Victoria Falls, Zimbabwe, dan Gemuruh Air

wied kiki
Diplomat, travelers
Konten dari Pengguna
3 Juli 2018 7:57 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari wied kiki tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Zimbabwe, di manakah itu? Mungkin itu yang ada di benak para pembaca semua ketika membaca judul di atas.
ADVERTISEMENT
Zimbabwe berada di Afrika, tepatnya di benua Afrika bagian Selatan. Tidak banyak masyarakat Indonesia yang berkunjung ke Zimbabwe. Namun, jika pembaca berkesempatan berkunjung ke Zimbabwe, kunjungilah air terjun Victoria.
Air Terjun Victoria cukup terkenal. Banyak turis dari Eropa dan Amerika yang mengunjungi tempat ini. Diklaim sebagai yang terbesar di dunia, air terjun Victoria memiliki lebar 1.708 meter dan ketinggian 108 meter.
Terletak kurang lebih 550 km dari Ibu Kota Harare, air terjun Victoria atau yang lebih dikenal dengan Victoria Falls berada di kota yang sama nama air terjun ini. Ya, nama kotanya juga Victoria Falls, yang merupakan kota perbatasan antara Zimbabwe dan Zambia.
Air terjun ini membelah dua negara, Zimbabwe dan Zambia. Alhasil, air terjun ini dapat dilihat dari kedua negara, dengan sudut pandang yang berbeda. Dari sisi Zambia, air terjun ini dapat dinikmati dari kota Livingstone. Sayangnya, penulis belum berkesempatan melihat air terjun ini dari sisi Zambia.
ADVERTISEMENT
Berkunjung ke Victoria Falls memang perlu cari info terlebih dahulu. Ini perlu dilakukan agar kita bisa melihat air terjun dengan air yang benar-benar melimpah. Pasalnya, tidak sepanjang waktu Victoria Falls ini airnya melimpah. Penulis bersyukur pernah berkunjung beberapa kali ke sini, sehingga pernah melihat air terjun ini di kala tidak banyak air, maupun di saat airnya melimpah.
Jangan heran juga jika sebelum memasuki gerbang masuk tempat wisata ini, banyak yang menawarkan ponco plastik atau jas hujan meski cuaca terik dan tidak hujan. Dan, jika tidak mau basah kuyup, sebaiknya kamu memang bawa atau beli saja ponco plastik.
Hal ini disebabkan, di beberapa tempat pemberhentian di kawasan air terjun, 'hujan lokal' kerap terjadi, terutama jika debit air cukup banyak. Sebenarnya ini bukanlah hujan, namun uap air dari air terjun yang membumbung tinggi dan percikan air terjun yang begitu deras dan terbawa angin, sehingga rasanya seperti hujan tiba-tiba, yang juga bisa tiba-tiba saja berhenti.
ADVERTISEMENT
Uap air terjun ini jika dilihat dari kejauhan tampak seperti asap yang membumbung tinggi sekali. Oleh karena itu, nama setempat dari air terjun ini adalah Mosi-Oa-Tunya, atau dalam bahasa Inggrisnya “smoke that thunders”, atau bahasa Indonesianya "asap yang bergemuruh."
Bagi yang ingin 'berolahraga', ada jalur jalan kaki yang melewati tempat-tempat pemberhentian layak foto di dalam kawasan air terjun ini. Tempat-tempat itu antara lain patung Livingstone, Devil’s Cataract, dan Rainbow Falls. Waktu yang diperlukan kurang lebih 2 jam, untuk mengikuti jalur ini dan kembali ke tempat awal.
Di jalur ini, pemandangan dari air terjun tetap dapat dinikmati, meskipun tidak semua. Jika memang ingin mendapatkan pengalaman tak terlupakan, ada baiknya agak bersusah-susah sedikit, agar pemandangan-pemandangan indah itu dapat dinikmati sepenuhnya.
Dari beberapa tempat pemberhentian, kita dapat memandang kota Livingstone di negara seberang, dari kejauhan. Nama kota ini ternyata diambil dari nama penemu air terjun lho. Selain itu, di tempat pemberhentian terakhir, nomor 17, kita dapat melihat jembatan penghubung antara kota Victoria Falls, Zimbabwe, dengan kota Livingstone, Zambia.
ADVERTISEMENT
Kita juga dapat menyaksikan adegan uji nyali. Ya, ternyata banyak orang tertarik untuk melakukan aksi free fall dari atas jembatan ini. Atraksi ini bukan sembarangan, namun dikelola secara profesional oleh beberapa agen wisata (dan disyaratkan sehat jasmani sebelum melakukan ini). Selain itu, yang telah berani melakukan aksi ini akan diberikan sertifikat sebagai penghargaan atas keberanian mereka.
Selain mengunjungi air terjun, tentu masih banyak atraksi menarik lainnya yang dapat dilakukan di kota Victoria Falls. Jika pembaca tertarik dengan aksi menantang, selain free fall, pembaca dapat juga mencoba aksi flying fox melintasi sungai Zambezi atau rafting di derasnya arus sungai Zambezi.
Jika pembaca hanya ingin tenang-tenang dan menikmati indahnya suasana alam Zimbabwe, seperti yang penulis lakukan, cukup banyak café-café di kota ini yang dapat dikunjungi. Satu café yang layak dikunjungi adalah Lookout Café, karena letaknya yang cukup membuat bergidik.
ADVERTISEMENT
Café ini berada di tepi jurang atau mungkin dapat dikatakan sebagian area tempat duduknya berada di atas jurang sungai Zambezi. Namun, pemandangan dari café ini tak terbantahkan keindahannya.
Setelah menghabiskan pagi hingga siang berkeliling kawasan air terjun dan makan siang di Lookout Café, sebaiknya tutup hari dengan menikmati indahnya matahari terbenam (atau terkenalnya African sunset) di The Deck, café di Hotel Victoria Falls Safari.
Di sini, kita bisa melihat angit yang semakin jingga dan hewan-hewan seperti gajah, wildebeest, antelope, bushback, warthog, kera, elang, burung bangkai, dan binatang liar lainnya yang sedang mampir minum sore hari di “waterpool”. Pemandangan ini pastinya menorehkan pengalaman tak terlupakan.