Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.2
Konten dari Pengguna
Perjalanan ke Curug Cibeureum: Menyusuri Hutan di Kaki Gunung Gede Pangrango
17 Maret 2025 11:23 WIB
·
waktu baca 7 menitTulisan dari WIDIANA ARDIANSYAH tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Awal Rencana
Hari itu, saya beserta tiga teman saya: Zahran, Zaky, dan Najma sedang mengobrol santai di area kampus setelah kelas selesai. Topiknya nggak jauh-jauh dari sekitar dunia healing, soalnya otak kami udah penuh sama tugas dan deadline kuliah. Sebelumnya, kami udah beberapa kali ke curug di daerah Sukabumi dan Cianjur, tapi semuanya terasa biasa aja. Bahkah bisa dibilang gampang diakses oleh semua orang, terlalu ramai, jadi terkesan kurang greget.
ADVERTISEMENT
“Aku pengen yang ada effort-nya dikit, biar kerasa adventure-nya!” kata Najma.
Zahran langsung nyeletuk, “Gimana kalau ke Curug Cibeureum? Kemarin aku lihat di medsos, perjalanan ke sana lumayan menantang. Jalannya jauh dan harus lewat tengah hutan di kaki Gunung Gede Pangrango. Jadi bisa sambil traking ujarnya.”
Zaky pun sontak bilang setuju, “gas bae gua mah”. Akhirnya kami memutuskan buat pergi di akhir pekan, tepatnya Sabtu, 9 November 2024. Setelah fix, obrolanpun selesai, dan kami pulang ke rumah serta kosan masing-masing.
Persiapan dan Perjalanan Menuju Resort Gunung Gede Pangrango
Hari Jumat malam, saya mulai packing barang-barang yang dibutuhkan. Ransel diisi dengan dua botol air minum, makanan, jas hujan (karena udah masuk musim hujan), dan beberapa keperluan lain. Pukul 9 malam saya mencoba untuk tidur lebih awal, tapi malah nggak bisa, otak sudah traveling duluan mikirin bakal seperti apa serunya perjalanan di esok hari. Akhirnya, saya baru bisa tertidur dipukul 10, itupun sambil scroll-scroll di beranda Tiktok melihat referensi wisata alam lain, sehingga sampai ketiduran.
ADVERTISEMENT
Keesokan paginya, suara ayam berkokok, adzan subuh mulai berkumandang, membangunkan saya ketika sedang terlelap tidur. Lalu saya bergegas ketoilet untuk mandi dan Bersiap-siap menuju ke mesjid untuk solat shubuh secara berjamaah. Setelah pulang dari masjid,ibu ternyata sudah menyiapkan sarapan dan bekal yang nantinya bakal saya bawa. Ketika saya sedang sarapan, tiba-tiba ada notif masuk di henphone, setelah saya cek ternya berasal dari grup WhasAp yang berisi ajakan “berangkat yuk, udah siap nih”. Seketika itu pula makan saya dipercepat dan saya langsung pamitan meminta izin kepada orang tua dan langsung konfirmasi: “ayo udah siap juga nih, Titik kumpulnya di dekat komplek rumah Zahran aja ya, daerah Ciandam, karena rumahnya paling dekat ke resort Gunung Gede Pangrango, ujar saya sendiri”.
ADVERTISEMENT
Saya berangkat pukul 5.30 pagi, disaat jalanan masih sepi, jadi bisa sampai lebih cepat, sekitar jam 6.00 Ternyata, saya yang datang paling dulu. Zahran masih harus nganterin adiknya ke sekolah sebentar. Sambil menunggu yang lain, kebetulan di depan komplek ada yang berjualan gorengan, saya inisiatif membeli gorengan tersebut untuk camilan tambahan.
Akhirnya, pukul 6.15, semua udah kumpul, dan kami langsung berangkat ke resort pengelola Gunung Gede Pangrango untuk menitipkan kendaraan. Di perjalanan, kejadian lucu terjadi pada kami, Zahran yang memimpin perjalanan didepan malah nyasar gara-gara Google Maps. Untungnya ada seorang warga yang sedang duduk dibangku pinggir jalan dan kami bertanya. Setelah itu kami mulai tersadar kalau tadi memang salah belok, kami berterima kasih dan putar balik kebelokan yang awal.
ADVERTISEMENT
Sampai di sekitar resort sekitar pukul 6.50, kurang lebih setengah jam diperjalanan karna sempat tersesat. Digerbang kami ditahan dan ditanya sama petugas, “Kaka-kaka apakah mau muncak ke gunung atau ke curug?” Kami kompak menjawab, “Ke curug pak!” dan kami dikenakan biaya tiket masuk sebesar Rp25.000 per orang.
Sebelum memulai trekking perjalanan, kami menyempatkan ke toilet terlebih dahulu untuk sekedar membuang air kencing, sehingga diperjalanan tidak sembarangan. Lalu kami berkumpul memanjatkan doa bersama agar perjalanan lancar. Tidak lupa kami mengecek kembali segala perlengkapan yang sudah dibawa, tanpa terkecuali yang ada di dalam ransel. Setelah itu, petualangan dimulai!
Perjalanan Menembus Hutan
Tepat pukul 7.00, kami mulai berjalan kaki. Trek awalnya langsung menanjak dengan aliran sungai jernih di samping bawah jalur. Setelah sekitar 1 km, kami sampai di pertigaan jalan. Jalur ke atas menuju puncak gunung Gede Pangrango, sedangkan jalur lurus dan menurun sedikit menuju curug. Ada beberapa plang peringatan di sekitar sini, salah satunya tentang pringatan akan bahayanya satwa liar seperti macan. Ada juga plang edukasi yang menjelaskan bahwa disini ada hewan amfibi satu-satunya yang dilindungi di Indonesia dan hanya bisa ditemukan di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Saya sempat mengabadikan dengan foto plang itu, karena saya rasa unik dan ada logo IPB University juga di bawahnya.
ADVERTISEMENT
Tak jauh dari situ, ada plang peringatan lain: "Hati-hati banyak lintah hutan!". Kami awalnya merespon dengan santai aja, sampai akhirnya Zaky tiba-tiba menjerit. Saya kaget, pas dilihat ternyata ada lintah nempel di kakinya! Saya langsung ambil ranting buat melepaskan lintah itu dari kakinya, sementara yang lain mencoba menenangkan Zaky yang masih shock. Setelah itu kami membantu membersihkan bekas lukanya dengan air, kami istirahat sebentar sambil minum.
Perjalanan lanjut. Sampai satu Ketika kami sampai di batu loncat pertama, kami harus melompati batu untuk menyeberangi sungai. Jalan sudah mulai menantang, naik turun hingga jalanan yang becek dan licin. Beberapa pohon tua telah tumbang menghalangi jalur, jadi kami harus merangkak di bawahnya atau melompati batang pohon besar supaya bisa lewat. Disitu Nazma mulai tertinggal, kebetulan diatas terlihat ada post peristirahatan, kami memutuskan untuk beristirahat sejenak sambil minum dan nyemil snack yang telah kami bawa sebelumnya.
ADVERTISEMENT
Kami terus berjalan, tanpa disadari gemricik air mengalirpun terdengar, menandakan batu loncat ke dua sudah dekat. Saya, zaky dan zahran bergegas menghampiri sungai, hanya sekedar ingin mencuci tangan dan membasuh muka. Sejuknya air menambah energi untuk menghadapi segala tantangan yang akan dihadapi didepan. Benar saja, tak jauh kami melewati jembatan kayu yang sedikt sudah berlumut dengan jurang di bawahnya. Alhamdulillah setelah menyebrangi kami sampai di pos peristirahatan terakhir. Di sini, kami menemukan beberapa sampah plastik yang ditinggalkan wisatawan lain. Kami pun spontan mengumpulkan sampah-sampah itu agar tetap menjaga kelestarian alam.
Setelah perjalanan yang cukup panjang, akhirnya suara gemuruh air jatuh dari ketinggian terdengar semakin dekat. Kami mempercepat langkah, dan… Curug Cibeureum akhirnya terlihat!
Menikmati Keindahan Curug Cibeureum
ADVERTISEMENT
Tepat jam 9.30, kami sampai di curug. Rasa lelah langsung hilang begitu melihat air terjun yang tinggi dengan air jernih yang mengalir deras. Tempatnya benar-benar masih asri, jauh dari keramaian, dan teras lebih damai. Tanpa pikir panjang, kami langsung mengamankan barang-barang, ganti baju, dan bermain di pinggiran air. Saya hampir berenang ke tengah, tapi untungnya Zahran mengingatkan agar tidak terlalu jauh ketengah karena kami tidak tahu seberapa dalam kolam di bawah air terjun itu.
Setelah puas bermain air, kami mengabadikan momen dengan bersua foto bersama. Kemudian, kami duduk di bebatuan sambil makan bekal yang sudah dibawa. Makan di tempat seindah ini rasanya luar biasa! Sambil makan, kami ngobrol dan bercanda, menikmati setiap momen yang ada.
Perjalan pulang
ADVERTISEMENT
Melihat cuaca mulai mendung, Najma mengingatkan kami untuk bersiap pulang sebelum hujan turun. Jam 11.00, kami mulai perjalanan pulang. Jalurnya masih sama, tapi kali ini terasa lebih cepat karena sudah tahu medan perjalanan sebelumnya.
Di perjalanan pulang, kami berpapasan dengan rombongan yang mau muncak naik gunung Gede Pangrango melalui jalur yang ke atas. Seketika Zaky sempat ngajak naik sedikit ke jalur pendakian puncak, tapi Najma berteriak dari bawah, “Hei! Jangan macam-macam, ayo turun!” Akhirnya kami lanjut turun dengan tertawa-tawa.
Kami tiba di resort area pukul 13.00 dua jam perjalanan. Lebih cepat dari keberangkatan. Total bulak balik kami menghabiskan waktu kurang lebih 4,5 jam perjalanan.
Ketika kami sedang beristirahat, tanpa disadari ternyata ada dua lintah yang ngikut nempel di kaki saya. Kali ini saya lebih tenang, langsung ambil ranting dan membuangnya. Setelah itu, saya membasuh luka di toilet resort dengan air bersih agar tidak infeksi.
ADVERTISEMENT
Sebelum benar-benar berpisah, kami memutuskan untuk makan bersama di sebuah kedai masakan khas Sunda “Ayam Bunut”. Disitu kami memesan hingga dibebaskan memilih mau jenis makanan yang mana untuk nantinya dimasak oleh pegawai dan kami disuruh menunggu di meja makan. Sesampainya makanan dimeja, kami memakan dengan sangat lahap dan nikmat karna perjalanan Panjang yang sudah menguras energi kami. Sebelum pulang, kami beristirahat sejenak sambil bercanda gurau menceritakan kembali perjalanan yang sudah dilewati tadi. Dirasa sudah kesorean, pukul 15.00 saya berpamitan untuk pulang lebih dulu.
Saya tiba di rumah pukul 16.00, tepat sebelum hujan mengguyur wilayah Sukabumi dan sekitarnya. Perjalanan ini benar-benar memberikan pengalaman yang luar biasa melelahkan tetapi menyenangkan, penuh tantangan dan memberikan ketenangan jiwa yang tidak bisa didapatkan di kota. Kami sepakat bahwa Curug Cibeureum adalah destinasi healing terbaik yang pernah kami kunjungi versi wisata Curug.
ADVERTISEMENT