jangan sampai menjadi generasi yang seperti "kacang lupa kulitnya".
ADVERTISEMENT
Jadi siapa bilang belajar tidak penting, belajar sejarah itu keren, belajar sejarah itu mantap, belajar sejarah itu penting, belajar sejarah itu, Wow....
Dokumen pribadi "Situs Watu Lumpang" di Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, Jawa Timur