Melihat Kepemimpinan Inspiratif BJ Habibie

Widia Afrianti Putri Krisna
BCB UI Scholars, Third Year Student of Public Administration, University of Indonesia.
Konten dari Pengguna
15 Juni 2021 13:48 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Widia Afrianti Putri Krisna tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber: https://www.instagram.com/b_jhabibie.
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: https://www.instagram.com/b_jhabibie.
ADVERTISEMENT
Bacharuddin Jusuf Habibie atau yang kerap dikenal dengan BJ Habibie merupakan seorang yang sangat berjasa dan memiliki kontribusi besar bagi Indonesia. Ia pernah menjabat sebagai ketua Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) yang merupakan salah satu organisasi paling berpengaruh pada saat orde baru.
ADVERTISEMENT
Tak hanya itu, ia juga seorang teknokrat yang mendorong perkembangan sains dan industri kedirgantaraan Indonesia. Kontribusinya pada kemajuan sains di Indonesia semakin besar dengan perannya sebagai Menteri Riset dan Teknologi selama 20 tahun yakni pada tahun 1978-1997.
Tak hanya dalam bidang sains dan teknologi, BJ Habibie juga pernah mendampingi Presiden Soeharto sebagai Wakil Presiden. Karena gejolak politik dan desakan masyarakat untuk menggulingkan Presiden Soeharto saat orde baru, akhirnya BJ Habibie menggantikan posisi Soeharto sebagai Presiden dan resmi dilantik menjadi Presiden ketiga Republik Indonesia pada tahun 1998 (Supriatma, 2019).
Walaupun masa kepemimpinannya hanya berlangsung selama kurang lebih satu tahun yakni hingga 1999, masa kepresidenan BJ Habibie tetap bukanlah hal yang mudah. Masa transisi dari kepemimpinan Soeharto yang telah berlangsung selama 32 tahun kerap menimbulkan berbagai tekanan terhadap dirinya. Ia sulit menemukan sumber daya material dan manusia pada masa pemerintahannya. Belum lagi, Ia memimpin pada saat kondisi Indonesia sedang mengalami krisis moneter dan ketidakstabilan politik sehingga sangat rentan akan perpecahan (Sihombing, 2020).
ADVERTISEMENT
Meskipun begitu, masa kepemimpinannya yang sebentar dinilai sangat baik dan memberikan dampak yang signifikan. Melalui pemikiran intelektualnya yang banyak ia dapat di Jerman dulu, ia berhasil membawa berbagai gagasan atau perubahan baru bagi Indonesia. Ia memerintah lebih berdasarkan atas naluri (gut feeling) ketimbang kalkulasi politik (Supriatma, 2020). Keberhasilannya tersebut juga didukung dengan gaya kepemimpinannya yang cemerlang.
Pemimpin Transformatif yang Berorientasi Pada Perubahan
Menurut Yukl (2013) gaya kepemimpinan change-oriented mengutamakan pemahaman lingkungan dan kemampuan beradaptasi sehingga pemimpin dapat mengembangkan strategi inovatif dalam meningkatkan kompetensi organisasi. Hal tersebut berkaitan dengan kepemimpinan transformatif di mana pemimpin cenderung mendukung, mengembangkan, dan berorientasi pada pemikiran inovatif.
Pada saat menjadi presiden, BJ Habibie sangat aware terhadap hal yang sedang terjadi di masyarakat. Ia paham betul bahwa masyarakat menginginkan adanya reformasi, perubahan total sendi-sendi negara yang mengarah pada perbaikan. Masyarakat ingin pemerintah memberikan kebebasan dalam berpendapat, mendengarkan aspirasi mereka, sekaligus memperkuat partisipasi masyarakat dalam pemerintahan.
ADVERTISEMENT
BJ Habibie dapat melihat peluang tersebut dan berani mengambil langkah yang jauh berbeda dengan pemerintahan Soeharto sebelumnya. Momentum yang tepat membuatnya berani mengambil langkah demokrasi sebagai landasan pemerintahannya. Hal tersebut ditandai dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers yang menjadi pembuka bagi masyarakat untuk bersuara dan memberikan kritik.
Selain itu, ia juga melakukan perubahan terkait penghapusan dwi fungsi ABRI, pemisahan antara TNI dan POLRI, serta pembatasan kekuasaan presiden. Pada masa pemerintahannya, dikeluarkan Tap MPR No. XIII/MPR/1998, tentang pembatasan masa jabatan Presiden dan Wakil Presiden yang maksimal hanya dua kali periode (Supriatma, 2020).
BJ Habibie juga melakukan berbagai inovasi dalam perbaikan ekonomi. Pada masa pemerintahannya, nilai rupiah berada dalam titik terlemah sepanjang sejarah yakni mencapai Rp 16.800/US$ pada 1 Juni 1998. BJ Habibie langsung bergerak membentuk Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) dan unit Pengelola Aset Negara, melikuidasi bank yang bermasalah, meyakinkan pasar global, dan menjinakkan tekanan atas rupiah meski tanpa dukungan intervensi Bank Indonesia-yang kala itu belum memiliki kewenangan stabilisasi rupiah. Atas berbagai upayanya, nilai rupiah perlahan kembali naik bahkan hingga mencapai nilai terkuatnya sepanjang sejarah, yakni Rp 6.550/US$ AS pada 28 Juni 1999 (Saragih, 2019).
ADVERTISEMENT
Pemimpin yang Partisipatif
Gaya kepemimpinan ini disebut juga dengan democratic leadership. Mulyasa dalam Sugiono et al (2006) mengatakan bahwa kepemimpinan partisipatif adalah pemimpin yang mengikutsertakan bawahan atau pengikutnya untuk bersama-sama berperan di dalam proses pengambilan keputusan.
BJ Habibie dikenal sebagai Bapak Demokrasi Indonesia. Selain membuat Undang-Undang kebebasan pers dan pembatasan kekuasaan presiden, ia juga membentuk tiga UU yang bersifat demokratis, yaitu UU No. 2 tahun 1999 tentang Partai Politik, UU No. 3 tahun 1999 tentang Pemilu, dan UU No. 4 tahun 1999 tentang Susunan Kedudukan DPR/MPR.
Ia membentuk lembaga independen yang salah satunya adalah Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan berhasil menjalankan Pemilihan Umum multipartai pada 1999. Pemilu tersebut diikuti oleh 48 partai politik dengan asas Langsung, Umum, Bebas, Rahasia, Jujur, dan Adil (Dewi, 2019).
ADVERTISEMENT
Selain itu, BJ Habibie juga memperhatikan keterwakilan rakyat daerah dalam pemerintahan. Ia menetapkan asas desentralisasi dengan otonomi daerah seluas-luasnya. Hal tersebut tertera dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang pemerintahan daerah. UU tersebut akhirnya berhasil meredakan gejolak disintegrasi yang sebelumnya sempat pecah di Indonesia (Utami, 2021).
Prinsip demokrasinya juga digunakan pada pengambilan keputusan terkait masalah Timor Leste. Dalam menyelesaikan masalah tersebut, BJ Habibie lebih memilih untuk meminta pendapat rakyat dengan melakukan referendum. Referendum tersebut menghasilkan suara bulat (78,50%) rakyat Timor Timur memilih untuk berpisah dari Indonesia. Hanya 21,50% yang menghendaki otonomi khusus di bawah Indonesia.
Pemimpin yang Karismatik
Kepemimpinan karismatik adalah kepemimpinan yang mengandalkan karisma yang dimiliki oleh seseorang. Pemimpin memiliki kemampuan untuk menggunakan keistimewaan atau kelebihannya dalam mempengaruhi pikiran, perasaan dan tingkah laku orang lain sehingga dianggap istimewa. Pemimpin diterima dan dipercayai sebagai orang yang dihormati, disegani, dan ditaati secara sukarela (Qori, 2013).
ADVERTISEMENT
Kecerdasan dan sisi cendekiawan BJ Habibie membuat masyarakat kagum akan dirinya. Ia merupakan teknokrat yang memiliki banyak gagasan inovatif yang berguna untuk perbaikan bangsa. Ia juga merupakan role model yang baik bagi masyarakat karena pada masa kepemimpinannya ia tidak serakah dan tidak hanya mementingkan sisi politik semata tetapi lebih kepada kepentingan bersama yang bermanfaat bagi rakyat.
Sikap demokratis yang mementingkan suara rakyat juga turut membuatnya dipandang sebagai sosok yang istimewa dan dekat dengan masyarakat. Hal tersebut juga diimbangi dengan ketegasannya dalam memimpin dan mengambil keputusan.
Berbagai keistimewaan yang dimiliki ditambah dengan gagasannya yang memang pro terhadap rakyat membuat masyarakat mendukung dan mengikuti perintahnya. Masyarakat merasa bahwa BJ Habibie merupakan sosok yang memiliki kemampuan dan dapat membawa masyarakat pada keadaan yang lebih baik. Kepercayaan masyarakat juga semakin diperkuat dengan bukti nyata atas perubahan yang telah ia berikan bagi Indonesia.
ADVERTISEMENT
BJ Habibie merupakan sosok pemimpin yang patut dijadikan contoh bagi pemimpin masa kini. Kepribadiannya yang demokratis dan pemikirannya yang cemerlang mampu mengantarkan masyarakat Indonesia pada pintu demokrasi. Kerja kerasnya selama memimpin juga membuktikan bahwa kita dapat mengubah masyarakat menjadi lebih baik bahkan ketika dalam kondisi terburuk, tergantung dengan niat dan tekad yang dimiliki oleh pemimpin.
REFERENSI
Sihombing, Imam Daniel. (2020). Masa Reformasi di bawah Pemerintahan BJ Habibie. https://www.kompas.com/skola/read/2020/10/05/135102169/masa-reformasi-di-bawah-pemerintahan-bj-habibie.
Saragih, Houtmand P. (2019). Begini Cara Habibie Jinakkan Rupiah Saat Krismon. https://www.cnbcindonesia.com/market/20190912094031-17-98863/begini-cara-habibie-jinakkan-rupiah-saat-krismon.
Supriatma, Made. (2019). B.J. Habibie: Presiden Peralihan, Peletak Dasar Demokrasi Indonesia. https://tirto.id/bj-habibie-presiden-peralihan-peletak-dasar-demokrasi-indonesia-ehVD.
Dewi, Retia Kartika. (2019). Ini Alasan Habibie Disebut sebagai Bapak Demokrasi. https://www.kompas.com/tren/read/2019/09/12/105808465/ini-alasan-habibie-disebut-sebagai-bapak-demokrasi?page=all.
Utami, Silmi Nurul. (2021). Kebijakan Politik Masa Pemerintahan B. J. Habibie. https://www.kompas.com/skola/read/2021/03/29/144709069/kebijakan-politik-masa-pemerintahan-b-j-habibie?page=all.
ADVERTISEMENT
Qori, Huri In Lia Amalia. (2013). Kepemimpinan Karismatik Versus Kepemimpinan Transformasional. Jurnal Analisa, Vol. 1, No. 2 hlm 70-77.
Yukl, G. (2013). Leadership in Organizations (Eight Edition). Pearson Education, Inc.
Sugiono., Miyono, Noor., Retnaningdyastuti. (2016). Gaya Kepemimpinan Partisipatif dan Fungsi Kepemimpinan Sanggar Budaya Satria Wonosobo. https://www.researchgate.net/publication/322085266_GAYA_KEPEMIMPINAN_PARTISIPATIF_DAN_FUNGSI_KEPEMIMPINAN_SANGGAR_BUDAYA_SATRIA_WONOSOBO.