Konten dari Pengguna

Nyaringnya Kicauan Burung di Hutan Kota Harare Zimbabwe

wied kiki
Diplomat, travelers
10 Juli 2018 14:14 WIB
clock
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:19 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari wied kiki tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
African Fish Eagle
Perjalanan tugas membawa penulis hingga ke Zimbabwe, negara di benua Afrika bagian selatan. Afrika masih belum banyak dieksplorasi, sehingga kekayaan alamnya, terutama fauna liar, masih cukup beragam. Meski banyak pula terjadi perburuan liar atas hewan-hewan tertentu, seperti gajah dan singa.
ADVERTISEMENT
Selama 3 tahun tinggal di Zimbabwe, membuat penulis mempelajari banyak hal tentang negara ini. Memang, Zimbabwe bukanlah negara maju dan masih banyak penduduknya yang hidup di bawah garis kemiskinan.
Namun, hal tersebut tidak membuat mereka tidak sayang flora dan fauna yang ada di negara mereka. Satu hal yang membuat penulis cukup terpesona adalah bebasnya burung-burung berkeliaran dan cuitan mereka yang sungguh merdu.
Cuitan ramai burung menjadi weker alami setiap pagi. Suatu saat, sebelum pergi bekerja, tak sengaja penulis melihat di halaman rumah, beberapa burung berwarna-warni hinggap di pepohonan dan mematuk-matuk rumput di halaman.
Burung liar yang pernah penulis lihat sebelumnya hanyalah burung elang yang terbang jauh tinggi ketika masa belum bersekolah dan burung-burung gereja yang memang tahan hidup di perkotaan.
Southern Red Bishop
ADVERTISEMENT
Berdasar data BirdLife internasional http://datazone.birdlife.org/home, burung-burung di Zimbabwe sebanyak 625 jenis, sedangkan di Indonesia sebanyak 1.709 jenis. Namun, banyak jenis burung-burung di Indonesia dalam kategori terancam maupun hampir punah.
Betapa bersyukurnya orang-orang di negara-negara Afrika ini, masih memiliki banyak jenis burung dan dapat hidup dengan bebas, tanpa takut dikejar-kejar oleh manusia untuk dijadikan kesenangan pribadi di dalam sangkar.
Ketertarikan penulis untuk mengetahui berbagai jenis-jenis burung semakin besar ketika mengetahui salah satu teman yang hobi fotografi alam tergabung dengan kelompok pecinta burung Zimbabwe – BirdLife Zimbabwe. Dari kelompok inilah, penulis memiliki referensi untuk mengetahui lebih jauh jenis burung yang ada di hutan kota di ibu kota Zimbabwe, Harare.
ADVERTISEMENT
Jangan bayangkan hutan di sini seperti di Indonesia ya, hutan di Harare atau yang lebih familiar dengan sebutan “park” merupakan hutan sub tropis yang luasnya puluhan bahkan ratusan hektare dan cenderung kering. Hutan-hutan ini umumnya memiliki ragam tanaman dan binatang liar.
Ya, binatang liar yang umumnya hanya dapat kita lihat di kebun binatang saja, di antaranya kudu, wildebeest, zebra, jerapah, dan tentu saja beragam burung.
Salah satu hutan kota yang terdekat dari tempat tinggal penulis ketika di Zimbabwe adalah Mukuvisi Woodlands. Hutan yang dikelola oleh swasta ini dapat ditempuh dengan berkendara kurang lebih 20 menit dari pusat kota.
Biaya masuk hutan ini tidak terlalu mahal, sehingga sering dikunjungi oleh penikmat alam, terutama di akhir minggu. Informasi mengenai Mukuvisi dapat dilihat melalui tautan ini: http://www.mukuvisiwoodland.co.zw/.
Miombo double collared sunbird
ADVERTISEMENT
Salah satu aktivitas yang sering dilakukan oleh BirdLife Zimbabwe adalah bird walking. Memang perlu jalan-jalan santai untuk menemukan burung-burung untuk difoto atau hanya untuk dilihat keberadaannya melalui teropong. Jalannya juga bukan hitungan meter lho, namun beberapa kilo. Cukuplah untuk memeras keringat.
Sebagian besar anggota BirdLife Zimbabwe dapat dikatakan banyak yang tidak lagi muda, namun mereka sangat bersemangat. Bagi seorang ahli atau pemerhati burung, dengan hanya mendengar bunyi cuitan, dia dapat mengetahui jenis burung tersebut. Burung-burung ini juga lebih mudah ditemukan pada pagi dan sore hari.
Pin tailed whydah
Di Mukuvisi saja, pada bulan-bulan tertentu, bisa ditemui lebih dari 100 jenis burung. Terutama sekitar bulan November, ketika burung-burung ini telah kembali dari migrasi sementara mereka.
ADVERTISEMENT
Bulan November di Zimbabwe termasuk musim perpindahan antara semi dan panas. Jangan kaget, Zimbabwe memiliki empat musim dan ketika musim dingin tiba pada sekitar bulan Juni hingga Agustus, temperatur bisa mencapai 0 derajat dan terasa cukup dingin untuk ukuran orang Indonesia, meskipun kita tidak akan menemukan salju di sini.
Red billed firefinch
Sekali lagi, penulis sungguh terkesima dengan banyaknya jenis burung yang ditemui dan mereka hidup bebas di alamnya. Mereka hidup berdampingan dengan manusia. Mereka terbang bebas tidak hanya di hutan-hutan, tapi juga di pemukiman penduduk dan di kota.
Mereka menambah indahnya hidup manusia tanpa terkungkung oleh sangkar. Seandainya saja pemandangan seperti ini dapat penulis temui di negara kita, alangkah indahnya.
ADVERTISEMENT