Danarto: Unsur Sufistik dalam Cerpen Godlob

widiyantipaujiah18
Mahasiswi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Konten dari Pengguna
22 Desember 2020 19:04 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari widiyantipaujiah18 tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Danarto merupakan seorang sastrawan yang fenomenal di Indonesia. Danarto lahir di Sragen, Jawa Tengah pada tanggal 27 Juni 1940. Danarto menempuh pendidikan sekolah dasar di tempat ia lahir. Setelah lulus dari sekolah dasar pada tahun 1954, ia melanjutkan ke jenjang sekolah menengah pertama dan lulus pada tahun 1958. Pada tahun 1958 ia sempat menempuh pendidikan di bidang sastra. Namun, belum genap satu tahun ia pindah ke sekolah Akademi Seni Rupa Indonesia (ASRI) dan lulus pada tahun 1961.
ADVERTISEMENT
Danarto dikenal secara luas oleh kalangan sastrawan ketika cerpen “Rintik” dimuat pada tahun 1968 di Majalah Horison. Danarto memang sudah memiliki bakat dalam dunia sastra saat usianya masih cukup belia. Ia memuat tulisannya yang pertama di majalah Si Kuncung pada tahun 1958 dan pada saat itu ia masih duduk di bangku SMP. Danarto tidak hanya aktif dalam menulis cerpen saja, ia juga dikenal sebagai seorang pelukis mengingat ia juga merupakan lulusan seni rupa.
Selain menjadi penulis dan pelukis, Danarto sempat menjadi seorang wartawan dan bekerja sebagai tukang poster di Tamar Ismal Marzuki. Danarto juga merupakan seseorang yang aktif dalam dunia perteateran. Dalam dunia teater ia menjadi seorang penata pentas pagelaran teater Bengkel Teater WS Rendra, Teater Kecil Arifin C Noer, pementasan-pementasan ikranegara, dan pagelaran tari Sardono W Kusumo.
ADVERTISEMENT
Karya-karya Danarto dapat dikenal karena ia memasukan unsur mistik yang sangat menonjol dengan cara yang diluar kebiasaan para penulis dalam menuliskan sebuah karya. Karya-karya Danarto tidak semudah karya penulis lain untuk dapat dipahami dengan mudah oleh para pembaca. Untuk membaca karya yang dibuat oleh Danarto, pembaca harus mengembalikan pandangannya bahwa dalam dunia yang dituangkan dalam karya sastra hanyalah sebuah angan-angan pikiran penulis. Kejadian cerita yang dituangkan Danarto dalam karyanya sering kali diluar dugaan para pembaca, tokoh yang ditampilkan juga seringkali bukan sebagaimana manusia biasa pada kehidupan nyata. Oleh karena itu, memang sudah jelas bahwa Danarto memiliki ciri khas tersendiri dalam menuliskan karya-karyanya terutama persoalan yang menyangkut dengan dunia mistik.
ADVERTISEMENT
Jika kita ingin membaca karya Danarto yang memiliki hubungan dengan unsur mistik, maka sebelumnya kita harus memiliki pemahaman mengenai dunia mistik terlebih dahulu agar kita dapat mengerti bagaimana jalan pikiran yang dituangkan oleh Danarto dalam cerita tersebut. Hampir seluruh karya yang ditulis oleh Danarto memiliki hubungan dengan kebatinan jawa yang biasa dikenal dengan manunggaling kawula gusti atau lainnya adalah kerinduan makluk terhadap tuhannya untuk mencapai sebuah persatuan.
Gaya penceritaan Danarto juga memiliki ciri khas tersendiri seperti personifikasi atau figurasi yang berhubungan dengan renungan pada paham sufistik. Danarto beranggapan bahwa unsur mistik dalam sebuah karya sastra tidak lain dengan tujuan untuk mencapai persatuan dengan tuhannya. Dalam salah satu cerpen karya Danarto yang berjudul Godlob memiliki empat point yang berhubungan dengan mistik yaitu:
ADVERTISEMENT
1) Mistik yang ditampilkan melalui tokoh, di mana tokoh yang ditampilkan oleh Danarto bukan sebagaimana manusia pada umumnya. Danarto biasanya menampil tokoh manusia yang dapat menyerupai bintang, tumbuhan atau pun benda mati. Jika kita belum mengetahui bagaimana latar belakang Danarto dalam menuliskan sebuah karya, sudah pasti kita akan merasa kesulitan untuk memahaminya. Berbeda halnya jika kita sudah mengetahui bagaiman sosok Danarto, ketika membaca karyanya sudah pasti akan tersadar bahwa apa yang dituangkan Danarto dalam cerita tersebut sebenarnya merupakan hal yang wajar. Semua yang dituangkan Danarto dalam karya merupakan sebuah perwujudan reinkarnasi pada manusia. Sikap yang digambarkan para tokoh tersebut merupakan sebuah proses untuk menuju persatuan dengan sang ilahi. Danarto menampilan tokoh dengan mementingkan sikap batin yang digambarkan oleh tokoh tersebut. Sikap dari tokoh tersebut memang memiliki tujuan untuk mewakili batin seseorang berdasarkan konsepsi kebatinan. Oleh karena itu wajar saja bila konflik tokoh dalam cerita-cerita Danarto digunakan sebagai saran untuk menghidupkan sebuah konsepsi kebatinan yang ingin disampaikan melalui sebuah cerita.
ADVERTISEMENT
2) Mistik yang dituangkan melalui gaya cerita. Cara penulis dalam menuangkan pikiran dan ide ke dalam sebuah karya memang akan selalu melahirkan gaya khas tersendiri. Seorang penulis dapat dikenal karena menggunakan gaya dan cara penceritaannya yang khas. Selain itu, lingkungan sosial penulis juga menjadi faktor penting yang dapat mempengaruhi gaya dari penulis tersebut. Danarto memiliki gaya penceritaannya tersendiri dalam menuliskan karya-karyanya. Gaya penceritaan Danarto dipengaruhi oleh berbagai pandangan dari masyarakat jawa karena ia juga merupakan seorang penulis yang berasal dari lingkungan sosial kebudayaan Jawa. Tokoh yang dihadirkan merupakan pikiran masyarakat Jawa pada dunia pewayangan, tokoh yang dihadirkan dalam cerita tesebut juga dicampur dengan imaji dan kreasi Danarto sendiri. Hal tersebut karena Danarto berupaya untuk menyajikaan perlambangan ke dalam dunia nyata. Hal itu juga yang menjadikan Danarto memiliki gaya penceritaan yang khas. Pengaruh latar belakang masalah terlihat dalam cerpen Danarto, namun tidak pada karya-karya penulis lain, Danarto menggambarkan berbagai aspek pandangan mistik yang memberikan suasana batin perjuangan dan jiwa manusia. Mencoba menemukan jalan kembali kepada Tuhan. Pemilihan gaya-gaya tersebut didasarkan pada suasana permasalahan yang diungkapkan, yaitu tasawuf dan tasawuf, yang dapat menimbulkan unsur dengan kesan mistik.
ADVERTISEMENT
3) Mistik yang dituangkan hingga menjadi sebuah tema. Dalam sebuah cerita fiksi, biasanya ada cerita yang hanya untuk diceritakan, dan ada juga cara penceritaannya. Apa yang diceritakan bisa dalam bentuk pengalaman dan pemikiran, atau bisa dalam bentuk pertanyaan. Hal tersebut biasa disebut dengan tema. Di dalam sebuah tema pasti terdapat pandangan hidup dan keinginan penulis. Bagaimana dia memandang masalahnya. Tema tersebut dapat diekspresikan secara eksplisit atau implisit. Penulis harus memiliki pemahaman yang cukup mengani sebuah fakta dan tema. Pada cerpen Godlob berisikan mengenai pandangan dan cita-cita Danarto tentang kehidupan ini, terutama pandangan dan keinginan pada dunia mistik. Oleh karena itu, untuk dapat memahami karya Danarto, pembaca harus paham mengenai dunia mistik dan kebatinan pada masyarakat Jawa. Permasalahan tersebut diukur dengan ajaran mengenai dunia mistik, karena berbicara mengenai reinkarnasi.
ADVERTISEMENT
4) Mistik yang diwujudkan menjadi sebuah lambang. Cerpen-cerpen ini dikumpulkan dalam rangkaian cerita pendek yang menceritakan tentang pergumulan batin Godlob saat mencari jalan kembali kepada Tuhan. Beberapa karakter memiliki prinsip dasar tentang Tuhan, dan kebenaran Tuhan tidak ada hubungannya dengan Tuhan sendiri. Terlepas dari sejarahnya, perjuangan seperti itu terdapat di mana-mana. Oleh karena itu, penulis mengambil nama-nama tokoh budaya dunia dan dunia wayang. Kumpulan cerpen ini dapat dilihat sebagai perwujudan ilmu kebatinan yang diungkapkan melalui karya sastra. Hal ini sejalan dengan pandangan Danalto bahwa seni adalah cahaya bagaimana manusia dipersatukan dengan Tuhan. Menurut pandangan Danarto di atas, dalam cerpen ini terdapat banyak simbol yang dapat digunakan untuk menjelaskan dan menarik pembaca sehingga menimbulkan rasa penasaran.
ADVERTISEMENT